MADELEINE'S POV
Oke, ini gila? Maksudku aku sangat menikmati waktu kebersamaanku dengan Daniel. Harus kuakui, dia adalah teman yang sangat baik, lucu, dan sexy. Wait. Wait. Apa aku barus saja bilang kalau seorang Daniel Davis itu sexy? Pasti ada kerusakan dalam otakku. Aku harus memeriksa otakku ke dokter untuk di ronsen – mungkin saja otakku sudah terkontaminasi dengan virus seorang Daniel.
Anyway. Aku sangat menikmati waktu kami berdua di rumahnya. Daniel memiliki rumah yang sangat nyaman. Sewaktu menjemputnya pertama kali di rumahnya, aku memarkirkan mobilnya agak jauh untuk mengerjainya, baru sekarang ini aku melihat rumahnya dengan jelas. Aku bisa melihat taman kecil di depan rumahnya dan aku bisa menduganya mungkin ibunya menyukai kegiatan berkebun. Rumah Daniel berwaran putih terbentuk dengan minimalis di pinggir kota London.
Aku berusaha menahan senyum ketika Daniel tidak berhenti berteriak ketika menonton Final Destination. Aku tidak menduga seorang Daniel Davis ternyata adalah seorang pembenci film horror dan dia berteriak. Ha. Ha. Ha. Aku sangat ingin sekali merekam wajahnya yang sangat lucu sekarang, jika saja baterai handphone ku tidak mati beberapa menit yang lalu.
Dan sekali lagi dia berteriak. Aku berusaha keras untuk tidak tersenyum ketika melihat wajah imutnya menggambarkan ketakutan. Aku melemparkan sebuah bantal kecil kepadanya, hanya untuk membuatnya marah. "Apakah kau bisa berhenti berteriak seperti seorang wanita?" tanyaku berusaha menjaga ekspresiku agar tetap terlihat datar. "Kau mengganggu acara menontonku."
"Maddy, kau harus melihatnya kepala pria itu..." Ia berkata dengan sedih dan ngeri sambil menunjuk adegan di depannya. Aku berusaha keras untuk tidak memutar bola mataku. Memang kematian yang dialami pria itu sangat menyedikan dan menjijikan, tapi di mana serunya jika kematian yang dialaminya terlihat biasa.
Entahlah, mungkin aku memang mempunyai sindrom menyeramkan seperti seorang Leatherface seperti dalam film The Texas Chain Saw Massacre yang suka melihat penyiksaan orang. Karena, aku sangat bersemangat ketika melihat film slasher di adegan saat penyiksaan. Semakin mengerikan penyiksaan itu, aku semakin bersemangat melihatnya. Mungkin aku memang perlu pergi ke psikiater.
Aku mendengar lagi suara teriakan yang dikeluarkan oleh Daniel, sebelum sebuah lengan hangat memeluk tubuhku. Aku terpaku untuk beberapa saat sebelum menyadari apa yang sedang terjadi sekarang. Daniel Davis memelukku. Daniel Davis sedang memelukku sekarang. Dan aku baru menyadarinya kalau dibandingkan dengan tubuhnya, aku tampak sangat kecil dalam pelukannya. Aku mencium campuran bau musk dan dedoran dari tubuhnya. Yum. Tanpa sadar, aku menghirupnya dalam – dalam dan ketika aku menyadarinya, wajahku langsung memerah.
Daniel melepaskan pelukannya dari tubuhku dan pria itu tampak bingung. "Kukira kau sudah pernah menontonnya..." Aku berusaha mengangkat pembicaraan untuk meredakan situasi canggung ini.
"Aku tidak pernah menontonnya. Mom yang...." Aku tersenyum ketika mendengar jawabannya. Oh. Ho. Kena kau, Davis! Daniel menatapku dengan wajah seperti ditekuk.
"Kita buat kesepakatan kalau kau tidak ingin rahasia kecilmu ini keluar," ujarku berusaha menahan senyum.
"Katakan!"
"Perjanjian aku menjadi budakmu kau tangguhkan!" pintaku dengan gembira. Yes. Aku sudah membayangkan apa saja yang dapat kulakukan kalau aku terlepas dari perjanjian kami. Padahal, aku baru menjadi budaknya selama dua minggu tapi bawelnya pria di depanku ini sudah membuatku tidak tahan lagi.
"Ditolak. Kalau kau ingin menyebarkannya, sebarkan saja. Tidak ada orang yang percaya kalau seorang Daniel Davis takut menonton Final Destination" ujarnya penuh dengan kemenangan.
Shit. Benar, mana ada yang percaya dengan omonganku kalau dia ternyata penakut? Apalagi sekarang aku adalah Madeleine tanpa status apapun di sekolah. Tapi, tidak mungkin aku mundur tanpa mendapatkan kompensasi apapun. Otakku berpikir keras mencari cara agar hukumanku menjadi budaknya dapat dipersingkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mind (FINISH)
Teen FictionMadeleine Autumn murid pindah baru harus berhadapan dengan Daniel Davis yang playboy. Jika suatu ketika kedua orang ini ditemukan secara tidak sengaja. Daniel menganggap Maddy menarik saat mereka bertemu pertama kali. Sedangkan Maddy menganggap Dani...