Sound From Above

88 9 0
                                    


Part 4: Sound From Above


"...Tinggal satu serangan terakhir lagi!"

Monster kelinci menggertak dengan suara geraman penuh kemenangan sambil tersenyum licik. Dengan senyum licik yang mengembang di wajahnya, monster kelinci itu terus berjalan semakin dekat kepada Maki dan Rin yang tergeletak tidak berdaya di atas tanah.

Dia sama sekali tidak sedang terburu-buru untuk menghabisi nyawa mereka. Dia sungguh tahu tidak ada manfaatnya melakukan itu. Sebaliknya, dia lebih suka untuk menikmati "nyanyian" gadis rambut merah itu, melodi kematian yang dilantunkan nyaring oleh setiap tetes demi tetes air mata dalam balutan ekspresi penuh amarah, sedih, khawatir, dan putus asa sang gadis sembari memeluk temannya yang telah kehilangan kesadaran dan cairan darah sekarang.

Perjalanan setapak demi setapak ini sungguh menyenangkan dan dengan langkah riang dia mulai mendekati Maki. Dia tahu targetnya sudah menyerah sekarang. Melawan seperti apapun sudah tidak ada gunanya sekarang. Kemenangan monster Ni sudah ada di dalam genggamannya.

Tubuh mereka berdua saat ini sudah rapuh, harapan mereka lesu karena sang penolong mereka tidak akan pernah dapat menyelamatkan mereka setelah dihajar habis-habisan oleh mereka di waktu sebelumnya.

Bukan hanya itu saja,

Bahkan untuk Maki, seorang yang dibesarkan dalam lingkungan ilmu pengetahuan, seluruh kejadian yang mereka alami selama ini sungguh tidak rasional dan tidak masuk akal. Jika bisa memilih fakta maka dia benar-benar tidak mau hidup di dalam dunia semacam ini.

Namun...

Pada saat itu Maki hanya bisa pasrah sambil terus memeluk tubuh Rin yang tergeletak lemah dengan erat. Jarak mereka ada sekitar tiga langkah kaki lagi dan sang monster Ni itu sudah tinggal mengulurkan tangannya untuk menjamah tubuh mereka berdua sebelum merobek daging mereka.

Seharusnya monster itu tidak perlu memegangnya. Apabila dia berniat menghabisinya cukup lemparkan senjata angin yang tadi saja untuk menebas tubuh mereka. Hanya saja melakukan hal seperti itu sungguh gak ada gregetnya. Oleh karena itu dia lebih suka untuk mencincang tubuh gadis yang berada di depan matanya dengan kedua tangannya sendiri. Entah akan diapakan bangkai mereka nanti, yang jelas jeritan yang akan dihasilkan oleh gadis itu akan menjadi melodi yang semakin indah di dalam telinganya.

Itulah rencananya...

Saat ini tangan monster itu sudah bisa menjamah tubuh Maki dan suara jeritan lebih keras segera memekakan telinganya sembari mengisi lingkungan sekitar hutan.

Namun tangan itu tidak berhasil menjamah tubuh Maki sebaliknya tubuh monster itu berdiri cukup kaku seiring dengan suara keras yang tiba-tiba muncul dari atas langit untuk mengejutkan mereka.

"TIDAK AKAN AKU BIARKAN!"

Seiring dengan terdengarnya suara itu, Maki dibuat terkejut oleh kemunculan sesuatu dari atas langit yang berbentuk sinar terang terlempar ke tengah-tengah mereka sehingga di antara jarak kedua makhluk berbeda dunia itu timbul sebuah ledakan besar yang membuat Monster Ni terpental kebelakang.

Monster itu terjatuh ke belakang meninggalkan sang target. Tampaknya sudut lemparan sinar terang itu menghasilkan sebuah vektor gerakan refleksi yang hanya berpengaruh terhadap sang monster bukannya kepada Maki dan Rin.

Monster Ni tidak memperdulikan detail semacam itu bahkan dia lebih tertarik dengan penyebab kejadian ini. Dia memalingkan mukanya ke atas langit, lokasi sumber suara sebelum serangan itu dilancarkan. Dia memandangnya dan menjadi tertegun dengan sinar terang yang berdiri di tengah langit tersebut. Seperti halnya sang monster, bahkan Maki juga ikut-ikutan menengadahkan kepalanya ke langit.

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang