Chapter 7
KFC***
"Al, lo kok tenang-tenang aja? Tumben banget." tanya Santi yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas setelah bel pulang bebunyi lima menit yang lalu.
Aku hanya memberikan cengiran khasku padanya, "Engga. Lagi ada janji." jawabku melipat kedua tanganku di atas meja.
"Janjian bareng Aden?" tebaknya.
"Engga. Sendirian."
"Di sini?"
"Engga. Di tempat lain."
"Napa gak pulang aja dulu. Ganti baju gitu." sarannya yang menarik resleting tasnya ke atas. "Kan bisa siap-siap dulu."
"Engga ah. Rumah gua jauh dari sini." tolakku.
"Lo janjian ketemuan di sini ya?" tebak Santi yang mulai curiga.
"Gitulah. Gih sana! Lo kan ada janji ama adek kakak itu." seruku menyuruhnya untuk segera bergegas, sebenarnya sih biar gak ditanya-tanya terus. Santi kan kepoan dan gak bakalan berhenti nanya kalo belum puas.
"Terus lo?"
"Gua mah rebes. Tenang aja. Bawa duit lebih buat pulang. Kalo kurang tinggal calling lo aja kan." gurauku hambar.
"Kampret!" umpat Santi yang kemudian memakai sweater merahnya. "Gua pulang ya!" pamitnya yang berjalan keluar dari kelas. Aku menghela napas lega dan menyandarkan kepalaku pada tembok samping bangkuku. Lega sih lega tapi, ada satu biang kerok lagi ini.
"Yakin lo?" aku menghela napas mendengarnya dan menganggukkan kepala pelan. "Lo naik apa entar?"
"Naik kuda." jawabku asalan.
"Kuda lumping?"
"Kuda putih."
"Di Bromo noh banyak kuda, disewa gratis." celetuknya yang membuat mataku memutar jengah.
"Emang kuda cuman ada di Bromo, Den?" tanyaku sebal.
"Di Jogja ada." jawabnya.
"Gak di sono-ono doang yang ada." kesalku menatapnya kesal tapi dia malah nyengir polos.
"Yakin?"
"Iya. Bawel lo. Sana!" usirku dan mendorong tubuhnya untuk keluar kelas.
"Gua temenin sampe dia dateng." tawarnya.
"Gak usah. Makasih. Lo kebaikan banget, Den. Lo pulang sana, bantuin mama lo atau anterin Mbak Raha pergi jalan-jalan." ujarku menyuruhnya. Percuma.
"Lo gak mau ikut jalan-jalan bareng Mbak Raha?" tanyanya.
"Kapan-kapan aja." jawabku dan berhasil mengeluarkannya dari kelas. "Pulang sana! Hati-hati dijalan! Gak usah ke Bang Pik, entar malem aja ke sono." ucapku dan dia mengacungkan jempolnya ke atas.
"Daahhhh..." ucapku padanya yang sudah berjalan jauh dari kelas. Beres. Aku tersenyum lega dan kembali duduk di bangkuku untuk menunggu dia yang masih belum dateng. Bbm terakhirnya sih, katanya masih ngelatih tapi cuman sebentar aja. Tapi, sebentarnya ini? Setengah jam? Satu jam? Dua jam apa lebih dari itu? Aku hanya menghela napas pasrah.
Satu jam udah berlalu dan aku sudah menghabiskan satu botol air mineral kecil. Aku menghela napas dan meletakkan kepalaku di atas meja. Sumpah! Nunggu tuh hal yang aku benci dan bosenin. Orang yang aku tunggu juga gak muncul-muncul batang hidung mancungnya. Aku menggeluarkan ponselku dari saku jaket hitamku, memeriksa notifikasi ponsel, sapa tau ada pesan dari dia. Zonk. Gak ada. Cuman notifikasi grup Line kelas, akun meme Instagram sekolah dan dari Aden yang terus menanyaiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay [FINISHED]
Teen FictionBagi Al, Aden adalah galaksinya yang begitu luas untuk dia arungi Bagi Al, Aden itu udara yang selalu dia butuhkan setiap hari Bagi Al, Aden itu narkotika yang selalu membuatnya kecanduan Al suka Aden yang sama-sama menyukai bintang Polaris Ini adal...