Chapter 4 : Efek Samping

835 41 1
                                    

Chapter 4
Efek Samping

***


"Den." panggilku yang tiduran tengkurap di atas ranjang, sedangkan Aden duduk di atas karpet tebal dengan kedua tangannya asik bergerak lincah pada stik game. "Adeennnn." rajukku lagi sambil memainkan rambutnya.

"Apaan?" tanyanya datar dengan tatapannya yang lurus pada layar televisi.

"Gua... Aduhhhh!!!" teriakku yang bergelinjangan kayak ikan renang di udara.

"Gila lo!" ucap Aden yang melihatku sekilas tadi dan kembali asik dengan gamenya.

"Aden ih." rajukku kembali dan menompangkan daguku pada bahunya.

"Apaan Al?? Lo manggil-manggil gua mulu." kesalnya.

Tanganku melingkar di lehernya sambil melihat layar televisi yang menampilkan permainannya, "Gua ketemu cowok ganteng." ujarku.

"Halah."

"Kok halah?"

"Lo kan dari tukang parkir sampe mas mas kasir juga lo embat aja." ujarnya dan aku memukul lengannya kesal.

"Kampret lo! Gak sepasaran itu juga gua." sungutku kesal dan memukul lengannya kesal.

"Liat aja! Lu ngebetnya juga paling paling lama seminggu." ucapnya.

"Sotoy!" cibirku dan kembali menompangkan kepalaku pada bahunya. "Dia ganteng beneran, Den. Si Santi aja sampe terpesona."

"Kapan kalian gak kesemsem ama cowok ganteng? Tukang pakir ganteng aja lo berdua pasang benteng." sahutnya dan aku hanya bisa mengerucutkan bibir kesal dengan fakta itu.

"Ego cewek, Den. Gak boleh ada yang ngelewati batas teritorialnya, apalagi ngambil sesuatu yang dia miliki." ujarku.

"Definisi cewek ya?" cibirnya.

"Gitulah." jawabku dan memeluknya rapat. "Gua pengen ketemu dia lagi!" seruku kegirangan.

"Gila. Gila. Gila." pekiknya yang memukul tanganku. "Lo niatan bunuh gua?"

"Engga." jawabku polos.

"Gua kaga bisa napas, bangke." ujarnya yang mengambil kembali stik gamenya dan melanjutkannya.

"Sori." ucapku merajuk dan mencium pipinya.

"Lo bukan anak TK lagi kalo ngerajuk pake cium-cium gua segala." cibirnya. Aku kembali mempererat kedua tanganku yang memeluk lehernya. "Al!"

"Engga." tolakku membatahnya. "Den..." panggilku lagi.

"Apa lagi?" tanyanya ketus. Aku mencibirnya dan bangun untuk mengambil buah-buah yang sudah dikupaskan Mama tadi di atas nakas.

"Kapan gua bisa ketemu dia lagi?"

"Siapa?"

"Ihh..." kesalku dan menjejak punggungnya. "Lo kemana aja pas gua cerita?"

"Gua di sini-sini aja." jawabnya kesal. "Lo nendang gua lagi, gua gelitikin lo." ancamnya.

"Gak penting itu game." cibirku dan kembali tiduran dengan menjadikan bahu Aden sebagai batala sembari memakan buah apel yang ada di atas perutku. "Den..."

"Diem!" suruhnya dan aku memukul pelan kepalanya. "Almira!!" aku hanya tertawa terbahak kalo melihat Aden marah seperti sekarang ini. "Bangke lo! Kalah gua. Anjir!" misuh-misuhnya dan aku kembali terbahak.

"AAAARRGGGHHH! MAMAAAAAA!!" teriakku saat Aden menerkam tubuhku dan menggelitiku. "MAMAAAAA!!!" teriakku lebih keras lagi sambil mencoba menghindari Aden. "MAAAAAAA!!!" teriakku dan berlari keluar dari kamar.



Please Stay [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang