Chapter 16 : Arah Jam 3

421 30 0
                                    

Chapter 16
Arah Jam 3
***

Aku duduk diam di sofa single, menghadap kamar Aden yang masih belum terbuka jendelanya. Apa dia udah bangun? Dia di mana?

"Dek, minum susunya." Mama mengangsurkan gelas susu hangat padaku.

"Ma, bisa gak sih stop minum susunya?"

"Kenapa?" tanya Mama.

"Kayak anak kecil tau gak, Ma. Minum susu terus. Al minum, Al waktunya minum, Al habisin susunya." ucapku meniru Mama memerintahku.

"Mama nyuruh juga ada baiknya kan, dek." bela Mama.

"Al bosen, Ma. Gak enak, enek. " ucapku jujur, tak suka dengan rasa susu vanila yang bikin perut jadi enek ingin mual.

"Mama ganti susu cokelat aja ya?"

"Gak deh, Ma. Makasih." ucapku masam dan Mama cuman tertawa kecil melihatku. 

"Kapan sih adek bisa gede?"

Aku mencibirnya, "Udah gede,  Ma."

"Iya. Udah gede badannya aja." timpal Mama. "Abisin susunya."

"Mama..." rengekku padanya. 

"Mama ke sini lagi nanti,  gelasnya udah harus kosong." ucap Mama yang akan menutup pintu kamar.  "Gak ada acara buang susu di pot bunga, ya." wanti Mama. 

"Oke." sahutku malas. "Dikira masih bocah." gerutuku sebal dan melatakkan gelas susu yang kupegang ke atas meja samping ranjangku. 

Aku menurunkan kedua kakiku dan memakai sendal selop,  menarik sesikit demi sedikit sofa single ke arah jendela. Mengarahkannya menghadap jendela. "Berat juga sih, ya." gerutuku. 

Aku mengambil teropong bintang milik Bang Eno dan memasangnya di depan sofa.  Sambil menyetel musik, aku mengamati halaman belakang rumah keluarga Shihab juga kamar Aden yang sepi. 

Biasanya kalo sore seperti ini,  Aden akan tidur di trampoline-nya tapi,  di sana kosong.  Jendela dan gorden kamarnya juga tertutup rapat. Rumahnya juga sepi gitu. 

"Kemana dia?" gumamku sendiri dan menyandarkan punggungku ke belakang, memakan potong buah yang sudah disiapin Mama tadi.

PING

SANTI
Kapan balik sekolah?  Kangen nih.

Aku cekikikan membacanya.  Bisa ya Santi kangen aku? Biasa juga marah-marah mulu.

Almira S.
San,  gua bosen banget.  Ke sini entar,  ya.

Santi
Berani bayar gua berapa nyuruh-nyuruh? 

Aku tertawa sendiri setelah membacanya.  Ckck Santi mah gitu ya.  Saat aku melihat perbanku,  aku teringat Aden yang menggambar perbanku ini. Ngasih tulisan penyemangat dan gambar-gambar. 

"Kok lo jahat banget sih?" kesalku sendiri dan mengusap pipiku kasar. "Gua gak suka nangis. Gara-gara lo ini. "

"Dek,  ayo turun." Mama berdiri di ambang pintu. 

"Ngapain,  Mah?"

"Ada calon pacarnya Bang Eno."

"Siapa?" perasaan Bang Eno gaj lagi deket sama cewek manapun.  Ceritapun enggak sama sekali. "Bang Eno... "

"Shella."

"Dia? Sampe kapan pun, Al enggak setuju kalo pacaran mereka." kesalku dan Mama sudah berdiri di sampingku untuk memukul pelan lenganku.

Please Stay [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang