DANIEL'S POV
"Daniel kau harus menjawabnya dengan jujur!" ujar Cam duduk di bangku sebelahku menatap tepat di mataku. "Apa kamu serius sama Maddy? Kalau kau hanya bermain – main dengannya. Dia bukan tipe perempuan seperti itu."
Ini pertama kalinya Cam memperingatiku tentang perempuan. Selama ini, Ia tidak pernah mengomentari caraku memperlakukan perempuan. "Entahlah, Cam. Aku tahu dia berbeda dari perempuan lainnya tapi aku masih tidak tahu dengan perasaanku sendiri."
"Aku sudah menemukan informasi tentang.."
"Nah, apakah kau masih belum dapat melupakan dia?" tanya Nate ikut nimbrung duduk di depanku membuat Cam berhenti berbicara.
"Dia? Dia siapa?" tanya Cam penasaran. "Mengapa aku tidak tahu kalau Daniel menyukai seseorang?"
"Dia. Cinta pertamanya. Gadis kecil yang sekarang sedang dibicarakan oleh semua orang." Aku berusaha menahan mulutku ketika Nate menahan tawanya. "Mungkin kau tidak termasuk ke dalam daftar 'orang yang diberi tahu' oleh Daniel."
Wajah Cam seperti orang yang disuruh makan makanan menjijikan. "Bukankah aku sahabat terbaikmu?" tanya Cam dengan nada sakit hati. Oh, ya aku lupa Cam adalah salah satu pria yang memiliki sifat sensitif.
"Jangan menangis, Cam," goda Nate dengan suara bayinya yang menyebalkan. "Kau tidak akan menyesal kalau mendengar alasan mengapa Daniel bisa jatuh cinta kepada gadis kecil itu?"
"Mengapa?"
"Karena gadis itu meninggalkan buku Pride & Prejudicenya dan Daniel begitu sayang terhadap buku itu."
"DIAMLAH!" bentakku.
"Ya. Dia bilang kalau buku itu bukan buku biasa karena gadis itu ternyata menyimpan beberapa kutipan yang membuatnya sadar akan masa depannya."
"ATAU!"
"Tapi itu belum bagian terparahnya. Selain fakta dia belum dapat melupakan gadis kecil itu, dia juga memiliki obsesi rahasia."
"AKU!"
"Kau tahu apa obsesinya yang paling menjijikan?" tanya Nate, menghiraukanku.
"AKAN!"
"Dia menyebut belahan jiwanya dengan sebutan Elizabeth Bannet."
"MEMBUNUHMU!"
"Bukankah itu sangat konyol?"
Lalu, aku melompat dari kursiku hingga terjatuh dan mencekik leher Nate dengan kuat. Mungkin, kalian mengira aku liar atau sadis – tapi, tenang saja Nate adalah tipe yang bisa mempertahankan dirinya. Ingat club apa yang diikutinya? Ya, aku hanya memiliki waktu beberapa menit untuk menyiksanya sebelum Ia sadar dari keterkejutannya dan mulai menyerangku.
Seperti sekarang ini. Nate menyondok perutku, membuatku mengerang dan dai menjejekku hingga aku terjatuh. "Nice try, kapten." Ia menyeringai dengan usil. Beberapa, orang menonton pergulatan kami – tapi tidak ada yang berusaha memisahkan kami karena mereka terbiasa. Aku dan Nate dari dulu sering bertengkar seperti hari ini, dan kami akan berbaikan beberapa menit kemudian.
"Benarkah kau memiliki obsesi untuk memanggil orang yang kau cintai dengan sebutan Elizabeth Bannet?" tanya Cam setelah aku berhasil berdiri dan mencoba merapikan rambutku yang berantakan.
"Aku harus memberi peringatan kepada Maddy. Sebentar lagi namanya akan menjadi Elizabeth Bannet?" tanya Nate masih berusaha menggodaku.
"Jangan katakan apapun lagi!" bentakku dengan marah.
Nate berhenti tersenyum, ketika melihat wajahku yang murung. "Apa dia belum mau berbicara denganmu?" Aku menggelengkan kepalaku. "Damn. Apa kau sudah melakukan rencana yang kubuat untukmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mind (FINISH)
Teen FictionMadeleine Autumn murid pindah baru harus berhadapan dengan Daniel Davis yang playboy. Jika suatu ketika kedua orang ini ditemukan secara tidak sengaja. Daniel menganggap Maddy menarik saat mereka bertemu pertama kali. Sedangkan Maddy menganggap Dani...