New Problem?

142 8 0
                                    

Part 3: New Problem?


Eli yang menyadari bahwa keadaan Kotori kini telah stabil kemudian melepaskan pelukannya. Gadis seperempat rusia itu lalu berdiri menjauh dan melihat ke sekeliling bangunan sekolahnya. Dia mengamat-amati keadaan sekolahnya yang sudah hancur, dia melihat, merenung dan mengamati ke sekeliling taman dan sebelah bangunan lainnya kembali.

Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sedari tadi tidak lama sesudah dia sepenuhnya sadar namun Eli menganggap bahwa itu hanya sebuah kebetulan semata, hingga dia bertanya...

"Tapi, dibandingkan bangunan lannya. Kenapa hanya bangunan gedung sekolah kita yang bisa hancur separah ini, yah?"

"Hmm, Apakah tadi pagi kalian tidak melihat ada meteor yang jatuh dari langit? Tampaknya benda angkasa itu telah menghantam sekolah kita, deh." kata Kotori mengulang teorinya namun setelah mendengar perkataan tersebut baik Eli maupun Umi saling bertatapan muka dengan wajah keheranan. Kedua gadis tersebut seperti tidak mempercayai hipotesa Kotori tersebut.

"Benarkah begitu? Jujur, selain kemunculan asap hitam dari dalam hutan yang menuju ke kota, aku tidak melihat ada keanehan lainnya di langit atas pada pagi ini?"

"Apakah kamu yakin benar-benar tidak melihat ada benda angkasa yang jatuh dari langit, Umi-chan?" tanya Eli kepada Umi namun sang kohai juga menggelengkan kepala.

"Yah, karena penyebabnya memang bukan karena jatuhnya meteor." mendadak Hanayo dengan entengnya menyela percakapan mereka.

"Heh, dia siapa?" tanya Umi kepada Kotori.

"Unn, namanya adalah Hanayo Koizumi. Aku juga tidak tahu siapa dirinya selain dialah orang telah menyelamatkan ibuku."

"Mrs. Minami?! Ibu Kepala Sekolah?!" seru Eli dan Umi terkejut bersama sembari menengok wanita di samping mereka sekarang.

"Jadi, siapa kamu sebenarnya, Hanayo-san?" tanya Eli. Sang Keeper itu enggan menjawabnya meskipun dia harus tetap melakukannya.

"Aku adalah..."

"Dia adalah Sang Keeper, orang yang menjaga kuil di tengah hutan kegelapan liar. Dan dia datang kepada kami untuk menceritakan berbagai macam cerita omong kosong. Benar begitu, kan?! Nona Hanayo?!" kata Maki dengan nada mengejek.

"GERR... DIAM! AKU INI TIDAK PERNAH BERDUSTA! DASAR GADIS RAMBUT API!"

"HEH?! APA KAMU BILANG?!"

"Hei, Hei, sudah-sudah jangan berteman, nyaa." kata Rin mencoba melerai mereka.

"SIAPA YANG MAU BERTEMAN DENGAN DIA?!" sahut Maki dan Hanyo kompak.

"Ehh?!"

"Rin-chan, kamu itu salah bicara!" tegur Kotori yang masih sibuk meleraikan mereka berdua.

"T-Tunggu sebentar, mungkin ini cuma perasaanku saja tapi aku pernah mendengar suara gadis itu saat berada di area kuil, benar kan senpai?!" kata Umi kepada Eli.

"K.. Kamu benar Umi. Itulah mengapa suaranya sudah tidak asing lagi di telingaku. Hanayo, Mungkin apa yang dia katakan selama ini memang merupakan kebenarannya." kata Eli yang sepakat dengan Umi kepada mereka..

Mendengar pernyataan Eli dan Umi tersebut, Maki yang masih kesal dengan ulah Hanayo memilih untuk menjauh dari pertengkaran tersebut dan duduk bersilah di bawah pohon besar rindang..

"Jadi, Hanayo-san, apakah kamu tahu sesuatu tentang penyebablubang besar yang menganga di tembok gedung ini? Kalau kamu tahu tentang itu tolong beritahukan kepada kami apa yang sebenarnya telah terjadi dengan gedung sekolah kami?!" tanya Eli ulang, sang Keeper juga turut mengangguk tanda setuju kepadanya..

"Gedung ini runtuh bukan karena kejatuhan batu meteor tapi karena Kartu Segel yang telah aku ceritakan itu datang untuk melindungi kalian. Karena itulah..."

Sejenak, Perkataannya berhenti ketika Rin melengking tidak karuan merespon sebagian perkataan gadis berambut coklat tersebut.

"Heeehhh...! A-Apa kamu bilang?! Jadi maksudmu, kamulah penyebab segala kekacauan ini, huh?!"

"Karena ulahmu makanya sekolah kami jadi hancur lebur sekarang dan teman-teman kami juga menghilang sekarang, nyaa!"

"K-Kamu ini..."

Saat itu Rin telah siap mengangkat tangan kanannya lurus sebahu kebelakang sambil memasang pose tinju untuk menghantam hidung gadis itu namun tepat sebelum sang tomboy hendak melakukannya oleh suara sang gadis bersurai merah itu tiba-tiba berteriak untuk segera membatakan niat hatinya.

"RIN, HENTIKAN!"

Hanayo melihat itu, dia tidak mengerti mengapa para gadis ini beralih memojokkannya tanpa bukti yang pasti. Dia kecewa, dia bukanlah gadis yang dewasa meskipun dia mengatakan usianya jauh lebih tua daripada mereka namun dia tetaplah gadis remaja yang labil dan dengan keadilan dirinya sendiri dia memutuskan bahwa perlakuan Rin kepadanya itu adalah sesuatu yang salah. Emosi yang sejenak dia tahan rapat-rapat itu kembali muncul dan membuat sikap tidak bersahabatnya kembali muncul dan amarahnya-pun tidak dapat dibendung lagi. Dia menantang mereka:

"IYA! TERUS KENAPA MEMANGNYA KALAU INI SEMUA MEMANG ADALAH ULAHKU?!"

"BUKANKAH INI ADALAH HARGA YANG SEPANTASNYA KALIAN TANGGUNG KARENA TELAH MERUSAK KEDAMAIAN BUMI?!" teriak Hanayo dengan muka bengis ke arah muka mereka berlima sambil mengacungkan jari telunjuknya.

"KARENA KALIAN, PARA MANUSIA YANG BEGITU TAMAK DAN EGOIS SEHINGGA TIDAK BISA MENSYUKURI BERKAT YANG TELAH DIBERIKAN OLEH BUMI INI MAKANYA KALIAN PERGI UNTUK MENCURI LOVE GEM KAMI DAN MEMBUAHKAN KESALAHAN FATAL INI! JADI, TERIMALAH KENYATAAN INI!"

Sesaat suasana tegang segera meliputi tempat tersebut.

Detik demi detik berlalu tanpa seorangpun berusaha menaruh ego mereka. Mereka berlima saling mempertahankan pendapat dan harga diri mereka. Tentu saja kubu telah terbagi dua antara Hanayo melawan Murid Otonokizaka. Suasana yang begitu intens hingga sebuah teriakan seseorang pada akhirnya muncul untuk memecahkan ketegangan suasana di tempat itu.

"BERHENTI! KALIAN SEMUA BERHENTI BERDEBAT!"

"Aku, Aku sendiri telah melihat apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu dan itu sama sekali tidak sama seperti yang kalian pikirkan!."

Teriak seorang wanita paruh baya yang kini telah sadar. Manusia terakhir yang hadir di tempat itu. Ibu Kotori, Ibu Kepala Sekolah Akademi Otonokizaka, Mrs. Minami.

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang