Chapter 34
Hugs you
***"Al," aku mengusap kasar wajahku dan mendapati Tante Hanti yang duduk di meja seberangku. Wajahnya tak berbeda jauh denganku, kusut, sedih, kalut semua bercampur aduk. "Kamu pulang aja, ya?"
"Kenapa?"
"Istirahat di rumah, tante telponin abang kamu buat jemput."
"Al baik-baik aja, tante. Banyak kamar di sini jadi kenapa Al harus pulang?" protesku tanpa menyembunyikan rasa tak sukaku atas perkataan Tante Hanti.
"Al,"
"Al enggak mau pulang. Al di sini aja, tan. Al udah janji ke Aden buat selalu nemenin dia." selaku.
"Almira, tante tahu perasaan kamu," aku berhenti melangkah. "Tapi, Tante enggak tega liat kamu kayak gini."
"Almira lebih enggak tega kalo ninggalin Aden sendirian. Al bakal selalu di samping Aden, apapun yang akan terjadi." aku melanjutkan langkahku dengan samar-samar aku mendengar isak tangis Tante Hanti.
Maaf, tante. Bukannya aku tidak menyayangi tante tapi, aku takut kehilangan Aden jika aku jauh dari dia.
Aku enggak akan bisa siap untuk itu.
"Den," panggilku meski aku tahu dia tidak akan menyahuti panggilanku. Mengambil duduk di kursi kayu samping tempat tidurnya, aku menarik tangannya untuk kugenggam. "Buka mata lo, plis." bisikku lirih.
"Jangan kayak gini, sumpah enggak lucu, Den." kesalku, kedua mataku mengerjap cepat untuk menghentikan air mataku yang akan luruh jatuh. "Plis," pintaku dan mencium punggung tangannya.
"Dek," aku tak menyahutinya saat Bang Eno menepuk pelan pundakku. "Almira,"
"Gua enggak mau pulang." sergahku.
"Gua tahu," ucapnya. Aku melirik sekilas Bang Eno yang duduk di tepi ranjang Aden, ikut menatap wajah Aden yang masih saja tidak mau membuka matanya. "Lo enggak capek?"
Aku tertawa mendengar pertanyaanya, "enggak akan ada capek buat dia."
Aku beralih menatap Bang Eno yang mengenggam tanganku, kepalanya mengangguk pelan meski masih menatap Aden, "Den, lo harus bersyukur dapetin hati adek gua yang tulus ini. Adek gua ini udah cantik, dia juga cinta ke lo. Dia ini limited edition," ujarnya yang terkekeh. Aku tak bisa menahan tangisku, memeluk Bang Eno adalah yang terbaik. Dia sandaranku, dia mengerti segalanya tentang aku. Dia lelaki yang aku kenal selain Aden, lelaki yang melebih jiwaku sendiri. "Gua tahu lo itu kuat,"
"Thanks." isakku memeluknya erat.
"Temenin dia, gua yang akan ngasih pengertian ke Mama." ucapnya dan aku mengangguk dalam pelukannya.
"You're everything to me." ucapku dan dia hanya terkekeh.
***
Entah berapa jam yang sudah aku habiskan dengan duduk diam menatap wajah Aden yang masih tertidur lelap dengan alat-alat medis, sumpah aku benci alat-alat itu yang udah nyakitin Aden.
"Al," aku menerima secangkir cokelat hangat dari Mbak Raha. "Kamu tidur aja. Istirahat."
Aku menggeleng sebagai penolakan, "enggak usah."
"Al,"
"Enggak apa-apa. Aku di sini aja, Mbak." tolakku halus.
Aku mendengar dengusan kasar Mbak Raha, "Al, kita semua juga sama khawatirnya kayak kamu. Tapi, plis lah kamu mau istirahat sebentar biar aku yang jagain Aden, kita enggak mau kamu juga ikutan drop."
Aku tertawa sumbang mendengarnya, "enggak, mbak. Gua udah biasa kayak ginian. Cuman duduk aja kok."
"Ya udah. Kalo kamu capek atau ngantuk, tidur di samping Aden. Jangan paksain diri." aku mengangguk tanpa melawan lagi. "Selamat malam." pamitnya yang beranjak pergi dari kamar Aden.
Aku meletakkan cangkirku dan mengenggam kembali tangannya, "Den, gua enggak akan pernah lelah buat berada di samping lo. Bagi gua, lo segalanya. Gua mohon sekali ini aja, besok lo mau buka mata."
Aku beranjak dan mengambil tempat di sisi tempat tidurnya yang kosong. Berbaring di sampingnya. "Ayo bangunlah. Gua kangen pelukan lo." isakku yang menyandarkan kepalaku pada pundaknya, mengenggam tangannya erat-erat.
"Plis,"
***
"Al," aku merasakan usapan lembut dan suara Aden yang memanggil namaku. "Almira,"
Memaksa mataku untuk membuka adalah musuh bebuyutan di pagi hari. "Aden?" aku terkesiap, terduduk di sampingnya. "Lo bangun?"
Dia tersenyum dan mengangguk lemah, "thanks." ucapku yang menciumi tangannya. "Sebentar, ya. Aku keluar dulu mau ngasih tau ke mama lo." aku segera berlari keluar, berteriak membangunkan penghuni rumah lainnya yang masih berjaga untuk memberitahukan berita penting yang melegakan hati.
Dokter Erwin memeriksa Aden, para perawat yang ikut bersamanya sudah melepaskan alat-alat medis sialan itu dari tubuh Aden. Dan aku memeluk erat Mbak Raha saking bahagianya melihat Aden membuka matanya.
"Sudah lebih baik. Stabil." ucap dokter Erwin setelah selesai memeriksa kondisi Aden. "Kalau drop lagi, saya sarankan untuk langsung dibawa ke rumah sakit, sangat minim jika perawat di rumah seperti ini."
"Enggak." tukas Aden.
"Den, jangan gitu, nak." bujuk Tante Hanti lembut pada putera semata wayangnya. "Kita sudah menuruti semua kemauan kamu, kita cuman mau yang terbaik buat kamu."
"Ma,"
"Plis, sayang." pinta Tante Hanti yang akhirnya disambut dengan anggukkan Aden.
"Oke, jangan lupa minum obat dan istirahat yang cukup." pesan dokter Erwin sebelum pergi.
Aku duduk di tepi ranjang, menjalin jemarinya dengan jemariku, "makasih."
"Buat apa, Al?"
"Udah bangun." jawabku dan melemparinya senyum termanisku. "Gua ketakutan."
"Gua di sini." dia merentangkan kedua tangannya ke arahku dan aku menyambutnya, membaringkan kepalaku di dadanya, menangis di sana sejadi-jadinya tanpa lagi ingin aku tahan-tahan. Aku benar-benar ketakutan, aku takut untuk semua hal buruk akan mungkin saja terjadi.
"Gua baik-baik aja. Gua cuman tidur tapi beda kayak yang lainnya, tidur gua kadang lama, Al." katanya sambil menepuk pelan punggungku, menenangkan dicampur membuaikanku. "Lo pasti kurang istirahat, tidur di samping gua sini." aku menangguk menuruti perintahnya. Beranjak menuju sisi tempat tidur yang kosong dan berbaring di sana.
"Jangan gitu lagi, enggak ada lucunya." rajukku.
"Sori," ucapnya dan aku mengangguk tak mempermasalahkannya lagi.
Tanganku sudah melingkar di perutnya. Aku akan selalu memelukmu, Den. Apapun yang terjadi tangan ini akan selalu memelukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay [FINISHED]
Teen FictionBagi Al, Aden adalah galaksinya yang begitu luas untuk dia arungi Bagi Al, Aden itu udara yang selalu dia butuhkan setiap hari Bagi Al, Aden itu narkotika yang selalu membuatnya kecanduan Al suka Aden yang sama-sama menyukai bintang Polaris Ini adal...