CHAPTER 1

214K 6K 89
                                    

DANIEL DAVIS>>>

.................................................................................................................

DANIEL'S POV

"Sedang apa disini?" tanya seorang gadis kecil menanyaiku dan duduk di kursi panjang tepat di sebelahku. Aku tidak menggubrisnya. Udara di luar sangat dingin, membuatku menggosok tanganku berusaha mencari kehangatan. Seharusnya orang tuaku sudah datang dari tadi untuk menjemputku. Memangnya perlu berapa lama untuk datang ke sini? "Hei, aku sedang bertanya kepadamu." Suara gadis itu sangat menggangguku.

"Bukan urusanmu," tanyaku secukupnya. Seketika  aku merasa bersalah karena menjadi seorang asshole. Tapi, bagaimana lagi moodku sedang buruk karena keterlambatan orang tuaku.

"Mengapa kau begitu menyebalkan?" tanyanya dengan cemberut sebelum meninggalkanku.

"Karena kau terlalu cerewet!" teriakku dengan jengkel kepadanya.

Sial! Apa mereka benar – benar lupa untuk menjemputku? Seandainya saja aku tidak meninggalkan sarung tanganku tadi di rumah, aku tidak akan membeku seperti sekarang ini. Aku memutuskan untuk berjalan kaki pulang ke rumah, sebelum mati dengan penyebab konyol.

Tatapanku lalu berhenti kepada sebuah buku disampingku. Aku mengambilnya dan membawa sampul buku itu. Pride & Prejudice. Segera, aku menoleh untuk mencari keberadaan gadis kecil itu, tapi aku tidak menemukannya di sekitar taman. Dengan perlahan, aku membuka halaman pertama buku itu dan menemukan sebuah tulisan tangan rapi.

All life is an experiment.

*******

Deringan telepon membangunkanku dari mimpi indahku. Sial. Siapa yang menelopon sepagi ini? Dengan mata setengah terpejam aku mencari teleponku di sekeliling meja sebelum menemukannya.

"Halo?" tanyaku dengan suara serak.

"Man. Jangan bilang kau masih tidur?" tanya sebuah suara yang terdengar jengkel dari seberang telepon.

"Cam. Ada apa? Ini masih pagi!"

"Pagi? Kau bilang ini pagi? Dude. Ini sudah jam setengah delapan."

Seketika mataku membuka dengan nyalang dan menutup teleponku. Berlari menuju kamar mandi dan mandi secepat yang aku bisa. Bagaimana aku bisa datang terlambat di hari pertama semester baru? Ini benar – benar menggelikan. Aku hanya mengeringkan rambutku sebentar dan memakai bajuku. Membiarkan bajuku basah karena rambutku belum kering. Mengapa alaramku tidak berbunyi? Mungkin alaramku rusak atau apalah. Kejadian seperti ini pernah terjadi dan aku hampir saja terlambat datang ke sekolah.

Aku segera mengambil kunci mobil dari meja belajarku dan berlari keluar kamar. Ketika aku sampai di meja makan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang tuaku, aku tidak menemukan siapapun di meja makan. Dengan bingung, aku menatap jam di tanganku, yang belum sempat kulihat dari tadi. Pukul enam pagi.

Sialan Cameron.

*******

"Sangat lucu, Cam!" gerutuku dengan pelan kepadanya ketika kami melewati lorong.

"Benarkah? Terima kasih." Cam mengatakannya dengan senyuman puas di wajahnya

"Apakah Nate tidak masuk di hari pertama sekolah?"

"Man. Kau tidak melihatnya kemarin di pertandingan." Cam menggelengkan kepalanya, takjub. "Dia bertempur habis – habisan. Aku tidak kaget kalau sekarang dia tidak akan dapat bangun dari tempat tidur."

"Sayangnya dia dapat bangun dari tempat tidur!" ujar sebuah suara dari belakang. "Daniel. Kau tidak melihat pertandingan kemarin?" tanyanya meninju lenganku.

Beautiful Mind (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang