CHAPTER 30

64.3K 3.3K 166
                                    

MADELEINE'S POV

Aku melihat Daniel melempar bola tepat di ring dengan wajah yang sangat serius. Lemparan itu sangat indah, bahkan aku tidak menyadari air mataku telah meneteses kalau aku tidak merasakan sesuatu yang basah di pipiku. Aku cepat - cepat menghapus air mataku dan menatap sekelilingku untuk melihat apakah ada orang lain yang melihatku menangis. Tapi, untungnya semua orang terlalu terkesima dengan penampilan Daniel.

Aku buru - buru mengangkat kameraku kembali, memfoto berbagai gerakan Daniel yang sedang membawa bola.

Peluit tanda babak pertama berakhir. Para anggota team segera menuju luar lapangan. Aku melihat seorang perempuan berpakain seragam cheerleader berlari kecil menuju ke arah pemain, lebih tepatnya kearah salah satu pemain yaitu Daniel. Aku segera mengenali rambut Cecilia yang sedang dikuncir satu. Tangannya menyentuh tangan Daniel dan mereka terlihat dalam perbincangan yang sangat serius.

Aku merasa sangat marah ketika meliihat tangan itu menyentuh tubuh priaku. Priaku? Seperti pisau yang tiba - tiba ditancapkan tepat dijantungku. Daniel sama sekali bukan milikku. Dia bukan siapa - siapa. Semuanya hanyalah sebuah omong kosong.

Aku merasakan air mata kutahan dari beberapa jam lalu mulai merembas keluar lagi. Aku segera berlari keluar ruangan gym untuk mencari perlindungan. Kemanapun, tempat dimana Daniel tidak ada. Aku terus berjalan cepat menyelusuri lorong sekolah yang kosong karena semua orang sedang menonton pertanding.

"Maddy!" teriak sebuah suara. Aku terus saja berjalan tidak ingin ada orang lain melihatku dalam keadaan lemah seperti ini. "Maddy!" suara itu terdengar semakin dekat denganku. Lalu, aku merasakan sebuah tangan menangkap bahuku dan memelekku erat - erat.

Bau bunga mawar segera masuk kedalam indra penciuman. Aku merasakan air mata menetes turun dan membasahi pakaian orang yang memelukku. Dan, tanpa dapat kucegah - aku menjadi seorang yang histeris, menangis dengan suara.

"Shhh. Maddy, semuanya akan baik - baik saja," ujar suara itu berusaha menenangkanku. Tangannya mengelus lembut punggungku.

"Tapi, dia bersama perempuan lain," ujarku sesenggukan. "Mungkin Daniel lebih cocok dengan Cecilian\ dibandingkan denganku. Cecilia terlihat lebih cantik dan seksi dibandingkan aku."

"Tapi, perasaan tidak bisa dibohongi dengan kecantikan, sweetheart. Daniel menyukaimu bukan Cecilia."

"Tentu saja kau akan membela Daniel," ujarku mengangkat wajahku. "Karena kau adalah ibunya."

Jenny menatapku dan berusaha menghapus air mataku dengan sapu tangannya. "Percayalah padaku beberapa hari ini, Daniel terlihat seperti robot dan dia sangat menyesal karena menyakitimu."

"Tapi, aku melihatnya bersama dengan Cecilia," ujarku berusaha tidak mengingat kejadian tadi. "Mungkin saja, sekarang dia sadar kalau seharusnya dia tidak memutuskan Cecilia. Dan, lebih baik dia memilihnya dibandingkan aku."

"Sekarang kau berbicara melantur," ujar Jenny dengan lembut.

"Aku hanya bepikiran rasional, Jenny."

"Apa kau sedang cemburu, Maddy?"

"Aku tidak cemburu. Aku hanya mengomentari kejadiaan sesungguhnya," ujarku dengan frustasi.

"Percayalah kepadaku kalau Daniel menyukaimu, bukan Cecilia." Aku hanya terdiam mendengar perkataan Jenny. "Sudahlah, untuk apa kita berdebat disini. Kita lihat saja nanti siapa yang akan dipilih Daniel - kau atau perempuan itu." Aku bisa mendengar ketidaksenangan Jenny ketika menyebut nama Cecilia. Mau tidak mau, aku tersenyum gembira - setidaknya ibu Daniel lebih menyukaiku dibandingkan Cecilia.

Aku mendengar peluit tanda pertandingan babak kedua telah dimulai. Aku dan Jenny saling berpandangan. "Bukankah kau harus meliput pertandingan mereka?" Aku mengangguk. "Lebih baik kita kembali dan kembali menyoraki Daniel." Sekali lagi aku menganggukan kepalaku.

Beautiful Mind (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang