delapan belas

335 26 0
                                    

FLASHBACK....

Aurel's POV

setiap lembar buku kubuka. Lama- lama membuatku mengantuk dan bosan. Tiba-tiba aku tertidur begitu saja di atas novelku yang masih terbuka.

Aldo's POV

'Apa yang dilakukan cewek itu disini?' pikirku. Kenapa dia mau duduk denganku. Bahkan wajahnya tidak terlihat terpaksa atau apa. Saat aku hendak menutup buku dan pergi, dia gadis itu tertidur begitu saja. 'Siang begini udah ngantuk?' Ini di perpustakaan apa dia nggak sadar?

Entah kenapa aku merasa tidak tega meninggalkannya. Dia cantik meskipun tidur. Rambutnya yang terurai panjang menutupi sebagian wajahnya. Mulut mungilnya tertutup rapat dan wajahnya terlihat seperti bayi yang tertidur nyenyak.
'Wait! Apa yang kupikirkan!' tidak tidak.

'Aku harus membangunkannya.' pikirku.

"Hei! bangun" ucapku.

"Bocah ayo bangun!" ucapku lagi. Dia terlihat seperti bocah kecil karena itu aku memanggilnya.

Sedikit demi sedikit dia terbangun dan wajahnya terlihat shock saat menyadari dia tertidur di perpustakaan. Namun kulihat terdapat air liur di sudut bibirnya. Aku menutup mulutku menahan ketawa. Dia menyadari air liur tersebut lalu mengelapnya.

"Hei! tidak ada yang lucu!" ucapnya lalu berdiri dan memukul kepalaku dengan novelnya.

"Dasar bocah!" ucapku meledeknya dan dia semakin memukulku lebih kencang.

Namun tiba-tiba....

"AUREL!" teriak seseorang.

'siapa sih nih orang.' pikirku.

"Alva?" ucap Aurel kaget lalu berhenti memukulku.

"Ka... Kamu ngapaiin disini?" tanya Aurel ragu-ragu.

"Aku ngapaiin?! Harusnya aku yang tanya ke kamu, kamu ngapaiin disini berdua sama cowok itu?!" tanyanya.

"Bajingan lo!" teriaknya lalu menghampiriku dan....

Buk! Buk! Buk!

Aurel's POV

"ALVA CUKUP!" teriakku.

Aku segera membantu Aldo berdiri setelah dipukul hingga babak belur seperti ini.

Aku pergi meninggalkan Alva yang masih penuh amarah. Aku tidak menyangka dia bisa seperti ini. Aku mengantar Aldo ke UKS dan mengobati luka memar di wajahnya.

"Maaf ya Do, gara-gara gue elo jadi kayak gini." ucapku minta maaf.

"Hmm" jawabnya singkat.

"Lo marah ya?" tanyaku. Aku merasa sangat bersalah terhadapnya.

Aku pun mengobatinya. Dia sedikit kesakitan karena luka memar yang kuobati.

"Aku keluar ya." ucapku lalu berjalan keluar.

Namun, tanganku ditarik balik olehnya.

"Thanks ya." ucapnya lalu tersenyum.

Ini pertama kalinya kulihat senyum itu. Sumpah manis banget! Karena gugup aku hanya bisa mengangguk-angguk dan tersenyum lalu pergi keluar. Setelah menutup pintu UKS aku berbalik badan dan mendapati Alva berdiri di depan UKS dengan bersandar pada tembok.

Aku tidak berani menoleh ke arahnya. Aku hanya menunduk lalu pergi melewatinya. Namun, tangan besarnya memeluk tubuh mungilku dari belakang.

"Rel, aku minta maaf." ucapnya.

Aku tidak bisa menjawab. Aku hanya bisa menangis tidak berdaya.

"Aku tau harusnya aku nggak cemburu dan marah kayak gitu. Maafin aku ya." kata Alva.

Hari itu tak lagi sama seperti sebelumnya, entah kenapa aku menemukan sisi lain dari Alva yang membuatku tidak nyaman. Cukup sekai ini saja. Semoga Alva tak kan berbuat ulah aneh lagi.

-------------------------------

maaf ya update nya lamaa
Maaf jg chapter yg ini cuman segini
Maaksii buat yg udh ngikutin
Jgn lupa vote dan comment ya
Thanksss

Selamat hari raya idul fitri buat yabg merayakannn

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang