Little Enemy

78 6 2
                                    

Part 8: Little Enemy


BUSHIMO!!!


Dengan sepatah kata tersebut Hanayo lalu merubah dirinya menjadi seorang Warrior dan memutar tali cambuk dari tangan kanannya ke atas udara layaknya tali laso. Sementara itu ketiga katak raksasa tersebut tetap tidak bergeming saat menelan tubuh Eli, Nico dan Nozomi secara perlahan-lahan.


"Hanayo cepat lakukan sesuatu!!!" seru Nico putus asa, tangannya terus mencoba berpautan pada bibir mulut Katak tersebut meski sebenarnya itu terasa sia-sia karena pegangannya sering lepas oleh karena cairan licin yang menyelimuti tubuhnya ditambah ikatan lidah yang mengekang tubuhnya begitu ketat sehingga membuatnya sesak.

"Jurus mengikat api: Flare Wave!!"


Sabetan demi sabetan yang diberikan oleh Hanayo melalui tali cambuknya berhasil mengenai kulit para monster tersebut namun meski sudah melancarkan serangan namun monster katak itu tetap tidak bergeming seolah itu tidak berarti apa-apa padahal ada bekas luka bakar yang cukup parah pada mereka.


"KYAAA!!!" kini giliran Eli dan Nozomi yang berteriak. Perlahan-lahan tubuh mereka semakin tertelan dan bahkan menyisakan kepala saja. Bahkan hampir 90% tubuh Eli tertelan dan hanya meninggalkan telapak tangan yang melambai-lambai saja.

"Tcih... Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini namun apa boleh buat! KARTU! Berikan aku kekuatanmu!" Hanayo lalu mengeluarkan sebuah kartu Biru dari balik jubahnya dan menggesekkannya kepada Stage Charger di tangan kirinya dan setelah itu...


Suara gemuruh dari dalam bawah tanah terdengar bergema keras seolah ada sesuatu yang menekan dari dalam sana mendesak untuk keluar. Itu terjadi dalam hitungan seperdetik saat tanah di bawah monster kodok itu bertebangan di angkasa dan membuat para monster itu kewalahan untuk menyeimbangkan badannya dan terpaksa memuntahkan ketiga badan gadis tersebut.

Setelah itu, bebatuan dan tanah-tanah yang berhamburan di udara segera berbalik kembali ke tempatnya berasal dan dalam waktu sekejab memaksa para monster itu tertimbun di dalam tanah.


"Kalian tidak apa-apa?!" tanyanya kepada ketiga anak kelas tiga SMA Otonoki yang merasa jijik dengan cairan lengket yang menyelimuti mereka. "Huh... Sudah sana jangan nangis. Bilas saja diri kalian di dalam sungai itu dan segera tinggalkan tempat ini. Segera kembali ke perkemahan. Setidaknya kita tahu bahwa di tempat itu saja yang paling aman dari serangan monster-monster ini."

"Baiklah....! Aku mengerti..." jawab Nozomi sembari mengangkat tangannya. Setelah itu dia menarik tangan kedua gadis di sampingnya dan melompat ke dalam sungai tersebut dan berenang ke penghujung sungai lainnya. "Byee, Hanayo... Semoga beruntung!"

"Ckk... yare-yare... kalau urusan kabur, mereka itu paling jago, yah!" lirih Hanayo memegang dahinya.

"Nah, kalau begitu apa yang seharusnya aku lakukan kepada mereka ini?"


Bersamaan dengan itu ledakan besar terdengar dahsyat di tempat gundukan tanah yang baru saja terbentuk. Seperti yang di duga, Ketiga monster katak itu tidak bisa mati begitu saja. Mereka kini saling bersatu padu melawan Hanayo yang masih memegang kartu birunya. Sekali lagi dia menggesekkan kartu tersebut namun kali ini dia juga memanggil Onix, Guardian Animal miliknya.

Ular raksasa itu muncul dan Hanayo mengendarai di atas kepalanya.

"Yow, tumben kamu menanggilku?!" Hanayo tidak menjawab apa-apa namun dia mengacungkan tangan ke arah monster tersebut. "Yare-yare, aku kira ada apa. Tenang saja, aku akan mengalahkannya. Tenang sa---"

Love Live!: μ's, Super Idol WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang