Chapter 18
Halo Rumi
***"Lo tuh ya, gak mikirin gua gimana." gerutu Santi yang udah mirip emak-emak yang suka gosip di gerobak sayuran kompleks rumah. Meski mulutnya komat-kamit, Santi bakal jemput aku, sekarang cuman pasang cengiran ala anak polos yang suci tak berdosa.
"Sama temen sendiri gak boleh gitu dong." cengirku dan duduk manis di kursi samping kemudi, dan dengan sadisnya, Santi melempar tasku di kursi penumpang. "Jahat!"
"Bawel." sungutnya yang berlari ke kursi kemudi, melajukan si Suzy dengan mulus.
"Wihhh, udah lama nih lo gak bawa Suzy ke sekolah." ucapku dan membuat Santi melirikku setelah mendengar dengusannya.
"Kalo bukan gara-gara lo nelpon gua pake drama nangis seribu langka lo itu, gak akan gua bawa si Suzy ke sekolah. Was was gua nanti. Takut body mulusnya baret-baret." ocehnya dan detik berikutnya teriak histeris.
"Yang sabar ya, demi gua, harus ada yang dikorbankan." ucapku menepuk pelan bahunya.
"Mbah-mu!" sungutnya dan melajukan Suzy dengan lihainya.
Ngomong-ngomong, Suzy ini mobil putih kesayangan Santi. Dia emang jarang bawa Suzy ke sekolah dan lebih rela nebeng ke temen-temen demi body mulus Suzy yang katanya udah mirip bodynya Suzy Miss A. Ya, tahu kok kalo Santi ini udah sakit. Haha
"Artis sekolah udah balik, pasti kelas heboh gua udah masuk."
"Heleh." cibir Santi yang beberapa kali membunyikan klakson pada pengendara motor yang mendekati mobilnya, beberapa kali gerutuan dia serapahkan. "Besok lo pesen ojol aja deh."
"Kok gitu?"
"Lo enggak tahu apa hati gua ketar-ketir liat Suzy dideketin gitu." Santi menunjuk pengendara sepeda motor yang berhenti di dekat Suzy, membuat Santi yang sewot sendiri. "Gua enggak mau Suzy masuk rumah sakit."
"Heleh, lebay banget sih lo." cibirku setelah menonyor kepalanya.
"Gila lo, Al." kesalnya yang setengah berteriak dan mengundangku untuk tertawa. "Lo kecelakaan bukannya kepala lo bener, makin gesrek."
"Mana ada," tantangku.
"Gila."
"Gua gila juga lo masih doyan deket gua, San."
"Ogah, ini demi abang lo ya,"
"Cinta kaga dipeka, jurus nyogok bertindak." kataku terkikik.
"ALMIRA!"
***
"Si Herkules ke sini enggak?" tanya Santi setelah membawa nampan berisi pesanan kami. Yaps! Markas andalan kami berdua, MCD.
Aku hanya mengedikkan bahu sambil memakan ayam kentakiku. "Gua enggak tahu, lo gimana tadi nge-WA dia?"
"Katanya 'oke'."
"Ya udah. Paling juga lagi sibuk dikit, lo kan tahu, anak basket lagi persiapan tanding. Dia juga pasti juga sibuk." ujarku berspekulasi sefakta mungkin.
"Lo bener juga sih." Santi menyeruput minuman. "Anjir." pekiknya dan berdecak kesal. "Lo pesen soda?"
"Iya. Lo takut gendut?"
"Gua itu lagi program diet ya." kesalnya yang memindahkan gelas soda pesananku ke depanku. "Mila atau es krim masih gua toleransi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay [FINISHED]
Teen FictionBagi Al, Aden adalah galaksinya yang begitu luas untuk dia arungi Bagi Al, Aden itu udara yang selalu dia butuhkan setiap hari Bagi Al, Aden itu narkotika yang selalu membuatnya kecanduan Al suka Aden yang sama-sama menyukai bintang Polaris Ini adal...