tiga belas

750 53 11
                                    

Awalnya aku sempet gak percaya dengan surat yang Alva buat. Namun, setelah kupikir-pikir selama ini Alva memang berusaha buat deket sama aku. Bukannya kepedean ya tapi emang bener. Kalian bisa cek dari awal cerita kalau Alva itu memulai semacam PDKT (pendekatan) ke aku.

Karena malas berpikir panjang lebar, aku memilih untuk memejamkan mataku. Ya! Sekarang aku sudah di kamar tidurku. Dan tadi siang dia ngasih sebuah surat pernyataan cinta ke aku. Dengan kalimat yang lucu banget. Kalian yang lupa baca ini.

Dengan ini saya menyatakan,
Pada hari ini bertepatan dengan hari Valentine,
Saya telah jatuh cinta
Kepada Aurel Leticia Seraphine
Dan perasaan ini tidak akan berubah

- Alvaro

Nah! Lucu banget kan? Aku aja sampek ngakak parah di kasur gak berhenti-berhenti. Dan kalian perlu tau juga kalo sebenernya aku juga punya perasaan ke dia. Ini rahasia kita ya. Aku gak mau kalian semua beritahu ke siapa-siapa. Udah lah sekarang waktunya tidur dan mimpi indah.

---------
Beberapa hari kemudian....

"Aurel, ayo bangun!" teriak bunda dari luar kamar.

"Iya iyaa bentar"

Aku pun segera memakai seragam sekolahku dengan rapi. Rambut yang kuikat tinggi dan sedikit make up natural. Yah akhir-akhir ini aku jadi suka dandan. Gak tau sih karena apa. Aku pun menggambil tas sekolahku dan keluar kamar menuju meja makan.

"Pagi bun" sapaku pada bunda yang sibuk memasak di dapur.

"Pagi sayang, loh tumben kamu hari ini tampil cantik gini?"

"Ah udah dari lahir padahal bun."

"Hari ini mau kencan ya kamu? Hayoo sama siapa?"

"Kencan apaan? Ya engga lah bun"

"Sama Alva yaaa hayo..."

"Ih ngapaiin kencan sama dia ogah."

"Kamu ini jaga omongan lo ntar kalo jadian beneran awas."

Setelah sarapan pagi aku segera berangkat ke sekolah dengan hati yang gembira. Sesampainya di sekolah, aku berjalan menuju kelas. Namun tiba-tiba Alva sudah berada di depanku. Aku kaget.

"Hei! Jangan muncul tiba-tiba dong." bentakku kaget.

"Selamat pagi Aurel." sapanya.

"Karena hari ini kamu cantik, nanti pulang sekolah kita pergi yuk." tambahnya panjang lebar.

"Kemana?" tanyaku

"Ke rumahmu." balasnya.

"Itu namanya pulang." sahutku.

"Yaudah lah nanti aku jemput di kelas ya." ucapnya lalu aku pergi menuju kelas.

Sesampainya di kelas Anya, Andin dan Adit sudah berkumpul di bangkuku. Namun tidak seperti biasanya ada Afga yang ikut gabung lagi. Padahal dulu, setelah saat itu kami bertengkar kita sudah jarang ngobrol bahkan kumpul begini. Tapi karena sekarang dia sudah disana mau apa lagi? Aku anggap kita sudah baikan.

Dan aku berjalan ke arah mereka semua dengan muka yang gembira. Betapa bahagianya aku memiliki sahabat seperti mereka. Kami sudah kembali seperti dulu.

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku merapikan buku-bukuku kedalam tas. Dan ternyata Alva sudah berdiri menungguku di ambang pintu kelas. Tentunya dengan tatapan sok marah karena menunggu lama. Padahal Alva itu orangnya gabisa marah.

"Eh Alva!" sapa Andin riang.

"Hei Ndin."

"Ciee kalian mau kencan ya." tambah Andin dengan muka menjengkelkan.

"Apaan sih!" bantahku.

"Iya dong Ndin. Kita kencan di rumahnya Aurel. Romantis kan?"

"Romantis apaan!" sahut Afga tiba-tiba dengan muka datar dan sedikit jengkel.

Karena tidak ingin menimbulkan keributan kami semua pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan aku dan Alva sudah duduk di depan TV rumahku sambil makan keripik singkong balado buatan bibi yang paling kita sukai.

Ini sudah menjadi kebiasaan kami berdua akhir-akhir ini. Yaitu menonton film sambil makan keripik favorit kita. Dan untungnya hari ini hari Kamis. Jadi nggak ada bunda, ayah ataupun adikku di rumah. Hanya ada aku, Alva, dan bibi.

"Non, ini tehnya. Ayo diminum." ucap bibi tiba-tiba sambil menaruh segelas es teh di meja.

"Makasih bi" balasku. Lalu bibi segera berjalan pergi menuju ke belakang namun sebelum itu Alva memanggil bibi. Dan bibi pun datang menghampiri Alva. Lalu Alva membisikkan sesuatu ke telinga bibi. Sebenernya aku pengen tau tapi gak mungkin dikasih tau.

"Oke den." ucap bibi tiba-tiba sambil tertawa kecil dan pergi meninggalkan kami.

"Kamu ngomong apaan sih?" tanyaku.

"Nggak ngomong apa-apa." balasnya.

"Kan sekarang udah main rahasia-rahasiaan ya." ucapku kesal.

"Bukan rahasia."

"Terus apa? Beritau dong." bentakku.

"Hmm yaudah sini." ucapnya lalu menyuruhku untuk mendekatkan telingaku. Dia hendak membisikkan sesuatu. Aku pun segera mendekat dan mendengarkan

"Aku suka sama kamu."

"Aku sayang sama kamu."

"Aku cinta sama kamu."

"Jadi, kamu mau nggak jadi pacarku?" aku kaget saat mendengarkan apa yang ia bisikkan. Apa ini sungguhan? Dia baru aja nembak? Astaga sekarang aku harus jawab apa. Aku hanya diam dan berusaha merespon semua ini. Namun tiba-tiba

"Ini den bunganya." ucap bibi tiba-tiba lalu menyodorkan bunga tersebut.

"Ah bibi kok dateng sekarang sih? Belum waktunya!" bentak Alva kesal dan mengusir bibi membuatku tertawa terpingkal-pingkal.

"Ha ha ha ha ha"

"Kamu kok jadi ketawa?" tanyanya tidak terima. Namun aku malah meneruskannya dengan lebih keras.

"Iya sori habis lucu banget." balasku.

"Iya aku mau." tambahku dengan suara sedikit malu-malu.

Hari ini aku resmi berpacaran dengan Alva di rumahku dengan setangkai bunga mawar yang dicabut sama bibi dari halaman belakang.

-----
Haiii maaf banget update chapternya lama hehehe
By the way happy new year guys!
Karena ini tahun 2017, jangan lupa untuk berbaik hati dengan cara
Memberi vote dan comment yaa hehehe
Tunggu terus chapter selanjutnya

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang