MADELEINE'S POV
"Heem. Tubuhmu terlalu banyak lemak di bagian perut," ujar sebuah suara seperti anak kecil mengomentari tubuh setengah telanjangku. Tanpa perlu melihat aku tahu siapa suara menjengkelkan itu.
Aku benci pelajaran Sport. Aku benci harus membuka bajuku di depan Cecilia Brook dan para kroninya. Bukan berarti para kroninya menjengkelkan seperti Cecilia, mereka tidak melakukan apapun untuk melukaiku secara verbal maupun fisik – tapi aku membenci mereka karena mereka mengikuti kemanapun Cecilia pergi.
Aku menatap Cecilia dengan pandangan yang sangat dingin. "HA! Brook. Aku rasa badanku terlihat lebih indah dibandingkan badanmu yang hanya terdiri dari kulit dan tulang."
Beberapa pengikut Cecilia tampak ingin tertawa, tapi mereka menahannya. Serius, karena memang badan Cecilia sangat kurus hingga terlihat seperti dia kurang mendapatkan asupan makanan. Sebenarnya, Cecilia cukup manis. Dengan kulit cokelat eksotisnya, mata cokelat tua, dan rambut hitam legam, juga tinggi seperti model – tapi, sayangnya kelakukaannya yang seperti seorang slut dan sifatnya menjengkelkan membuat point penampilannya tidak berarti.
Bahkan, dia lebih menjengkelkan dari para mantan temanku di sekolah dahulu. Aku memandang para kroni Cecilia Brook, mereka jelas seperti para mantan temanku yang menempel kepadaku hanya karena aku adalah penguasa sekolah.
Aku memutuskan keluar dari ruangan ganti baju terlebih dahulu, daripada berlama – lama disini bersama Cecilia dan para dayangnya. Tapi, sebelum aku beranjak pergi – sebuah tangan mencekalku hingga membuatku berhenti berjalan. Aku menatap mata cokelat Cecilia yang menatapku dengan tatapan marah.
"Hei! Anak baru. Kamu harus belajar siapa penguasa di sekolah ini. Jangan mentang – mentang kamu anak populer di sekolahmu dulu, kamu bisa seenaknya di sini. Kamu nggak tahu siapa perempuan paling cantik di sini?"
Aku menatapnya dengan datar. "Emily Winter?" Aku bisa mendengar tawa kecil dari para dayangnya karena apapun yang kukatakan itu memang benar. "Bukankah dia penguasa sekolah sesungguhnya? Dan kamu... bukan siapa – siapa." Aku menunjuknya dengan jari tengahku. "Dan jika pembicaraan kita selesai, aku akan pergi karena menurutku berbicara denganmu bukanlah hal yang penting."
*******
Mataku memandang tidak percaya ketika melihat si Gollum sialan ternyata juga berada di kelas Sport. Bukankah minggu lalu dia tidak berada di kelas ini? Mengapa sekarang dia tiba – tiba muncul di kelas? Sudah cukup aku mengurusi si wanita Sauron, dan sekarang aku juga harus menghadapi pria licik itu.
"Maddy!" teriak Cam memanggilku. Sialan, Cam! Padahal, aku tidak ingin berada di sekitar Daniel. Sebenarnya, aku ingin menghiraukan panggilan Cam, tapi melihat pria itu tersenyum kepadaku – membuatku tidak tega untuk menghiraukannya. Kau tidak senang kepada Daniel, bukan Cam.
Aku mendatangi mereka berdua dengan memikirkan berbagai kata jahat untuk kulontarkan kepada Daniel. Well, dia pantas mendapatkannya setelah dia berani menjebakku. "Setelah harus bertemu dengan si nenek sihir Sauron, sekarang aku harus bertemu dengan si pencuri Gollum. Ha! Betapa indahnya hari ini," ujarku dengan nada favoritku. Entahlah, seharusnya Daniel merasa sakit hati, tapi yang kulihat pria itu malah menahan senyumannya. Dasar, muka bebal!
"Mengapa aku harus menjadi Gollum?" tanyanya dengan nada terluka, mencebik bibirku dan menampilkan mata puppy kepadaku. Shit! Daniel Davis sangat imut ketika menampilkan wajah itu. Sial. Sial. Aku tidak boleh luluh hanya karena mata hijau keabu – abuannya puppynya.
Aku berusaha menampilkan wajah datar terbaikku, walaupun aku curiga kalau Daniel bisa melihat sedikit senyuman di bibirku. "Karena kau licik dan menjebakku seperti Gollum yang menjebak Frodo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mind (FINISH)
Teen FictionMadeleine Autumn murid pindah baru harus berhadapan dengan Daniel Davis yang playboy. Jika suatu ketika kedua orang ini ditemukan secara tidak sengaja. Daniel menganggap Maddy menarik saat mereka bertemu pertama kali. Sedangkan Maddy menganggap Dani...