Chapter 40 : Tidurlah Sayang!

1.2K 43 0
                                    

Chapter 40
Tidurlah Sayang!

***

(Sumber gambar : -disensor-)

"Mau minum?" tawarku dan mengangkat gelas air putih di depannya yang sedang duduk bersandar pada bantal yang telah aku sunsun dengan apik agar dia nyaman.

"Engga." jawabnya lemah sembari menggelengkan kepala.

"Lo nakut-nakutin gua kemaren, Den. Rasanya gua kaga bisa nangis lagi ini." curhatku dan duduk di tepi brankanya. "Jangan kayak gitu lagi!"

"Sori, Al." hanya itu yang dia ucapkan. "Gua lelah banget."

"Mau baringan lagi buat istirahat?" tanyaku yang sudah berdiri di samping brankanya untuk mengambil tumpukan bantal-bantalnya.

"Gua lelah segalanya." ujarnya.

"Ngaco ngomongnya." sahutku tak suka dan mengambil dua bantal yang tertumpuk paling atas, menyisakan satu bantal untuk dia membaringkan kepalanya. "Lo aja dulu bisa sembuh, kali ini lo pasti sembuh, Den. Lulus barengan ama gua, kuliah barengan lagi. Lo bilang bakal nikahin gua." ujarku parau menahan isak tangisku. "Lo gak boleh kibulin gua. Lo harus nepatin janji lo ke gua." lanjutku.

"Al -" panggilnya yang sudah meraih tanganku dan meletakkannya di atas dadanya.

"Lo gak boleh lelah, apalagi nyerah. Ada gua yang bakal nemenin lo, gua gak akan ninggalin lo berjuang sendirian." ujarku menyakinkannya agar tetap semangat untuk berjuang ngelawan penyakitnya.

"Al, semua orang punya limit." ucapnya.

"Gua kaga punya limit itu. Gua berjuang. Gua kaga mau jadi pecundang." tukasku menahan air mataku agar tak jatuh.

"Al -"

"Kita udahan ngomongnya. Makin ngaco dan gak tau kemana arah kita ngomongnya." putusku dan beringsut menjauh darinya, aku memilih untuk duduk di sofa tepat di bawah jendela.

"Sori." ucapnya lirih.

"Plis. Jangan bahas itu lagi." pintaku. Dia hanya mengangguk lemah dan kembali memejamkan matanya. Tanpa bisa kubendung lagi, air mataku kembali menyeruak ingin keluar. Lancang memang air mataku, aku kira sudah kering dan tak tersisa lagi buat aku menangis seperti ini.

"Kencan yuk besok!" ajaknya tiba-tiba.

"Kemana? Dokter Erwin kan ngelarang lo pergi." sahutku yang buru-buru mengusap air mataku.

"Gua yang bakal minta ijin ke Dokter Erwin dan Mama." ucapnya.

"Gua yakin gak bakalan dibolehin." ucapku yakin kalo gak bakalan ada yang ngijinin Aden keluar dari kamar inapnya.

"Liat aja nanti, Al!" ucapnya.

***

Aku berdiri diam di depan pintu kamar inap Aden. Mendengarkan pembicaraan antara Aden dan dokter Erwin, juga di dalam sana ada Tante Hanti -Mamanya.

Aden terus menyakinkan Mamanya dan Dokter Erwin. Sebegitu inginnya kah Aden untuk bisa mendapatkan ijin keluar?

"Dok, cuman sebentar. Satu hari aja. Abis itu aku akan fokus dengan pengobatanku." ujarnya menyakinkan dokter Erwin kesekian kalinya.

"Den, kondisi kamu gak memungkinkan untuk keluar dari sini." sahut Dokter Erwin.

"Yang tahu kondisi tubuhku, cuman aku, dok. Aku baik-baik aja." bantah Aden keras kepala.

Please Stay [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang