"Aurel bangun, ada Alva dateng." teriak bunda dari luar kamar. Kulihat jam dindingku sudah menunjukkan pukul 8 pagi.
"bentar bun ngantuk." balasku tanpa berpikir panjang.
Tak lama kemudian aku tersadar oleh teriakan bunda. 'Alva dateng? Ngapaiin pagi gini dia ke rumahku?' batinku.
Sekitar 20 menit kemudian, aku sudah selesai mandi lalu keluar dari kamar.
"Nah ini Aurel, gadis kok bangunnya lama ituloh."
"Selamat Pagi Aurel..." ucap Alva dengan senyumannya.
"Kamu ngapaiin kesini?" tanyaku.
"Dapet panggilan tugas."
"Hah tugas apaan?"
"Disuruh bunda belanja ke supermarket sama kamu."
"Nah ini list sama uangnya ya... Cari sampek ketemu entah di supermarket mana pun." kata bunda sambil memberikan sebuah kertas dan uang untuk belanja.
"Bunda kok gabilang dari kemarin sih?" sautku.
"Bunda baru inget, udah sana cepet berangkat." sambil mendorongku dan Alva keluar.
"Siap bundaa Alva pergi dulu yaa."
"Iyaa ati-ati jangan lama-lama."
Akhirnya Alva mengambil motornya lalu aku mengenakan helmku dan kami berangkat. Selama perjalanan aku diam saja masih merasa kesal dengan kejadian saat itu meskipun dia sudah meminta maaf berkali-kali. Namun entah kenapa aku merasa tidak seperti dulu lagi. Tapi aku berusaha untuk melupakannya dan jalani segalanya.
"Rel, kamu kok diem sih. kamu masih marah?" tanyanya membuyarkan pikiranku.
"enggak." jawabku.
"bener?"
"iya."
"bener?"
"iya Va."
"yakin?"
"iya Alva." balasku dengan suara yang lebih ditekankan.
"Boong, kamu masih marah gitu." ucapnya lalu menghentikan motor di tepi jalan dekat warung.
"kok berhenti?"
"aku marah." jawabnya.
"loh kok jadi ikut-ikut an marah?" tanyaku.
"soalnya kamu marah." katanya.
"haduh aku nggak marah." ucapku.
"boong."
"beneran."
"yakin?"
"ALVAA!!!" bentakku lalu memukulnya. Dasar anak ayam, sukanya bikin ngeselin orang aja.
"aduh kamu jahat ya main pukul-pukul, kalo gitu aku tambah marah."
"HIII ALVAAA." ucapku kesal.
Alva malah tertawa padahal tidakda yang lucu. Ini baru Alva selalu bikin bete tapi lucu dan punya cara sendiri dalam hal apapun. Akhirnya kami pun kembali menuju supermarket.
Hari sudah sore, kami sudah sampai di rumah dengan semua barang belanjaan titipan bunda. Sungguh melelahkan mondar mandir ke banyak supermarket demi beli micin favorit bunda. Sekarang generasi micin ya sampek semua orang jadi aneh. Hahaha
"Nih bun udah dapet semuanya." ucapku lalu memberi 2 kantong plastik berisi belanjaan tersebut.
"Terimakasih ya Alva udah melaksanakan tugas dari bunda dengan baik."
"Sama-sama bun, Alva siap terima tugas lainnya kok."
"Bener nih?"
"Kalo gitu kamu bunda kasih tugas lagi berarti mau?" tanya bunda dengan senyum liciknya.
"Siap bunda."
"oke kalo gitu tolong cuci piring, cuci baju, setrika, potong rumput di depan sama benerin lampu kamar belakang ya." kata bunda.
"Waduh saya tiba-tiba dapet panggilan dari Ibu di rumah bun, kayaknya gabisa terima tugas deh. Harus cepat pulang hehe maaf ya bun." ucapnya lalu berpura-pura menerima telfon dari ibunya.
Aku dan bunda saling menatap lalu tertawa seketika oleh perbuatan Alva.
Memang ya Alva selalu punya cara sendiri dalam segala hal. Setelah itu kami duduk bersama di meja makan untuk makan malam. Dan Alva pulang ke rumahnya dengan hati lega karena tidak jadi mengerjakan tugas dari bunda. Ada-ada saja emang bunda.----------------
Haloo
Maaf baru updateee
Lama bangett soalnya sibuk dan baru dpt ide
Maaf kalo cuma gini aja
Ikutin terus yaaaa
Jgn lupa vote dan comment
Byebyee
KAMU SEDANG MEMBACA
4A
RomanceHanya kisah remaja biasa. Yang baru merasakan jatuh cinta. Dan sakitnya patah hati "Kalau ada orang yang bilang aku sayang kamu itu pasti boong. Soalnya yang ngomong bukan aku."