Chapter 11 : Risotto pake spesial

513 31 2
                                    

Chapter 11
Risotto pake spesial

***

"Den, bikinin risotto dong." pintaku, dia malah asik dengan hapenya dan berbaring santai di sofa. "Denn..."

"Males, Al." sahutnya.

"Gua kepengen, Den." rengekku dan melemparinya dengan kulit jeruk yang aku kumpulkan di atas selimut.

"Lo kira gua tempat sampah?" kesal Aden dan melempari balik padaku.

"Lah? Gua kira lo tempat sampah, Den." ujarku.

"Udah. Gua batal masakin lo."

"Loh? Loh? Kok gitu? Engga bisa sepihak gitulah." omelku padanya dan dia hanya menatapku dengan sebelah alisnya terangkat. "Udah deh, yang alisnya macem penggaris papan kaga usah di naikin gitu. Gelo gua liatnya." ujarku.

"Lo hina gua lagi, beneran bantal masakin risottonya." ancamnya.

"Lo ngancem mulu, Den."

"Makanya, kalo minta sesuatu ya dimanisin kek, bukannya dihina-hina mulu." ujarnya dan aku mencibirnya.

"Gaya lo!"

"Kan, gitu emang hukum alamnya. Kalo minta yang baik, yang manis." sahutnya dan aku melipat kedua tanganku, dan menatapnya kesal. "Ayo cepetan!"

"Bentar napa." sahutku.

"Lama bener dah lo, Al. Lo cuman ngomong manis aja." cerocos Aden.

"Ngomel mulu lo." ucapku kesal. Kuhela napas beberapa kali sebelum menatapnya sok manja. Sumpah, ngelakuin ini tuh bikin jijik sendiri. "Aden... Mas Raden Shihab, bikinin Risotto dong tapi, pake spesial, ya." ucapku mencoba bernada semanis dan semanja mungkin.

Muka berubah seratus delapan puluh derajat saat Aden cuman ketawa. Iya, ketawa terbahak kayak abis liat adegan Sule di OVJ yang ngerjain Pak Dalangnya. "Maleslah gua." ambekku.

"Ya elah, ngambek lo. Sekalian sana pake acara nangis juga." suruhnya dan aku semakin ngambek padanya dan berbaring memunggunginya.

"Tau pintu keluar kamar inap gua kan? Noh di depan sana." ucapku sambil menunjuk arah pintu kamar inapku. "Kalo gak tahu kalan pulang, bisa gua pesenin grab sekalian. Buang aja vespa buntut lo di kali ciliwung." cerocosku pedas.

"Nyelekit amet, Al."

"Sono pulang. Males gua liat lo." usirku.

"Entar lo diculik suster ngesot loh, Al." godanya.

"Entar gua ajak Mbak Suster ngesotnya goyang sot sot." sahutku yang masih memunggunginya.

"Ya udah. Gua pulang dulu. Abis ini, Mama lo dateng kok." pamitnya yang menepuk beberapa kali kepalaku.

"Nyebelin, kan." kesalku menatap pintu kamarku yang sudah tertutup rapat.

***

"Kok Mama gak lihat Santi ke sini ya, dek?" tanya Mama yang menemaniku sarapan. Aku hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban dan menikmati makanan rumah sakit yang enggak ada rasa asin manis ini. "Kalian gak lagi marahan, kan?" tebak Mama.

Please Stay [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang