Overhead Frog

108 5 1
                                    

Part 9: Overhead Frog


Ketiga gadis itu berjalan lebih cepat dengan badan basah kuyup setelah keluar dari permukaan air sungai yang melaju deras. Ketiganya saling berpegangan tangan walaupun salah satu gadis yang memiliki postur tubuh lebih pendek itu terus mengomel karena merasa hampir tenggelam saat hanyut terbawa aliran sungai barusan. Berkali-kali dia terus menyalahkan Nozomi yang mengambil inisiatif sendiri tanpa memberi aba-aba kepada kedua teman lainnya namun seberapa keras pun dia mengomel tetap saja gadis tidak bergeming dan terus berkonsentrasi dengan kartu-kartunya.

"Selanjutnya kesini!" teriak Nozomi mengacungkan tangan kanannya ke arah hutan lainnya. Eli berusaha menegurnya namun itu seperti tidak ada gunanya. Wanita bule itu saat ini seperti tidak mengenali bentuk Nozomi yang saat ini. Nico juga mengangkat bahunya saat Eli melihat kepadanya. Sekali lagi Nozomi mengocok kartunya dan sebuah kartu lainnya keluar dari urutan tumpukkan tersebut secara acak.

Ada sebuah alasan mengapa kedua temannya agak takut menghentikan tingkah aneh Nozomi, itu karena mereka melihat peristiwa spiritual terjadi di depan mata mereka. Contoh sederhananya adalah sebuah kartu yang keluar dari tumpukkan kartu tersebut yang melayang di udara seperti menunggu pemiliknya untuk memperhatikannya. Atau ketika mereka sudah menghadapi jalan buntu yang tertutup semak-semak belukar, tiba-tiba saja sulur tanaman tersebut menarik mundur dirinya sendiri sehingga membuka jalan baru untuk mereka bisa lalui.

"NOZOMI!" bagaimanapun juga kali ini Eli harus benar-benar menghentikan gadis spiritual tersebut sebelum melangkah lebih jauh, itu karena di depan muka mereka terpampang lubang besar yang menganga lebar di atas tanah. Eli mendekap erat-erat tubuh gadis dengan perawakan yang 'tidak normal' bagi anak SMA pada umumnya itu namun terlambat kedua kaki gadis itu sudah melayang di atas udara dan begitu juga Eli yang kakinya hanya separuh menjejak tanah dan Nico yang tidak memiliki pilihan lain selain menarik badan Eli untuk tetap berada di atas tanah.

Akan tetapi itu semua gagal dan ketiga gadis itu terjatuh ke dasar lubang tersebut. tidak ada pengecualian. Mereka tidak memiliki pilihan lain selain mempersiapkan diri untuk benturan keras yang menimpa diri mereka.


"B-Bagaimana?!" Hanayo dengan nafas terengah-engah bertanya kepada rekan seperjuangannya, si Animal Guard, Onix yang menegakkan badan dan kepalanya bak ular kobra yang sedang mengintai mangsanya. Tangan gadis itu sudah terlihat gemetar setelah berulang kali mengeluarkan jala tali dari devicenya untuk menghalau serangan ketiga monster katak yang sudah mengamuk itu.

Ketiga katak itu tidak diam saja saat mengetahui mangsanya telah lepas dari mulut mereka, terlebih lagi setelah lidah mereka yang panjang itu sudah putus terkena sayatan tali cambuk Hanayo. berulang kali mereka melompat ke berbagai arah untuk mengecoh perhatian Hanayo dan diakhiri dengan lompatan besar yang berusaha menindih badannya. Beruntung, ada onix yang bertubuh besar dan sanggup mobilitas dengan cepat membawa tuannya menghindari bahaya demi bahaya. Ular besar itu sedikit tersenyum melihat cara monster itu bertarung. "Tidak buruk, sungguh tidak buruk."

"Tapi kalau begini terus maka tidak ada habisnya...." tiba-tiba Hanayo meloncat dari atas kepala Onix dan merentangkan tali cambuk dari devicenya begitu panjang dan merajut membentuk sebuah anyaman tertentu. Pada sisi lain Onix yang telah lepas segera bergerak berlawanan arah dari tuannya dan menyerang musuh di sisi belakangnya.

Hanayo menyerang monster itu dengan rajutan tali yang membentuk bangunan runcing dan menyerang kodok raksasa tersebut. "La Eiffel Dust!". Dalam sekali serangan monster itu tertusuk oleh senjata yang membentuk bangunan eiffel dan badannya meledak menjadi debu-debu berlian yang berkeping-keping.

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang