Chapter 2: Start Dash

355 14 2
                                    

Part 1: Sharing Event

Pukul 11:00 AM

Pagi menjelang siang, Sang surya telah naik membubung tinggi di angkasa. Cuaca di sekitar gedung SMA Otonokizaka juga menjadi semakin terik apalagi musim ini adalah musim panas. Jadi, tidak ada pilihan bagi mereka bertiga saat ini selain berteduh ke tempat yang lebih sejuk. Bersama dengan kedua tubuh yang tergeletak lemah di hadapan mereka maka ketiga gadis itu saling bergotong royong memindahkan Umi dan Eli yang telah pingsan menuju tempat peristirahatan.

Ada dua pilihan bagi mereka untuk berteduh, outdoor atau indoor. Berteduh di Indoor berarti memasuki gedung dan ruangan kelas kembali namun setelah menyadari bahwa berteduh di bawah reruntuhan atap gedung sekolah sepertinya bukanlah pilihan yang bijaksana apalagi dengan ancaman runtuhnya gedung maka mereka pada akhirnya memutuskan untuk beristirahat di outdoor, di bawah pohon besar yang berada di tengah halaman sekolah. Pohon besar ini cukup familiar bagi para murid Otonokizaka karena sering digunakan sebagai tempat hang out atau tempat beristirahat pada waktu makan siang.

Sementara itu pada tubuh Kotori kini telah kembali normal, sayap misterius yang ada di balik punggungnya itu secara misterius telah menghilang dengan sendirinya. Meskipun ada banyak keraguan di dalam hati Kotori tentang insiden yang terjadi pada hari ini namun dia memutuskan untuk mengesampingkan hal itu dan lebih memusatkan perhatiannya untuk menyelamatkan kedua temannya yang sedang pingsan di dalam pelukannya sekarang. Dibantu oleh Maki dan Rin, mereka bertiga secara gotong-royong mengangkat tubuh Eli dan Umi secara bergantian di bawah pohon rindang tersebut.

"Mari kita beristirahat disini sekarang." kata Kotori sambil mengusap keringatnya. Bulir-bulir peluh keringat mereka nampak mengalir deras membasahi seifuku yang sudah lusuh dan kecoklatan karena debu dan tanah yang menempel di sekitar blazer dan rok mereka. Kedua adik kelasnya juga nampak kehilangan tujuan setelah peristiwa ini, mereka bingung dengan keadaan yang harus mereka lakukan setelah ini, semuanya terlihat begitu mencekam apalagi tidak ada satupun yang menolong mereka. Aneh?

Dan keadaan inilah yang membuat Kotori berpikir keras agar bisa memecah suasana dan pada akhirnya dia memberanikan diri untuk membuka suara dan memulai sebuah diskusi.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita saling berbagi cerita mengenai insiden barusan?"

Tidak ada jawaban di antara mereka.

Suasana hening dan canggung terasa kental di tempat itu, keadaan yang bisa dimaklumi karena mereka sudah terlalu lelah dengan segala hal yang telah terjadi pada hari ini. Hanya saja, keadaan ini memang terlalu hening, begitu sunyi hingga membuat Maki yang biasanya pendiam dan tidak mau diganggu menjadi risih dan berinisiatif untuk angkat suara memecahkan suasana tersebut.

"Ahh, Moo... Ya sudahlah! Mau bagaimana lagi?!"

"Lagipula tidak ada hal lainnya lagi yang bisa kita lakukan sekarang, kan?." jawab Maki mendengus kesal. Rin juga ikut mengangguk lemah setelah menatap Maki.

"B-Baiklah, biar aku yang memulainya. ehehehe..." sambut Kotori sedikit gugup harus memulainya dari mana.

"Hal terakhir yang aku ingat sebelum aku pingsan adalah pagi itu aku sedang berada berjalan di koridor menuju ke kelasku. Namun tidak lama setelah itu, aku melihat ada kabut hitam mengarah ke dalam gedung sekolah."

"Kabut itu bergerak semakin cepat dan mengelilingi seluruh gedung sekolah, aku tidak terlalu bisa melihat keadaan di luar gedung namun samar-samar aku melihat ada benda yang sangat terang dari angkasa menghujam atap gedung dan menghembusan angin kencang yang menghantam dan memecahkan seluruh kaca jendela di lantai itu. aku pikir itu adalah batu meteor"

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang