Chapter 14
Mak Lampir
***Aku duduk diam di tepi branka dengan kedua kaki yang kugoyangkan. Bosen. Iya bosen. Seminggu lebih di rumah sakit cuman buat satu kakiku yang cedera, padahal luka-luka yang lainnya sudah lumayan sembuh, maksudnya itu udah tinggal bekas keunguan saja.
"Jangan digoyang-goyang gitu kakiknya. Gak sembuh-sembuh nanti." omel Mama yang sedang memasukkan pakaian kotorku ke dalam tas besar.
"Emang ngefek, Ma?" tanyaku cuek.
"Adek ya kalo dikasih tau, bawel aja." omel Mama lagi.
"Mama pulang aja deh." pintaku.
"Abang kamu bentar lagi ke sini."
"Engga usah ke sini, Ma." sahutku yang masih kesal dengannya.
"Kok gitu sih, dek?" tanya Mama bingung dan merapikan nakas samping brankaku yang ambrul adul karena ulahku yang sembarang meletakkan makanan atau barang di sana.
"Ngeselin aja kalo Bang Eno di sini." jawabku cemberut.
"Ya udah, biar si Aden aja yang ke sini." pungkas Mama dan mencium kepalaku sebelum meninggalkan kamar inapku.
"Udah ganti perban lagi." ucap Aden yang baru datang. Dia sudah asik duduk berselonjor di sofa.
"Mama bilang..."
"Kebetulan tadi ketemu di depan." sambarnya dan mengupas jeruk.
"Jadi, niatan kemari tadi?" tebakku dan dia menjetikkan tangannya. "Idiihh... Kalo ke sini itu ya bawa sesuatu gitu."
"Sesuatu apaan?" tanyanya sok polos.
"Makanan kek, apa kek gitu. Bukannya ngabisin makanan gua." omelku.
"Dimana-mana kalo ngabisin enak, Al." belanya.
"Alesan. Bilang aja lo kaga mau beliin. Dasar pelit." kesalku tiba-tiba.
"PMS, Al?" tanyanya yang duduk menghadapku.
"Engga. Emang kalo orang kesel itu mesti PMS ya? Gimana kalo lo yang kesel? Lo juga PMS?" dan Aden tertawa terbahak mendengarnya. "Apaan lucu?"
"PMS-nya." jawabnya yang mencoba menahan tawanya, tapi yang ada dia semakin tertawa terbahak.
"Gak lucu!" tukasku kesal dan melipat kedua tanganku di depan dada.
"Luculah kalo itu lo yang ngomong." ucapnya.
"Emang gua Sule tiap ngomong jadi lelucon?" sewotku.
"Widihhhh... Mbak Al ngambek." godanya yang berjalan menghampiriku dan duduk di sampingku. "Senyum senyum." godanya yang menggelitiki daguku.
"Lo kira gua kucing tetangga." sentakku dan menyeplak tangannya menjauh dariku. "Sableng lo!"
"Wadahhh... Anak kucing tetangga gua marah." godanya yang kemudian cekikian.
"Apa lo?"
"Orang ganteng, namanya Raden Al-Shihab." cengirnya.
"Emang gua nanya gitu? Lebay lo. Geer lo. Sok sok." ejekku.
"Ya gitu, jelek-jelekin aja gua." kesalnya dan aku menepuk pelan lengannya.
"Cupcup."
"Al."
"Apa?"
"Gimana kalo gua udah dapetin seseorang?" tanyanya yang membuatku mengeryit tak mengerti.
"Maksud lo?"
"Gua nemuin seseorang. Pacar." jawabnya dan aku menatapnya cukup lama hingga membuatnya menggaruk canggung tengkuknya. "Ngertikan maksud gua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay [FINISHED]
Teen FictionBagi Al, Aden adalah galaksinya yang begitu luas untuk dia arungi Bagi Al, Aden itu udara yang selalu dia butuhkan setiap hari Bagi Al, Aden itu narkotika yang selalu membuatnya kecanduan Al suka Aden yang sama-sama menyukai bintang Polaris Ini adal...