Sayonara, Honey!

118 7 2
                                    

Part 4: Sayonara, Honey!

.

"MOTOKO!! INGATLAH KAMU ITU JUGA ADALAH SEORANG MANUSIA!!!"

"DIAM.....!!"

Motoko kembali mengayunkan sabetan pedangnya kepada Umi Sonoda dari sebelah kiri namun gadis berambut hitam biru berhasil mengelak dan menangkis balik memakai love live blade miliknya dalam sekali jurus sebelum akhirnya memilih untuk kabur dan bersembunyi ke pedalaman hutan.

"UU.... UMI SONODA!!! BERHENTI MENGHINDAR!!!! AYOLAH BERTARUNG DENGANKU SECARA SERIUS SEKARANG!!!"

Terlihat jelas bahwa gadis berpakaian bak seorang miko itu terlihat kesal dengan gemeletuk gigi yang semakin keras ingin melumat gigi lainnya.

"Untuk apa aku harus bertarung denganmu? Kau dan aku itu bersahabat. Bukankah kita berdua sudah berteman akrab sejak lama?! Lagipula..."

"Tch, Sahabat?! Sahabat macam apa yang dengan sengaja mengingkari janjinya sendiri?!!!"

"Janji?" kali ini giliran Umi Sonoda yang bergumam heran.

"Cih, kamu bahkan tidak bisa mengingatnya!!" Motoko yang geram mulai kehilangan pengendalian diri dan berteriak keras-keras.

"Bahkan untuk sebuah ucapan yang pernah kamu ucapkan sendiri, kamu tidak bisa memegang itu baik-baik dan kemudian kamu barusan hendak menyatakan dirimu sendiri sebagai sahabatku?! Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai itu?!"

"...motoko!"

"Umi Sonoda, dirimu sendiri itulah yang menyedihkan!!!"

Pada saat itu Umi Sonoda baru saja berhasil memanjat pohon untuk menghindari kontak mata langsung dengan Motoko yang baru saja mendekati lokasinya berada, gadis itu dengan langkah santai terus berjalan seraya memalingkah pandangan matanya ke kiri dan kanan secara cepat seperti sebuah alat pemindai yang sedang menangkap gambar target buruannya dengan pandangan cepat.

Seharusnya itu adalah strategi yang sempurna.

Dalam beberap waktu Umi Sonoda meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak akan tertangkap basah. Motoko yang terlalu fokus untuk menatap padangan didepannya menjadi tidak waspada dan membuang kemungkinan bahwa musuhnya bisa saja bersembunyi di bawah tanah ataupun di atas pohon. Beberapa langkah telah terlewati. Umi secara refleks menutup mulutnya supaya nafasnya yang berburu kencang tidak terdengar.

Namun itu semua tidak berjalan lancar.

Umi Sonoda dengan langkah panik bergegas untuk melompati dahan demi dahan pohon yang ada untuk pergi semakin jauh. Gesekan demi gesekan pohon semakin membuat daun-daun berguguran dengna tidak wajar.

Motoko pada saat itu tidak tinggal diam, langkah kakinya mulai mengejar mengikuti daun-daun yang jatuh tidak wajar terbang di bawa oleh angin. Saat itu pakaian yang dikenakan Umi Sonoda juga sama sekali bukanlah kostum yang tepat untuk berkamuflase dengan warna ungu yang terlalu mencolok dengan hijaunya daun.

Maka pada saat itu Motoko yang berada di bawah tanah pada akhirnya bisa tersenyum seringai.

Umi Sonoda yang semakin berkeringat tidak berani lagi menoleh ke belakang melainkan terus melompat dan tetap menatap ke depan saja. Hanya saja, tindakan itu ternyata begitu naif. Umi tahu hal ini akan terjadi cepat atau lambat dan pada suatu titik kejadian itu tiba yaitu ketika sebuah suara berbisik tepat di telinga kirinya.

"....Baiklah jika itu yang kamu mau, Aku tidak akan menahan diri lagi sekarang. Terimalah ini!"

Umi Sonoda terlalu takut untuk menoleh yang dia tahu saat ini adalah bulir-bulir keringat yang besar sudah mengalir deras menutupi permukaan kulit wajahnya. Namun pada saat itu dia memalingkan wajahnya dan . . . .

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang