CHAPTER 14

67.8K 3.1K 30
                                    

MADELEINE'S POV

Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku pada hari ini? Keinginan untuk membuat Daniel Davis marah seolah – olah memenuhi pikiranku hari ini. Dari tadi pagi otakku sudah berpikir hal apa yang akan membuat Daniel menjadi marah dan malu setelah apa yang dilakukannya kepadaku.

Menjadi budaknya, membuatku datang ke pesta sialan itu, dan bla bla bla. Kepalaku terasa panas ketika mendata setiap masalah yang dibuat oleh Daniel untukku. Dan, pada pagi hari aku memiliki misi baru untuk membuatnya sengsara.

Aku tahu Daniel sudah curiga kepadaku saat aku menjemputnya tadi pagi. Menyapanya dengan riang dan bersenandung lagu Wake Up Call milik penyanyi favoritku, Adam Levine. Oh, God he is so sexy. Bukan hanya wajahnya saja yang bad boy, tapi tubuhnya – God – bisakah aku mendapatkan pacar baru dengan tubuh sesexy itu?

Pelajaran pertamaku adalah aljabar dan aku tidak sekelas dengan Daniel di pelajaran ini. Terima kasih kepada Dewa Zeus. Alih – alih, aku sekelas dengan Nate karena dia duduk di sebelah kursiku yang kosong tepat semenit sebelum bel berbunyi. "Aku tidak melihatmu dua minggu berturut – turut di kelas ini," ujarku menatap Nate dengan bingung.

"Kau tahu aku sibuk dengan urusanku sendiri yang lebih penting daripada pelajaran x dan y yang membosankan."

"Maksudmu urusan tidur dengan perempuan lainnya? Bertengkar dengan orang lain?" tanyaku tidak dengan maksud mengejeknya, tapi lebih ke arah bercanda.

Nate tersenyum dan mengedipkan matanya. "Psss. Bukan perempuan, tapi wanita. Aku lebih menyukai meniduri wanita yang sudah berpengalaman dibanding perempuan yang baru melakukannya satu atau dua kali."

"Iuhh, Nate. Itu sangat menjijikan." Aku mengrenyit dengan jijik. Aku menyukai Nate sebagai teman tapi ketika dia mengatakan kata jorok itu – aku sangat terganggu.

Nate tertawa terbahak – bahak mendengar ketidaknyamananku. "Apakah minggu depan kau ikut kamping?"

Aku teringat dengan pengumuman yang diumumkan pada hari pertama aku masuk tentang kamping satu angkatanku. "Tentu saja!" ujarku senang. "Anyway, aku membutuhkan bantuanmu untuk memberi sedikit pelajaran kepada Mr Kapten Daniel Davis."

"Dalam rangka apa?"

"Dalam rangka pembalasan dendam atas semua kesialan yang dilakukannya kepadaku sejak aku mengenalnya," ujarku mengucapkan satu kalimat panjang tanpa bernafas. Nate tidak membalas perkataanku dan menghadap ke arah depan. Mengapa tiba – tiba dia berkonsenterasi dengan pelajaran? Sejak kapan dia berubah menjadi murid yang rajin? Aku menatap ke depan dan tidak menemukan Mr Smith, guru aljabarku disana. "Nate, mengapa kau tiba – tiba menjadi serius belajar? Bukankah kau bilang aljabar adalah pelajaran yang membosankan?"

"Jadi menurut anda pelajaran saya membosankan, Miss Autumn?" ujar sebuah suara berat dari sampingku.

Tubuhku membeku ketika mendengar suara Mr Smith di sampingku. Pantas saja Nate langsung terdiam dan menjadi anak rajin. "Tentu saja tidak, Mr Smith," ujarku menatapnya dengan wajah merasa bersalah.

"Miss Autumn lain kali dengarkan pelajaran saya," ujarnya menatap Nate dengan tatapan menyalahkan. "Dan Mr Allen jangan mengganggu murid lain."

"Tapi...." Aku berusaha membela Nate, dia tidak melakukan kesalahan apapun – tapi Nate memegang tanganku dan menggelengkan kepalanya.

Mr Smith kembali lagi ke depan kelas dan melanjutkan pelajaran aljabarnya yang memang membosankan. "Biarkan saja. Semua guru disini selalu menuduhku menjadi pembuat onar di sekolah dan secara lisan mereka menyalahkanku hampir segala kekacauan di sekolah."

Beautiful Mind (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang