delapan

826 73 5
                                    

Hari ini adalah hari pahlawan. Osis sudah merundingkan untuk memperingatinya dengan menggunakan pakaian pahlawan. Dan aku memilih menggunakan setelan dokter. Karena sangat simple dan nyaman.

Aku berangkat lebih pagi karena harus rapat osis terlebih dahulu. Sesampainya di sekolah, aku bertemu Afga yang menggunakan jas lab dokter dan tampak keren. Dia sangat tampan.

"Hei yang lainnya mana?" tanyaku.

"Belum datang. Ini masih jam 5 pasti mereka semua telat. Kita ke aula duluan aja" ucapnya sambil melipat tangan di depan dadanya. Benar-benar keren.

"Yauda kalo gitu yuk."

Di aula ternyata sangat sepi. Aku masuk ke dalam dan menaruh tasku. Aku ijin ke Afga untuk keluar. Mencari teman-temanku yang lain. Mungkin saja ada yang baru datang.

Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Dan melihat seorang lelaki menggunakan kaos putih polos dan celana hitam ditambah dengan sarung yang dibawa di tangannya.
Dia..

"Pagi dokter Aurel..." sapanya.

"Alva? Lo pakek baju apaan?" tanyaku heran sambil melihatnya kembali dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Loh bukannya suruh pakek baju pahlawan ya?"

"Iya tapi ini kan baju santai."

"Hei Aurel dengar ya..." ucapnya lalu membuat wajah serius.

"Aku ini bapaknya para pahlawan. Kalau gak ada aku yang mbangunin mereka buat melakukan tugas, mbuatin makanan, dan mendidik mereka, mana mungkin anakku jadi pahlawan?" tambahnya.

"Apaan sih! Ada ada aja deh."

"He he he" kami pun tertawa terbahak-bahak.

Tiba-tiba Afga datang dengan tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana. Aku pun menyenggol Alva dengan sikuku untuk diam dan berhenti tertawa.

"Eh pak dokter!" seru Alva dengan muka cengingisan.

"Afga namanya va..." tambahku.

"Udah lumayan banyak yang kumpul tuh. Ayo rapat." ucapnya singkat lalu segera pergi.

Aku dan Alva pun menyusulnya dari belakang.

Selesai rapat, aku pergi ke kelas dan bertemu dengan Andin, Anya dan Adit yang sudah tampak rapi dengan baju pahlawan. Ini tahun pertama kami merayakan hari pahlawan bersama. Jadi harus mengabadikan momen berharga.

"Hei ayo kita foto bareng!" seru Andin.

"Boleh boleh." balas Anya setuju.

"Di lapangan aja." ucap Adit semangat.

"Afga ikut ya... " ucap Andin pada Afga yang duduk diam di kursi.

"Hmm" balas Afga tanpa merubah ekspresi.

Kami berlima pun berjalan menuju lapangan. Namun ternyata ada gerombolan cowok-cowok yang sedang bermain bola. Benar-benar MKKB (masa kecil kurang bahagia). Dengan baju pahlawan bisa aja ya mereka main bola. 'Cowok emang gitu' pikirku.

"Hei! Kita mau foto minggirrrr!" teriak Andin tanpa malu. Semua cowok-cowok itu menoleh. Dan ada Alva diantaranya.

"Va, itu cewek elo Aurel ya?" tanya salah satu cowok di dekat Alva.

"Iya cantik banget Va." tambah temannya lalu mereka tertawa.

"Beruntung banget lo!" ucap temannya lagi sambil menepuk punggung Alva.

"Eh apaan sih?! Dia bukan pacar gue." jawab Alva berusaha meyakinkan.

"Yah eman banget. Udah tembak aja Va." ucap temannya yang lain.

Tiba-tiba tanganku digenggam dan ditarik pergi dari lapangan. Aku melihat tangan itu. Dan ini Afga. Dia menarikku pergi jauh dari sana. Aku hanya terdiam dan mengikutinya. Berusaha berpikir apa yang terjadi. 'Apa Afga cemburu?'

Setelah sekian lama dia menarikku. Akhirnya kami sampai di ujung koridor. Dan dia menatapku dengan wajah serius. Aku tidak tau kenapa. Aku masih berusaha berpikir.

"Ga, lo gapapa? Ada apa?" tanyaku heran.

"Aku... Aku suka sama kamu. Aku nggak mau kamu deket sama cowok itu. Aku sayang sama kamu Rel." ucapnya dengan tegas dan sedikit gugup.

-----

Tunggu kelanjutannya ya
Vomment!
Maaf banget lama ga update
Surabaya lagi rusuh :( gara2 teroris
Mohon doanya semua....
Bye byee

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang