dua puluh dua

172 12 0
                                    

19 missed call

muncul di layar ponselku. Siapa lagi yang niat menelfonku sebanyak ini kalau bukan Alva. Kumatikan ponselku. Kecewa. Satu kata yang mencerminkan perasaanku sekarang terhadapnya.

Entah apa yang harus kulakukan. Tapi aku tidak suka dengan sifatnya yang selalu over protektuf dan bahkan mengekangku untuk bersama temen-temen. Kenapa sih sebenernya tuh anak. Kutenggelamkan wajahku di bantal sambil memukulnya.

Tok tok tok...

"Non?" terdengar suara bibi dari luar kamarku.

"Apa bi? Aurel gamau diganggu." sahutku kesal.

"Ada mas Alva non diluar." ucapnya hingga membuatku kaget dan terduduk.

'hah? Alva? ngapain sih dia kesini. Arghhh' batinku

Aku segera merapikan rambut, muka dan baju lalu keluar dari kamar. Kata bibi Alva ada di depan rumah. Aku pun keluar dan kulihat dia berdiri di depan pagar sambil bertumpu pada motornya.

"Hai Rel." sapanya dengan tersenyum lebar seperti biasanya.

"ngapain?" tanyaku di balik pagar tanpa membukakannya sama sekali.

"barusan nyapa gini loh." balasnya santai.

"hih! maksut aku ngapain kesini." ucapku kesal.

"ya nyariin kamu."

"oh." balasku singkat.

"kangen Rel." ucapnya hingga membuatku mati rasa. Ingin rasanya memeluknya tapi kan aku lagi marah. 'tahan Aurel, tahan.' batinku.

"kesini cuma buat bilang gitu doang? mendingan pulang aja deh Va, udah malem aku ngantuk." ucapku malas lalu membalikkan badan hendak masuk ke dalam rumah.

"Aurel! maaf!" teriaknya membuat langkahku terhenti.

"aku minta maaf ya, aku tau aku salah tapi kamu harus tau kalo aku cuma khawatir. Maafin ya..." ucapnya.

Aku tidak membalikkan badan, bahkan menoleh sedikit pun tidak. Entah mengapa, saat itu aku bingung harus apa. Sebenarnya aku tidak marah besar, aku hanya kecewa.

"Selamat malam Rel, jangan lupa mimpiin aku ya." ucapnya lalu menyalakan motor dan melaju pulang.

Setelah dia pulang, aku langsung masuk ke dalam rumah. Dengan pikiran kacau dan kesal ajan diri sendiri. Betapa bodonya aku tidak melakukan apapun tadi. 'dasar bodoh Aurel.'

------------------

Pagi pun tiba, dan aku segera berangkat ke sekolah agar tidak terlambat. Sesampainya di kelas seperti biasanya aku duduk dan berkumpul bersama teman-temanku. Mengobrol banyak hal hingga tertawa puas. Hingga tiba-tiba......

tok tok tok

seseorang masuk ke dalam kelasku lalu menghampiriku. Dan ya, itu Alva.

"Pagi Rel, Pagi temen-temennya Aurel..." ucapnya.

"Eh elo Va, tumben nih." balas Andin dengan spontan.

"Nih gue bawaiin bubur ayam buat sarapan kalian semua. Nih buat Anya, ini buat Andin, ini buat Afga." ucapnya lalu menyodorkan setiap kotak ke mereka.

"Dan ini untuk Aurel." tambahnya lalu memberikan kepadaku sambil tersenyum manis seperti biasanya.

"wihhh pas banget Va, gue belum sarapan. Makasih yaa..." ucap Anya.

"sering sering dong Va bawaiin beginian." ucap Andin lalu tertawa.

"makasih Va." ucap Afga juga.

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang