Chapter 17
Klarifikasi
***
Udah dua bulan aku enggak masuk sekolah. Kaki diperban kayak gini buat aku gak bisa penculitan. Paranoidnya abang dan histerisnya Mama kalo aku lari-lari kecil nurunin tangga buat ambil cemilan.Sumpah. Mereka berdua lebay banget. Iya tau, lebay mereka itu karena sayang ke aku.
"Dek,"
"Hm?" sahutku enggak ngalihin barang sesenti pun dari drama korea yang lagi aku tonton.
"Dek,"
"Apa sih?" sungutku dan merampas balik cemilanku darinya. Bang Eno berdecak sebal padaku. "Udah ketemu yang nabrak gua?"
"Tanya polisi, bukan gua."
"Lo kan yang ngurus, bang." aku menatapnya kesal. "Gimana kalo yang nabrak gua orang yang lo kenal?"
"Maksud lo siapa? Aden?"
"Lupainlah." tukasku dan kembali menonton drama korea. "Gua ngasal aja."
"Lo ini kenapa?"
"Gak pa-pa. Lagi PMS aja." jawabku ngasal.
"PMS gara-gara Aden gak ke sini-sini?" skakmat. Tebakan Bang Eno tepat banget.
"Biasa aja sih gua." dustaku sok gak peduli gitu di depan Bang Eno. Gak ketara kan?
"Ck. Gak usah kegedean gengsi Al."
"Enak aja." teriakku kesal saat Bang Eno menutup pintu kamarku. "Gak usah sok mbah dukun deh."
"Sok tau banget." gerutuku kesal dan meletakkan cemilanku begitu saja. Males banget deh itu Bang Eno. Selera nonton drama dan cemilan jadi menguap gitu aja. Musnah.
"Al."
"Apalagi sih?" bentakku dan sedetik berikutnya, aku melongo melihat siapa yang ada di depan pintu kamarku. Orang yang aku tunggu beberapa minggu yang lalu. "Aden?"
"Ada apa ama lo?" Aden mengambil duduk di samping ranjang dan cengiran khasnya terbit.
"Gak. Gua harusnya yang tanya gitu ke lo, Den?"
Sebelah alisnya menukik tajam, "gua?"
"Gua pulang dari rumah sakit, lo ngilang gitu aja kayak dicolong wewe gombel." sungut kesal dan dihadiahi tawa terpingkal-pingkal Aden. Gitu amat nih anak. Capek-capek aku berspekulasi sendiri eh dia malah asik ngetawain aku. Ini aku gak lagi nguji lawakku yang abis berguru ama Sule lho.
"Ya sori lah, Al. Lagi ada urusan yang harus gua..."
"Iya. Urusan lo kan Rumi." selaku dan membuat Aden terdiam. Tawanya menguap gitu aja dan digantiin kediamannya. "Gak pa-pa. Gua oke."
"Gua gak nanya lho, Al."
"Gua ngasih tau aja. Info gak penting keadaan gua." ketusku dan melempar pandang ke segala arah, yang penting gak liat dia.
"Liat gua, Al."
"Gak." tolakku dan mengambil camilanku lagi dan menyetel drama korea yang beberapa menit lalu aku matiin. "Gih pulang aja. Gua baik-baik aja. Thanks udah jenguk gua."
"Al,"
"Gua mau tidur. Bentar lagi Mama ke sini bawain susu. Gua gak suka." usirku tersirat dan mematikan televisi. "Sana." usirku dan berbaring memunggunginya.
"Al,"
Aden gak pergi-pergi sih?
Aku pengen nangis padahal."Sori ya. Emang sih, gua punya hubungan ama Rumi tapi sebatas kayak gua ama lo. Sahabatan." penjelasan dia ngeluncur gitu aja. Aku lebih baik pura-pura merem biar dia gak terus ngomong dan bikin aku kepancing soal kejadian waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Stay [FINISHED]
Teen FictionBagi Al, Aden adalah galaksinya yang begitu luas untuk dia arungi Bagi Al, Aden itu udara yang selalu dia butuhkan setiap hari Bagi Al, Aden itu narkotika yang selalu membuatnya kecanduan Al suka Aden yang sama-sama menyukai bintang Polaris Ini adal...