The Unpleasant Forest

123 7 0
                                    

Part 3: The Unpleasant Forest


Keenam gadis itu masih cukup lama berada ditempat itu seraya menemani Kotori yang sedang berdiri menatap kepergiaan ibu kandungnya sekaligus guru kepala sekolah mereka yang sudah memasuki mobil jeep dan mengendarai mobil itu untuk keluar dari dalam hutan sampai mereka tidak bisa melihatnya lagi.

Ada sedikit rasa cemas dan kesepian di dalam hati mereka setelah menyadari bahwa hanya ada mereka saja di dalam hutan ini namun Hanayo tetap meneruskan misinya lalu memberikan pengarahan singkat kepada mereka. Hanayo memperingatkan mereka:

"Jadi setelah ini kita akan memasuki wilayah dalam hutan ini. Ingatlah hal ini bahwa keadaan hutan akan semakin tidak bersahabat di malam hari dan kita juga masih belum tahu monster apa saja yang berada di dalam hutan ini. Jadi tetaplah waspada!".

"Grrr... Kalau tahu begini kenapa kita tidak berangkat lebih pagi saja, nyaa?!" protes Rin mendengus kesal.

" Tidak usah khawatir. Dengan keadaan kita yang sekarang aku yakin kita pasti bisa bertahan di dalam hutan ini." jawab Hanayo dengan yakin.

Selagi matahari senja hendak tenggelam. Para gadis disana mulai berkemas untuk bersiap memulai perjalanan awal mereka. Sebagian besar dari mereka tidak benar-benar siap untuk petualangan di alam liar ini namun itu tidak berlaku bagi gadis pemilik rambut hitam kebiruan itu, Umi Sonoda.

"Eh, Umi, Kamu membawa panahmu sendiri, yah?" tanya Eli kepada gadis yang ada disampingnya.

Gadis kyudo itu sejak awal telah memaksa untuk membawa busur panah pribadinya sebelum memulai perjalanan ke hutan. Alhasil senjata melengkung itu selalu berada dalam jinjingan pundaknya sementara dia membawa tas beban yang cukup berat.

Sungguh merepotkan untuk melihat dirinya bersusah payah melakukan itu apalagi keadaan itu tidak sedap dilihat mata. Namun gadis yang saat ini sedang memakai kostum orang naik gunung itu begitu semangat untuk memikul semua beban tersebut.

Eli yang melihat itu juga tidak habis pikir dengan kelakuan kohainya namun dia juga tidak berniat membantu dengan beban yang sudah dia bawa sendiri. Yah, setiap orang memikul tanggung jawabnya masing-masing di tempat ini. Setidaknya dia masih berbaik hati untuk menemaninya berbicara dalam napak tilas ini.

"Aku pikir adalah lebih baik jika bisa membawa senjata milikmu sendiri" jawab Umi dengan tersenyum. Sang Senpai tersenyum meskipun sang Kohai hanya bisa memiringkan kepala menanggapi tingkahnya. Dan dia berkata...

"Ternyata pikiran kita sama yah.. hehehe..." Eli berkata sambil terkikih kecil seraya mengambil sebuah benda dari dalam tas miliknya yang tampak berat karena dijinjing dengan dua tangannya. Sebuah benda metalik yang ukurannya segenggaman tangan yang memiliki moncong berlubang didepannya. Itu adalah...

"Ehh, sejak kapan kamu memiliki pistol?!" tanya Umi dengan mata terbelalak dan keringat dingin bercucuran dari kulitnya saat menyadari sebuah pistol semi otomatis sedang ditodongkan tepat di depan jidat kepalanya. Dia segera terdiam dan tegak berdiri seraya kedua tangan ke atas saat sang Senpai melakukan itu! itu adalah...

"Ini pistol milik kakekku" jawab Eli santai sembari tersenyum nyinyir. Bak seorang koboi bergaya dia lalu menaruh tangan kanannya di bawah laras pedek pistol sambil terus membidik Umi."Aku pikir senjata api akan lebih efektif untuk mengalahkan monster"

"OK! OK! Aku mengerti! Turunkan benda itu sekarang!" teriak Umi panik memohonnya untuk berhenti berbuat demikian.

"Bagaimanapun juga, apapun yang terjadi jangan pernah menodongkan benda itu ke arahku?!"

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang