dua

1.6K 136 14
                                    

"Nyettt darimana aja sih lo?" teriak Andin kesal.

"Kantin." jawabku singkat lalu duduk disebelahnya.

"Lama amat."

"Yaelah tadi gue ditabrak sama anak baru tuh."

"Hah? Yang mana?"

"Yang tadi pagi."

"Oo cowok ganteng itu?

"Ganteng darimana? Negeselin gitu."

"Terus terus dia minta maaf gak?

"Iyala. Terus ngajak kenalan."

"Sapa namanya?"

"Alvaro anaknya Ahmad Dhani. Adiknya Alghazali, tidur di malam hari ,status jomblo."

"Hah? Ngomong apaan sih?"

"Dia yang ngomong."

"Ngakak anjir. Tuh anak ganteng-ganteng agak miring ya otaknya."

"Udah la gausa dibahas."

"Oke oke."

Sepulang dari sekolah, kami sempat mampir ke warung Bi Surti yang letaknya tidak jauh dari sekolah.

Disana kami nggak cuma berdua. Tapi ada Anya, Afga sama Adit. Saat kami sedang makan. Tiba-tiba datang segerombolan cowok-cowok. Sekitar 5-8 anak lah. Dan mereka anak famous yang terkenal nakal.

"Aurel..." sapa seseorang tiba-tiba. Aku menoleh ke sumber suara.
Dan ternyata ada Alva disana dengan senyum yang oh my god, tampan. Aku kaget melihatnya kesini bersama cowok-cowok itu.

"Kenal?" tanya Afga, di sebelahku. Afga itu gebetanku saat ini. Dia anak yang baik, perhatian namun sangat dingin dan cuek.

"Iya tadi dia nabrak aku terus ngajak kenalan." jawabku singkat lalu segera menghabiskan makananku.

"Dia anak baru dari kelas sebelah kan?" tanya Adit teman sekelasku.

"Ganteng juga ya.." ucap Anya.

"Gue gebet ah habis gini." ucap Andin singkat dengan muka yang menjengkelkan.
Kami semua hanya bisa tertawa melihat ekspresi lucunya.

15 menit kemudian, kami berlima sudah selesai makan dan ngobrol. Lalu kami memutuskan untuk pulang.

"Yuk pulang." ucap Afga lalu bangkit berdiri mengambil jaketnya.

"Oke ayo pulang.. Nya lo bareng gue ya." ucap Andin lalu ikut berdiri disusul dengan Anya dan aku.

Tersisa Adit yang masih duduk dengan omelan yang bertubi-tubi karena harus pulang sendiri. Kami pun berjalan keluar warung menuju parkiran.

"Afgaaa titip Aurel yaa..." teriak Anya dari dalam mobil yang dibuka jendelanya.

"Ilangin aja tuh anak! Gue ihklas." sahut Andin tiba-tiba.

"Eh anjir lu! Awas lo Ndin." ucapku tidak terima. Afga hanya tersenyum kecil tanpa menjawab.

Andin, Anya, dan Adit sudah pergi duluan. Aku dan Afga pun segera pulang. Selama perjalanan, seperti biasa tidak ada obrolan sama sekali. Aku sudah terbiasa sih. Sesampainya di rumahku, aku turun dari motor Afga.

"Makasih Ga, mau masuk dulu?" tanyaku sambil menyerahkan helm kepadanya.

"Nggak usah. Gue titip salam buat bunda lo ya."

"Oo oke oke."

"Ati-ati Ga." tambahku. Dia pun segera pergi dari rumahku.

Aku masuk ke dalam kamarku. Lalu membuka ponselku. Tiba-tiba ada pesan masuk dari nomer tidak kukenal. Isinya seperti ini

Aurel

Kamu siapa?

Kakinya jangan lupa di obatin.

Sapa sih?

Penggemar rahasia kamu.

Hah? Sapa sih ngirim pesan gini. Penggemar rahasia? Apaan coba. Tapi dia tau darimana kakiku luka? Apa mungkin ini Alva? Anak kelas sebelah yang murid pindahan itu? Dapet darimana dia nomerku? Ah bodo amat. Aku pun memilih membersihkan diri dan makan malam.

----
Haloo aku revisi ulang cerita ini :)
Ayo vote dan comment
Jangan dibaca doang
Yang sukaaa angkat tangannyaa 😹
Tunggu next chapternya yaa

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang