CHAPTER 22

56.5K 3K 81
                                    

MADELEINE’S POV

Aku dapat merasakan nafasku yang terasa berat setelah ciuman kami. Aku merasakan wajahku memerah ketika ciuman kami berhenti setelah petugas kereta mengetuk kaca pembatas. Sedangkan pria di sampingku tampak tenang dan tidak terpengaruh kalau kami berciuman di tempat umum.

Daniel membantuku turun dari kereta kuda, tersenyum dengan lebar. Aku merasakan wajahku semakin memanas melihat senyuman menyebalkannya itu yang sekarang sudah menjadi senyuman favoritku. Dan, mataku berhenti pada bibir Daniel yang memerah. Tanpa sadar, aku menjilat bibir bawahku ingin merasakan kehangatannya kembali.

“Hmm. Apa kau belum puas dengan ciuman tadi?” tanya Daniel dengan tatapan yang menggelap.

Aku buru – buru menggelengkan kepalaku. “Tidak.”

Daniel tertawa melihat reaksiku, membuatku menjadi semakin salah tingkah. Jantungku berdebar dengan kencang saat dia tertawa sepertiku. Dan, aku tahu kalau aku telah jatuh cinta kepadanya. Entah sejak kapan perasaan itu mulai tumbuh. Mungkin dari awal aku melihatnya aku sudah tertarik kepadanya, tapi gengsi dan masa laluku membuatku tidak menyadari perasaanku kepadanya.

Perasaanku yang sakit ketika dia mengatakan kalau dia jatuh cinta kepada gadis kecilnya itu. Marah saat Cecilia memeluknya di tengah lapangan. Kehilangan saat dia menolak untuk tidak duduk bersama denganku saat kami pulang camping. Semua itu karena aku menyukainya.

Honeybee, sekarang pilih kau mau pergi kemana?” tanya Daniel masih tidak melepaskan gandengannya dari tanganku.

Aku tersenyum tipis menatap mata Daniel yang berwarna biru kehijauan. Aku akan berjuang untuk membuatnya jatuh cinta kepadaku. Saat ini, dia masih tidak tahu keberadaan gadis kecil itu. Mungkin saja aku memiliki kesempatan terlebih dahulu untuk mendapatkan Daniel.

“Bagaimana kalau kita kerumahku?” tanyaku perlahan.

“Tentu saja, aku ingin melihat rumahmu,” ujarnya dengan senyuman favoritku.

*******

“Mom, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku terkejut dan tidak mempercayai mataku ketika melihat mom mengetik di ruang tamu.

Mom menatapku dan Daniel bergantian dengan salah satu alisnya yang terangkat. Aku bisa merasakan Daniel bergerak dengan tidak nyaman. Tentu saja, mana ada orang yang akan nyaman kalau mom menatap mereka dengan tatapan menyelidiki dan mengajak bertarung.

“Siapa teman priamu itu, Maddy?” tanya mom dengan suara dingin.

Aku memutar bola mataku ketika mom menyembut teman pria? Sungguh, teman pria? Memangnya kami hidup di abad sembilan belas. Tapi, seharusnya aku tidak terkejut mom adalah orang paling kolot dan serius yang pernah kutemui. Dia hanya berusaha menjadi lebih rilex di depan Mandy. Hanya Mandy saja.

“Mom, kenalkan Daniel temanku dari sekolah,” ujarku menarik Daniel untuk mendekati mom. “Daniel kenalkan Magdalena Autumn.”

“Senang berkenalan dengan anda, Mrs Autumn,” ujar Daniel dengan suara bergetar, menyalami mom. Wajahnya tampak memucat, keringat dingin mulai membanjiri wajahnya, dan tubuhnya tampak menegang.

Mom menatap Daniel dari balik kaca mata bacanya dengan tatapan menyelidiki. Tangannya masih menggenggam tangan Daniel. Aku berusaha tidak tertawa ketika melihat Daniel tampak salah tingkah di bawah tatapan galak mom.

“Senang bertemu denganmu, Darren,” ujar mom minus nada hangat.

“Daniel,” guman Daniel membenarkan namanya dan melepaskan tangannya dari genggaman mom.

Beautiful Mind (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang