CHAPTER 11

72.3K 3.4K 30
                                    

DANIEL DAVIS>>>

.......................................................................................................................

DANIEL'S POV

"Bagaimana kalau kau meletakkan mobilmu di rumahmu dan aku akan mengantarkanmu nanti?" usulku kepada Maddy.

"Dan mom akan bertanya bagaimana bisa aku pulang sebelum jam sekolah bubar," ujar Maddy dengan nada sakratis.

"Mungkin kau bisa menjawab kalau sekolah dibubarkan lebih awal?"

"Ha. Ha. Ha." Maddy memutar bola matanya. "Sangat lucu, Davis. Tidak ada orang tua yang percaya dengan ide burukmu. Aku akan menyetir sendiri."

"Dan aku akan ikut denganmu," ujarku padanya.

"Bagaimana dengan mobilmu?"

"Aku akan menyuruh Cam untuk mengantarkannya ke rumahku."

Maddy mengomel sepanjang perjalanan kami menuju rumahku. Entahlah, aku selalu membenci perempuan yang senang mengomel – tapi dengan Maddy itu terasa sangat tidak menyebalkan. Aku merasa saat di mengomel dan mengeluarkan sifat aslinya, itu malah membuktikan kalau dia tidak berusaha merayuku atau mencari muka kepadaku – tidak seperti kebanyakan para mantan pacaraku.

Mereka lebih banyak menggandeng tanganku atau merangkulku di depan umum – seperti menunjukkan kepada semua orang kalau bintang basket di sekolah adalah pacar mereka. Aku tidak menyukai perilaku mereka, tapi aku tidak bisa menahan diri gairah remajaku yang masih tinggi.

"Hei! Apakah kau tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Maddy kepadaku dengan jengkel. "Maaf saja, aku bukan supirmu."

"Tidak ada supir yang cantik sepertimu," ujarku mulai lagi merayunya. Oh, God. Mengapa saat di dekatnya aku menjadi seorang tukang rayu. Itu bagian Nate, bukan bagianku. Tapi aku tidak bisa menghentikannya. Perempuan di sampingku ini telah membuatku gila.

"Apakah kau selalu merayu setiap perempuan yang kau temui?" tanya Maddy dengan nada jijik.

"Hanya kepada para perempuan yang cantik."

"Freak."

"I'm not freak, but I'm sexy and I know it."

Maddy menoleh dan menatapku dengan wajah tidak percaya. "Aku tidak percaya bisa bertemu dengan seseorang seaneh dirimu."

"Baguslah. Karena aku berbeda dengan orang lain yang pernah kutemui."

*******

"Bikinkan aku popcorn!" pintaku kepada Maddy.

"Kau kira aku pembantumu?" tanyanya dengan marah. Aku menatapnya lama, sebelum Ia mengerti. "Oh, yeah benar – aku budakmu selama tiga bulan."

Aku berusaha menahan senyum, melihat wajahnya yang tampak meratapi nasib. "Di mana popcorn dan microwave mu?"

"Di dapur," jawabku singkat.

"Apakah kau akan memberi tahu di mana letaknya?" tanya Maddy dengan nada suara sangsi.

"Tidak!"

Maddy memejamkan matanya sesaat, tampak berusaha keras menahan emosinya. "Terima kasih telah membuat hidupku menderita." Setelah mengatakan kata – kata itu, dia berbalik dan keluar ruanguanku untuk mencari letak dapur.

Sambil menunggu Maddy membuatkan popcorn, aku mengeluarkan handphoneku dan menelepon Cam. Pada deringan ketiga Cam mengangkat teleponku.

"Hoy!" ujarnya.

Beautiful Mind (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang