dua puluh sembilan

52 8 0
                                    

"Rel... aku minta maaf.... aku terlalu banyak nyakitin kamu, dan sekarang lihat? aku sudah tidak layak buat kamu. Tolong lupakan aku Rel... Mulailah hidupmu yang lebih baik lagi tanpa aku." 

Ternyata yang terjadi padaku kemarin bukanlah mimpi. Semua perkataan itu benar dia ucapkan. Ya Alva. Siapa lagi? Sebenarnya aku tidak paham dengan perasaanku ini. Tapi, mengapa sekarang aku sangat merasa bersalah kepada Alva atas perlakuanku ini? Apa yang salah Aurel? semuanya. 

Hari ini adalah hari Sabtu, dan sekolah pastinya libur. Jadi pagi ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah Alva. Sekitar 30 menit kemudian, aku sudah berdiri di depan pagar kayu tinggi yaitu rumah Alva. Aku datang kemari bukan mencari Alva karena pasti dia masih ada di kantor polisi. Aku datang kesini untuk bertemu Ibunya Alva. Aku pun memberanikan diri untuk menekan bel rumah tersebut.

Dan seorang wanita berambut pendek dengan berbalut dress putih tulang berjalan menuju pagar dan membukakannya. Wajahnya terlihat bingung dan lelah. Pasti Ibu sedang banyak pikiran karna Alva.

"Aurel? kamu ngapaiin pagi-pagi kesini?" tanya Ibu Alva heran dan kaget saat menyadari bahwa aku yang datang.

"Pagi Bu... Aurel cuma pingin ketemu ibu buat ngobrol." balasku sambil mencium tangan bunda.

"yaudah ayo masuk masuk..."

Aku pun masuk ke dalam rumah yang cukup sederhana itu. Sedikit terasa asing, mungkin karena sudah lama tidak kesini lagi setelah sekian lama mengingat hubunganku dengan Alva tidak baik. Aku duduk di sofa coklat ruang tamu. Suasana rumah terasa dingin dan sepi.

"Maaf ya, ibu ga sempet bikin apa-apa soalnya tadi aja baru pulang subuh setelah ngurus Alva di kantor polisi. Maaf juga rumah masih berantakan."ucap Ibu sambil memberikan segelas air.

"iya bu.. gapapa. Justru Aurel yang mau minta maaf sudah bikin Alva banyak pikiran gini."

"itu bukan salah kamu Aurel... Alva kan dijebak oleh teman-temannya. Kamu jangan bicara kayak gitu lagi ya... Ibu jadi ikut sedih. Mending kamu bantu doa aja biar masalah ini bisa cepat selesai dan Alva bisa segera pulang." kata Ibu dengan halus dan merangkulku. Tangisanku pun pecah begitu saja. 

"makasih ya Bu... Aurel bener-bener gatau harus ngapain."

"sudah.. sudah... tenang dulu.. tidak apa Aurel. nanti kalau Alva sudah bebas Ibu beritau kamu oke... Kita jalanin ini bareng-bareng ya..." ucap Ibu sambil terus memelukku hingga aku pun tenang.

"Yaudah bu.. kalo gitu biar Aurel bantu bersihin rumah ya sama masak. Ibu pasti capek kan."

"Aduh gausa repot-repot. Urusan rumah gampang bisa Ibu atur. Kamu pulang aja udah nanti dicariin bunda kamu lo."

"Aurel udah ijin kok bu... udah gapapa biar Aurel yang kerjaiin semuanya. Ibu istirahat aja."

Langit pun sudah kembali gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, aku pamit kepada Ibu untuk pulang. Sesampainya di rumah, aku masuk ke kamar dan segera membuka ponselku. Muncul beberapa notif pesan di layar. Namun, satu hal yang benar-benar aku pikirkan daritadi dan ingin kuakukan. Yaitu mengirim pesan ke Alva. Aku pun mulai mengetik.

Aurel : Hei va, gimana kabar kamu? Aku bener-bener minta maaf Va... Aku harap kamu bisa cepet bebas dan kita bisa ketemu lagi.

Namun setelah berpikir panjang, aku menghapus semua pesan itu karna malu dan takut. Dasar bodoh Rel, lo ngapaiin sih kayak gini?! arghhh batinku. Tiba-tiba ponselku berdering tanda seseorang menelfon. Aku pun mengambilnya dan muncul nama Aldo di layar.

Halo? kenapa Do?

Hei, cuma pengen tau kabar kamu, baik?

Oh baik kok...

Denger-denger katanya Alva ditahan di kantor polisi, emang iya?

Iya  bener Do, tapi itu semua cuman salah paham dan dia dijebak temennya kok. 

Oh gitu.. iya iya, kalo kamu butuh apa-apa bilang aku aja, mungkin Alva juga perlu bantuan.

Iya do.. thanks ya

Sama-sama, oh ya besok kamu kemana?

Besok kan sekolah Do

Rel, besok hari Minggu... libur

Oh iya ya? hehe sori ga fokus Do, gak kemana-mana kok.

Pergi, mau? maksut aku mungkin biar kamu refreshing gitu, pasti banyak pikiran kan.

Aahh iya boleh aja sih.

Oke deh, aku jemput jam 11?

Oke

Yauda bye Rel..

Aku pun mematikan telfonnya. Ya, gaada salahnya bukan? Mungkin benar kata Aldo aku perlu refreshing. Karna hari semakin malam, aku pun tidur dan berharap besok menyenangkan.

"Aurel.... bangun... ada yang dateng tuh nyariin kamu."

"Hahh siapa? Aldo? cpet banget dia dateng."

"kok Aldo sih? tuh Alva yang dateng... dia udah bebas Rel."

Apa? Alva? Serius? astaga demi apa dia akhirnya bebas? Dengan cepat akupun terbangun. Lalu menatap bunda dengan aneh, seakan-akan takut ini hanya bercanda. Karna ingin memastikan, aku pun berjalan keluar kamar dan ternyata... benar. Alva berdiri di depan pintu rumah dengan senyuman manisnya.

"Pagi princess, jelek banget wajahnya." katanya. Dengan cepat aku berlari dan memeluknya.

"Maafin aku Va..." ucapku pelan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ih bau, jangan peluk-peluk deh. Sana mandi." 

"Gamau aku maunya peluk gini terus. Aku kangen Va...." ucapku sambil menangis seperti anak kecil.

"Ih cengeng. deh"  ucapnya ketus lalu melepas pelukanku.

"kamu kok ga bilang-bilang kalo udah bebas dan mau kesini?"

"biar surprise dong, aku kan mau ajak kamu pergi."

"haah pergi? kemana? kok ndadak sih?" balasku kaget. Mengingat telefon dari Aldo kemarin yang mengajakku pergi juga jam 11 nanti. Astaga aku baru ingat. Apa yang harus kulakukan?

"udah mangkanya cepet sana mandi bau banget. hehe"

"ih resek deh, iyadeh tungguin!" ucapku lalu segera berlari masuk ke daam kamar mandi.

Sebelum mandi, aku mengambil ponselku lalu mengirim pesan ke Aldo bahwa aku tidak bisa pergi dengannya siang ini. Sekitar 20 menit kemudian, aku sudah berada di depan lemari pakaian dan mencari baju untuk kupakai pergi. Kenapa aku bingung sekali padahal hanya pergi biasa dengan Alva. Akhirnya aku menemukan pakaian untuk kupakai. Aku pun keluar dari kamar dan mendapati Alva dan bunda duduk di ruang tamu menungguku.

"Wah anak bunda cantiknya..." ucap bunda lalu menghampiriku dengan wajah yang senang.

"Bun, Alva sama Auel pergi dulu ya..."

"iya ati-ati ya.."

"Dah bun.."

Hari ini ternyata Alva membawa mobil milik ayahnya. Mobil Jeep yang terlihat tua namun ternyata sudah di modif modern. 

"Tumben bawa mobil?" tanyaku heran.

"Hari ini kan spesial, didedikasikan khusus buat kamu." balasnya dengan senyum manisnya.

"ih apaan coba."

"Aku serius, ini hari terakhir kita pergi bersama sebagai sepasang kekasih."

"Maksut kamu?"

"Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku gabisa terus egois Rel buat minta kamu selalu ada di sisi aku dengan kondisi aku seperti ini. Jujur, aku gabisa ngelepasin geng aku, aku gabisa lepas dari rasa cemburu, posesif, bahkan temperamenku. Jadi aku ingin kamu lepasin aku dan carilah yang lebih baik Rel."

-------------------

Author speaking!

jadi gimana gimana? enaknya mereka tetap bersama apa enggak nih...?

maaf banget ya kalo banyak yang kurang ... semoga suka jangan lupa vote dan comment











4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang