dua puluh

273 17 0
                                    

"Aurel ayo ke kantinnn" teriak Andin menyadarkanku.

"hah?" balasku dengan spontan.

"Ngelamunin apaan sih lo. Ayo ke kantinn" omel Anya.

Kami pun beranjak dari bangku dan keluar kelas menuju ke kantin. Disana seperti biasa ramai oleh siswa siswi yang ingin membeli makanan. Namun herannya 'dimana Alva?' biasanya dia sering banget di kantin.

"lo nyariin sapa sih Rel? Alva?"

"iya Ndin tumben banget dia sama temen-temennya gak nongkrong di sini."

"Udah ah, kita duduk disitu yuk."

Aku dan Andin duduk di bangku kantin lalu memesan makanan. Tiba-tiba ponselku berdering. Dan muncul nama Alva di layar ponselku. Akupun mengangkatnya.

"Halo?"

"Selamat pagi Aurel... Cie nyariin Alva ya di kantin?"

"Ha enggak."

"Udah jangan bohong aku kan cenayang bisa meramal kamu lagi apa. Kangen yaa"

"apaan sih engga. Gausah ke ge eran deh."

"Ntar malem jam 7 siap-siap ya."

"hah siap-siap ngapaiin?"

"udah pokoknya aku jemput jam 7 di rumah kamu gapakek telat."

Lalu sambungan terputus.

'alva apaan sih ada-ada aja'

Bel pulang pun berbunyi. Aku segera pulang ke rumah dan mencari baju yang pas untuk pergi dengan Alva nanti. 'kira-kira dia bakal ajak aku kemana ya hmm' batinku.

"Bundaaaa bantuin Aurel cari baju dong."

"cieee anak bunda mau kencan."

"Apaan sih bun."

"Udah cepet sana siap-siap yang cantik."

Aku pun segera berganti baju dan berdandan cantik. 15 menit kemudian aku sudah di depan cermin dengan dress pink dan bandana putih di rambut.

Tin.. tin..

Suara klakson motor Alva. Aku mengambil tas putihku lalu keluar dan mengenakan sepatu sneakers putihku.

"Bunn Aurel pergi dulu ya..." pamitku.

"iyaa ati-ati, Alva jaga Aurel ya jangan pulang malem-malem." kata Bunda.

"siap bun." balas Alva

"kamu tambah cantik Rel malem ini. Apalagi pergi bareng aku." ucap Alva lalu tertawa kecil. Aku hanya memukulnya.

"kita mau kemana sih?"

"udah ikut aja."

Sekitar 20 menit kemudian, kami sampai di sebuah restoran dekat Taman kota. Kami pun turun dari motor lalu masuk ke dalam.

Seorang waiter mendatangi kami lalu mengantarkan kami ke bangku yang ternyata sudah di pesan oleh Alva.

Bangku kami letaknya agak pojok dekat jendela dan diluar jendela pemandangannya indah sekali. Ditemani alunan musik merdu dari pemusik di cafe ini.

Tangan Alva menggenggam tanganku. Aku menatapnya, dan tersenyum.

"Terimakasih Alva." ucapku.

"Buat?"

"Buat hari ini."

"Jangan berterimakasih sama aku, terimakasih sama Tuhan aja..." ucapnya.

Aku terdiam lalu berpikir sejenak.

"Kalau bukan karna Tuhan yang mempertemukan kita, mungkin gaakan ada hari ini." tambahnya.

'bener juga kata Alva' batinku.

Lalu kami pun menyantap makanan yang dihidangkan. Setelah selesai, Alva mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya lalu memberikannya padaku.

"apa ini?" tanyaku.

"buka aja."

Aku pun membuka kotak tersebut dan isinya ternyata gantungan kunci dengan huruf A.

"A untuk Aurel,
A untuk Alva,
A untuk Allah."

Aku pun memeluknya sambil tak berhenti hentinya mengucapkan terima kasih. Kami pun akhirnya pulang. Aku memeluknya erat seakan tak ingin lepas. Aku bersyukur bisa bertemu dengannya.

--------------

Maaf updatenya lamaa
Makasii yang udah nunggu
Semoga suka maaf kalo singkat
Jgn lupa vomment yaaa

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang