CHAPTER 29

54.4K 3.1K 47
                                    

DANIEL'S POV

Aku membuka kembali buku Pride & Prejudice milik Mandy dan membolak balik kata – kata yang tertulis di setiap halamannya. Tapi, tidak seperti biasanya ketika buku ini dapat menentramkan hatiku. Kali ini, kata – kata itu tidak bisa membuatku tenang. Hatiku sangat gelisah memikirkan Maddy dan pukulan bola bodoh itu membuat mom tidak mengijinkanku untuk keluar dari rumah sedikitpun.

Wajahnya yang terlihat terluka sekali lagi segera membayangiku. Membuatku ingin kabur dari rumah ini, menghampiri rumahnya dan menjelaskan semuanya. Aku membanting buku Pride & Prejudice milikku hingga terdengar bunyi BUK yang keras ketika buku tersebut mengenai dinding.

Tanpa waktu yang lama, pintu kamarku terbuka. Aku menemukan mom dan Cam berjalan masuk ke dalam kamarku. "Apa yang terjadi Daniel?" tanya mom dengan wajah kebingungan. Matanya melirik buku yang kulemparkan. Aku menolak untuk menatap mom, dan sebagai gantinya mom menatap Cam – menuntut jawaban. "Apa yang terjadi pada hari ini Cameron?"

"Aku tidak mengetahuinya," ujar Cam.

Jelas itu suatu kebohongan. Walaupun, Cam tidak berada di tempat kejadiaan, tapi aku tidak meragukan kalau dia mengetahui kegemaparan yang terjadi. Dia adalah Cameron LeGross yang mengetahui segalanya.

Mom menggelengkan kepalanya, jelas Ia tidak mempercayai kalau Cam tidak tahu penyebab anehnya sikapku. "Aku berharap masalah apapun yang kau cipatkan Daniel. Kau bisa memperbaikinya," ujar mom sebelum Ia berjalan keluar.

"Marah? Frustasi?" tanya Cam dengan dingin.

"Katakan padaku kalau semuanya akan baik – baik saja?" ujarku lebih ke arah bertanya.

"Aku tidak akan berusaha menenangkanmu dan berkata semuanya baik – baik saja," ujar Cam dengan halus, tapi aku bisa merasakan nada berbahaya dalam suaranya. "Kau telah menghancurkan kesempatanmu untuk bersama perempuan yang kemungkinan adalah soulmate mu."

"Kau marah kepadaku?"

"Untuk apa aku marah kepadamu?" tanya Cam menaikan salah satu alisnya. "Kau tidak berbuat kesalahan kepadaku. Tapi, aku kecewa terhadapmu."

"Lalu apa yang harus kulakukan untuk memperbaikinya?"

Cam menghembuskan nafas panjang. "Memperbaikinya? Apa kau yakin Maddy mau memaafkanmu? Tadi pagi Nate mengunjungi Maddy dan dia tidak yakin kalau Maddy akan mau memaafkanmu."

"Aku menghancurkan kami," bisikku pelan.

Cam membalikkan tubuhnya dan berjalan kearah pintu keluar. "Tadi pagi, aku putus dengan Adele. Aku menemukan kalau dia berselingkuh dengan pria lain, tapi aku merasa tidak sedih karena aku tidak mencintainya." Dia menatapku sesaat. "Tapi, kau dengan Maddy lain. Kau tahu kalau perasaanmu kepada Maddy bukanlah sebuah emosi belaka."

Lalu, dia mengikuti Mom – keluar dari kamarku. Sialan. Sialan. Tanpa diberitahupun aku tahu kalau perbuatan bodohku telah merusak semuanya. Tapi, ucapan Cam membuatku merasakan semakin menyadari semua perbuatan kekanakanku.

Aku memijat dahiku yang terasa berdenyut akibat memikirkan semua ini. Aku turun dari kasurku untuk mengambil bukuku yang kulempar. Aku merasa bersalah melihat buku Pride & Prejudice milikku yang tampak berserakan di lantaiku. Damn. Bagus sekali, Daniel. Sekarang kau merusak satu – satunya buku bagus yang kau miliki.

Aku segera menyusun kertas – kertas yang berserakan di lantai. Seharusnya kau tahu kalau buku ini adalah buku lama dan kau harus memperlakukannya hati – hati bukannya kasar. Aku tersentak ketika secara tidak sengaja aku membaca sebuah paragraf yang membuatku semakin menyesal.

And of this place,'' thought she, ''I might have been mistress! With these rooms I might now have been familiarly acquainted! Instead of viewing them as a stranger, I might have rejoiced in them as my own, and welcomed to them as visitors my uncle and aunt. -- But no,'' -- recollecting herself, -- ''that could never be: my uncle and aunt would have been lost to me: I should not have been allowed to invite them.'' This was a lucky recollection -- it saved her from something like regret.

Beautiful Mind (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang