MADELEINE'S POV
Bodoh, kau Maddy. Bodoh!
Aku berusaha menghapus air mataku yang menetes karena si bajingan sialan Daniel Davis. Aku tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Diriku sendiri atau Davis? Mungkin, akulah yang patut disalahkan.
Padahal dari awal akal sehatku sudah memberi peringatakan kepadaku untuk menjauhi semua pria bertipe Davis, tapi aku masih mengabaikannya dan sekarang ternyata semua itu hanya akting yang dilakukannya untuk memenangkan sebuah taruhan.
Tidak ada orang yang masuk kedalam lubang buaya dua kali, Maddy. Kecuali orang bodoh yaitu dirimu sendiri. Setelah, Jared mempermainkanmu setahun yang lalu dan sekarang Daniel lah yang mempermainkanmu.
Untung saja, mom belum pulang dari Florida – aku tidak ingin mom melihatku dalam keadaan seperti sekarang. Aku juga tidak ingin mom memarahi dan menyalahkan Daniel akibat perbuatannya. Damn, Madeleine. Pria itu adalah pria yang menyakiti dirimu, dan kau masih membelahnya.
Kembali terbayang, wajah terakhir Daniel yang tampak ketakutan sekaligus menderita. Hatiku terasa diremas ketika melihat keadaannya yang seperti itu, tapi semua itu langsung terhapuskan ketika mendengar sebuah kata yang Daniel ucapkan, sebuah pengakuan kalau aku hanyalah objek taruhannya.
Aku tersenyum ketika mengingat wajah Daniel yang ketakutan saat menonton Final Destination. Bolehkan aku melabelinya sebagai kencan pertama kami? Saat, kami tertidur bersama di kamping dan tubuhnya yang memelukku – aku segera merindukan kembali kehangatan tubuhnya. Atau saat kami bersenang – senang dengan perang makanan di cafetaria?
Apakah kekhawatiran di wajahnya saat aku menghilang di hutan hanyalah sebuah akting belaka? Saat, wajahnya sedih ketika dia mendengar cerita tentang Mandy – apakah dia hanya berpura – pura sedih?
Aku segera menutup mataku, berusaha tidak memikirkan semua hal yang berlangsung. Damn, mungkin lebih baik kalau aku tidak mengetahui apapun. Seandainya saja, aku tidak memohon kepada mom agar membolehkanku lebih cepat untuk bertemu dengan Daniel – mungkin aku masih berada di Florida dan tidak mengetahui apapun.
Tapi, apakah kau mau hidup dalam kebohongan Maddy?
Mungkin saja, kalau rasa sakit yang kurasakan sebanding dengan harga diriku? Aku akan lebih memilih untuk tidak mengetahui semuanya. Karena, aku menyadarinya rasa sakit yang kualami sekarang beratus kali lebih sakit dibandingkan saat aku menemukan Jared berselingkuh dariku.
Keesokan harinya, Mom meneleponku dan mengatakan kalau dia memutuskan untuk tinggal di Florida selama akhir pekan. Aku berusaha berbicara normal, tapi kurasa mom menyadarinya karena dia bertanya keadaanku.
"Mom, tenang saja aku hanya merasa sedikit flu."
"Mom akan pulang sekarang."
"Mom, tenang saja. Aku akan meminta tolong Daniel untuk mengantarku ke dokter." Aku menutup mataku dan menggingit bibirku, berusaha untuk tidak menangis ketika menyebut namanya.
"Pria muda itu," gerutu mom pelan. "Dia sangat mengingatkan mom kepada dad mu. Pria yang sangat baik dan dia menyayangimu." Aku menutup mulutku dan menjauhkan telepon dariku, ketika air mata mulai menetes. "Jangan bilang kepada Daniel kalau aku memujinya, Madeleine."
"Aku tahu mom," ujarku dengan suara pelan berusaha menyamarkan suara tangisanku. "Mom, bisakah kau menelepon kepala sekolah dan mengatakan kalau besok aku tidak bisa masuk sekolah?"
"Tentu saja, Madeleine," ujar mom dengan gelak tawa yang sudah lama tidak kudengarkan. "Beristirahatlah sekarang!"
Aku menutup telepon dan kembali lagi menuju ranjangku dan menangis selama beberapa jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mind (FINISH)
Teen FictionMadeleine Autumn murid pindah baru harus berhadapan dengan Daniel Davis yang playboy. Jika suatu ketika kedua orang ini ditemukan secara tidak sengaja. Daniel menganggap Maddy menarik saat mereka bertemu pertama kali. Sedangkan Maddy menganggap Dani...