Desuetude, Disquetude, Inquietude.

81 6 1
                                    

Part 7: Desuetude, Disquetude, Inquietude.


"KAAA.....BOOOOMMMM!!!!! DUAAAAARRRR!!!! RRRRRR!!!!"


"Ehh, Suara keras apa itu?"


Umi mengarahkan pandangannya ke sebelah kiri saat kuda terbangnya melaju kencang di atas awan. Bersamaan pada saat itu dari Stage Charger, terdengar panggilan masuk yang segera dia angkat.


"Kotori?! Haik, aku juga mendengar itu... Sepertinya dari sebelah barat hutan. Baiklah, aku mengerti. Setelah ini aku akan kesana. Aku harap itu bukan mereka." Sebuah desahan penuh keluhan tersimpan di dalam perkataan Umi yang terakhir.

"Sepertinya hari ini masih akan berlangsung agak panjang, yah?" katanya dengan tersenyum sembari memegang Kirin erat-erat saat melintasi langit cerah yang dingin.


.

.


"Hati-hati, Umi-chan!"


Sementara itu, Kotori yang juga menyebrangi dirgantara juga turut mengembangkan laju kepakan sayapnya untuk tebang. Bahkan kini dia semakin mempercepat pergerakannya untuk bisa sampai ke tujuan, lokasi yang ditunjukkan oleh Umi sebelumnya sesegera mungkin. Kebetulan tempat itu juga satu arah dengan lokasi pengeboman berasal.

Namun, ketika dia hendak melintasi daerah seberang sungai tiba-tiba melintas aliran angin kencang yang mengalir deras tanpa henti bagaikan membentuk dinding tak kasat mata yang tidak mengijinkannya untuk lewat. Angin itu bahkan semakin menjadi-jadi dengan kemunculan awan gelap yang mengelilingi daerah di seberang matanya. "Tcih, ini tidak bagus! Terlalu mencurigakan. Sesuatu pasti sedang terjadi di daerah itu"

Belum berhenti dia untuk mengeluh tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan kemunculan sejumlah serangan tombak dan panah yang menghujaninya dari arah bawah. Terlalu tidak terduga sehingga dia terlambat mengantisipasi serangan tersebut dan....


"KYAAAAA!!!!"


.

.


"TIDAAAAAAKKKKK!!!"


"Nona Rin, tolong jangan berhenti sekarang. Kita harus bergegas menuju benteng perlindungan."

"T-Tapi, itu Small-kun?! D-Dia...." tidak peduli betapa keras Tiny, kurcaci kuning yang menemani Rin membujuknya supaya berdiri dari tempatnya tersungkur namun Rin tetap tidak bergeming dan semakin terhanyut dalam perasaannya.

"Ehh? Rin?! Kau tidak apa-apa, kan?!" Maki yang sudah ada di depan terpaksa harus berbalik ketika mengetahui temannya tidak bergerak malah terdiam mematung memandang ke arah belakang. Dia hendak menegurnya namun perkataan itu tertahan saat menatap mimik Rin yang sendu.

"M-Maki-chan... Apakah ini benar-benar tidak apa-apa?!"

"Sudahlah Nona.. Tolong jangan biarkan pengorbanan Small berakhir tanpa arti disini!"


Pada saat itu Rin yang biasanya ceria tidak tampak seperti biasanya, air mata itu ikut keluar membasahi pipinya. Meskipun tidak ada yang menjelaskan secara gamblang saat itu namun dia mengerti bahwa mereka telah kehilangan rekan seperjalanan mereka. Bukan satu namun dua orang.

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang