One by One

86 8 1
                                    

Part 5: One by One


"Siapa kalian...?!!"

"Tch, Tidak sopan! Hei, kaum manusia! Seharusnya kami lah yang seharusnya yang lebih dahulu menanyakan itu kepada kalian! Ada apa gerangan sehingga kalian secara kurang ajar masuk ke wilayah kami, huh?!" salah satu dari orang mini itu memasang wajah garang saat memelototi mereka berdua.

"M-Maafkan kami.. Kami berdua hanya mencoba lari dari kejaran musuh yang menyerang kami secara mendadak."

"Huh, musuh?! Siapa?! Tapi, kenapa harus lari ke sini?! Bukankah ada banyak daerah lain di dalam hutan ini untuk bersembunyi?! Lagipula kalian itu siapa?!!"

"Unn.... itu..."

"Gini yah, Maki-chan ke sini karena dia mendengar ada suara yang menuntunya untuk pergi ke tempat ini! Makanya dia pergi ke sini, gitu! Jelas, kan?!" papar gadis kucing itu dengan bangga.

"Huh?! Kamu itu ngomong apaan sih?!"

"Psst, Rin...." Sembari menepuk dahinya, Maki memberikan tanda supaya Rin menghentikan gelagat sok tahunya.

"Baiklah, kami berdua akan memperkenalkan diri. Namaku adalah Maki dan gadis yang berada di sampingku ini adalah Rin, kami datang ke dalam hutan ini bersama 6 teman lainnya. Tujuan kami kemari adalah untuk menemukan teman kami yang terjebak di kuil Energi Kekal di tengah hutan ini. hanya saja, pada saat kami sedang mengumpulkan tanaman obat tiba-tiba kami diserang oleh 'sesuatu' sehingga kami melarikan diri ke tempat ini."

"K-Kuil Energi Kekal?"

"Huh, bagaimana mungkin manusia bisa mengetahui tempat itu?! D-dan tadi kamu bilang bahwa teman kalian terjebak disana?!"

"Bukankah itu berarti kalian sudah pernah sampai ke tempat itu? Apa yang hendak kalian lakukan?!"

"Ahh... Pasti kalian berniat untuk menjarah tempat itu, kan? Makanya, dia menerima hukuman langit dan tidak bisa keluar lagi, kan?!! Dasar manusia, selalu saja tamak!"

Kedua gadis itu sedikit bengong setelah mendengar tanggapan ketujuh manusia kerdil tersebut.

"B-Bukan begitu?! K-Kami ini bukan perampok! Bahkan kami punya tujuan untuk menyelamatkan dunia ini! Kami ini adalah Warrior, tahu?!" kali ini giliran manusia kerdil itu yang bengong setelah mendengarkan penjelasan Rin.

"W-Warrior?! Mustahil?! Kamu pasti omong besar, kan?! Bagaimana mungkin gadis munafik seperti kalian mengaku menjadi para pahlawan suci?! Ini penistaan!"

"Kalau gak percaya kami punya buktinya! Lihat nih!" Rin yang terus ngeyel lalu mengeluarkan kartu dari sakunya dan menunjukkan kepada mereka sembari berkacak pinggang. Ketujuh kurcaci itu lalu memperhatikan dengan seksama gambar kartu tersebut namun sama sekali tidak terlihat mengerti.

"Kisah tentang para Warrior adalah Kisah Rahasia Suci yang tidak sembarang orang bisa mengetahuinya. Kami sama sekali tidak tahu apa-apa tentang itu namun kami pernah mendengar kesaktian mereka. Kalau begitu kenapa kamu tidak perlihatkan saja kepada kami tentang kekuatan Warrior? Bila kalian ini memang asli tentu tidak sukar untuk kamu melakukan itu kan?"

"T-Tapi??.... Psst, Maki-chan, cara berubahnya gimana yah?" sembari Rin mencoba memaksakan diri untuk tersenyum kaku, keringat dingin keluar banyak dari pori-pori wajahnya. Dengan respon tersebut, Maki dengan muka merah mencoba tersenyum kagok namun sebenarnya dia sedang berusaha keras menahan amarahnya.

.

"Hmm... Kirin?! Jadi, Begitu yah?!"

Gadis itu sembari menunggangi kuda yang masih terbang itu menyetel Stage Charger yang terpasang di tangannya untuk berkomunikasi dengan seseorang tertentu.

"Kotori-chan, aku berhasil menemukan signal keberadaan mereka berdua... tapi, kenapa penanda di layar ini menunjukkan 2 lokasi yang berbeda yah?"

"Hmm, baiklah... aku akan menuju lokasi yang terdekat dengan wilayahku sekarang dan kamu pergilah ke sisi lain yang masih dekat dengan perkemahan. Aku akan mengirimkan denah lokasinya kepada kalian."

"Laporan selesai."

.

"Baiklah, Jaga dirimu baik-baik, Umi-chan. Aku akan segera menuju lokasi lain yang kamu tunjukkan itu!"

"Selanjutnya, aku akan menghubungi Hanayo."

"Hanayo, semuanya tepat seperti ucapanmu ternyata memang ada sesuatu yang mengganggu sensor pelacak kita di sepanjang perkemahan. Oleh karena itu seluruh sinyal kita menjadi kacau dan tidak mampu mendeteksi apapun."

"Heh? Tidak usah... Aku akan pergi mencari tahu penyebabnya sendirian saja. Kamu lebih baik menemani para senpai itu. bukankah disana lebih 'menyenangkan' sekarang?"

"Kotori selesai."

.

"Hei, apa maksudmu itu?!!" wajahnya sedikit memerah ketika menjawab panggilan tersebut.

"Tch... Anak itu selalu saja seenaknya sendiri sekarang. Mentang-mentang dia sudah bisa jadi Warrior"

Wajahnya kembali tertekuk muram sehabis menyelesaikan panggilan. Apalagi saat ini dia sedang ditugaskan oleh Nico untuk menunggu rebusan daging di dalam tungku pembakaran yang baru saja dia buat dengan kekuatan Warrior-nya.

"Hoi, manasinnya yang bener yah?! jangan sampai apinya terlalu besar atau daging itu tidak akan benar-benar empuk nantinya!"

"Haik-Haik...." ujarnya dengan nada malas. Tentu saja itu kembali memancing amarah gadis cilik itu, beruntungnya masih bisa diredakan oleh kedua temannya yang lain.

.

"Huh, ini merepotkan saja!"

Maki menghela nafas panjang saat melihat perdebatan para orang kerdil itu dengan Rin yang tidak menemukan titik temu. Tanpa banyak bicara gadis berambut merah itu mulai membuka dua kancing atas kemeja putihnya.

"Ehh... Maki-chan? Kamu mau ngapain?!" tanya Rin panik, kamu dapat melihat pipinya memerah saat dia mengintip gundukan belahan dada putih di celah kemeja tersebut. Maki lalu menarik seutas kalung emas yang terpasang di lehernya itu keluar dan tampak sebuah liontin emas menjadi pendulum perhiasan tersebut.

"Ehh, itu kan?!!" para manusia kerdil itu tampak panik dan saling berpandangan satu sama lain saat melihat ikon liontin tersebut. Simbol itu bergambar singa mengaum dengan pola hati di belakangnya. Setelah melihat itu tanpa diberi aba-aba ketujuh kurcaci disana tiba-tiba sujud tersungkur di bawah kaki Maki.

"M.. Maafkan hamba tuan puteri!"

"Aree? Tuan puteri?"

"Apa maksudnya ini, Maki-chan? Kamu seorang puteri?!" tanya Rin masih kebingungan dengan kejadian tersebut dan Maki menanggapi itu dengan sekali anggukan kepala.

"A-Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Yang terpenting sekarang adalah kita harus pergi dulu dari tempat ini."

"M-Maksudmu?----!

Rin sama sekali tidak habis pikir dengan peristiwa yang terjadi saat ini. timbul pertanyaan demi pertanyaan baru di dalam hatinya seiring Maki juga enggan untuk menjawabnya. Namun sebelum dia sempat melayangkan protesnya tiba-tiba melesat sebuah tombak tepat mengarah kepada mereka. Tombak yang sama yang sebelumnya pernah menyerang Rin.

Swwwoooozzzz!!!

Swwwoooozzzz!!!

"Lekas, lindungi tuan puteri! Sekarang kita harus lekas membawa mereka menuju ke benteng perlindungan sekarang!!" perintah salah satu kurcaci bertubuh lebih tinggi di kelompok itu sembari menghalau serangan tombak yang masih melesat tanpa arah yang pasti tersebut.

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang