MADELEINE'S POV
Hari ini sungguh melelahkan. Bukan fisikku, tapi lebih ke arah mentalku. Bagaimana tidak? Aku harus mendengarkan segala omong kosong yang dilontarkan oleh teman partnerku di kelas Creativity Writing. Sudah kuputuskan, jam pertama hari Senin adalah jam sialku untuk satu semester kedepan karena harus bersama pria itu setiap jamnya. Dan hanya untuk beberapa jam saja sudah membuatku gila.
Daniel Davis memang tampan dan menarik. Rambut cokelat gelap, mata hijau keabu – abuan dan senyuman memikat. Tapi, pria itu sungguh konyol dan kekanakan juga cerewet. Sepanjang pelajaran mencoba mempromosikan dirinya sendiri. Apakah dia sales? Dia terdengar seperti gigolo yang sedang menjual tubuhnya.
Mungkin sudah banyak perempuan yang jatuh ke dalam pesonanya, tapi tidak denganku. Aku sudah pernah berpacaran dengan pria seperti dirinya. Tapi, semuanya berakhir sama – tidak bertahan lama. Aku sudah bosan mencari siapa cinta sejatiku sebenarnya, bahkan aku sudah mulai mempercayainya kalau cinta itu benar – benar tidak ada.
*******
Antrian panjang di cafetaria membuatku mengetukkan jari di nampanku dengan tidak sabar. Well, setidaknya jam keduaku lebih menyenangkan daripada jam pertamaku. Karena aku tidak perlu sekelas lagi dengan Daniel Davis. Bahkan, aku berdoa kepada Tuhan agar seluruh jadwalku berlainan dengannya. Ya, tentu saja kecuali jam pertamaku yang memang sudah terlanjur harus kuhabiskan waktu berhargaku dengannya.
Seseorang menepuk bahuku, membuatku menoleh ke belakangku. Seorang perempuan cantik, berambut hitam, berkulit cokelat. Perempuan itu tersenyum hingga menampilkan giginya yang putih. Dia menggunakan pakaian cheerleader ketatnya yang membungkus tubuh sempurnanya.
"Hei, namaku Cecilia Brook. Mau bergabung denganku?" tanyanya dengan nada mendesah aneh yang sudah kukenali.
Seluruh temanku di sekolah lamaku juga menggunakan nada aneh itu, walaupun mereka tidak mengatakan alasannya tapi aku tahu mereka melakukan suara aneh itu agar membuat suara mereka terdengar sexy. Sewaktu dulu pun, aku juga menggunakan nada seperti itu.
"Maaf. Tapi, sepertinya aku hanya akan membeli buritto ayam dan memakannya sambil jalan. Karena walaupun baru hari pertama masuk Mr Dale tidak berbaik hati mentiadakan tugasnya."
"Ahh. Mr Dale. Guru itu memang menyebalkan."
Bla. Bla. Bla.
Yah. Harusnya, aku tidak menghakiminya. Karena, dulu aku juga sepertinya. Tukang gosip, suka membicarakan kelemahan orang lain, dan merasa diriku adalah penguasa sekolah. Tapi, aku sudah selesai dengan hidup seperti itu. Semua orang yang mengaku sebagai temanku meninggalkanku saat kubutuhkan.
"Hei, Maddy." Aku memutar mataku, ketika mendengar Cecilia bahkan sudah mengetahui namaku sebelum aku memberitahu namaku kepadanya. "Aku dengar kalau kau mantan ketua cheerleader di sekolahmu dulu. Apakah kau mau bergabung dengan kelompok cheerleader kami?"
"Entahlah. Sepertinya, aku ingin masuk ke club lain. Maksudku, aku ingin mencoba berbagai pengalaman selagi aku masih bersekolah."
"Oh." Cecilia menggunakan nada terkejut yang dibuat – buat. Yeah, aku tahu apa rencanamu Brook. Kau akan menggiring para murid baru yang menarik menjadi anak buahmu, agar kau tidak memiliki saingan. Aku tahu cara kerjamu bitch, kau lupa kalau aku juga adalah ketua cheerleader di sekolahku dulu. Cara kerja penguasa sekolah selalu sama, walaupun berada di negara berbeda. "Tapi, kalau kau masuk ke dalam club cheerleader kau bisa berteman dengan siapa saja, mengikuti pesta hebat manapun, dan paling penting." Ia mendekatkan dirinya kepadaku, dan berbisik di telingaku. "Kau bisa mendapatkan cowok imut manapun. Daniel Davis, salah satunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mind (FINISH)
Teen FictionMadeleine Autumn murid pindah baru harus berhadapan dengan Daniel Davis yang playboy. Jika suatu ketika kedua orang ini ditemukan secara tidak sengaja. Daniel menganggap Maddy menarik saat mereka bertemu pertama kali. Sedangkan Maddy menganggap Dani...