tujuh

887 73 6
                                    

"Aurelll temenin ke kamar mandi" seru Andin sambil menarikku yang masih tidur di dalam perpustakaan.

"Duh ndin, gue ngantuk pusing nih. Pergi sendiri napa sih!" ucapku ketus.

"Pagi-pagi gini banyak hantunya rel."

"Alai deh lo. Pagi gini mana mungkin ada hantu. Yang ada tukang bersih-bersih toilet."

"Ash yaudala." ucap Andin lalu pergi keluar perpustakaan.

Aku memejamkan mataku. Pagi yang menyenangkan bisa tidur di perpustakaan dengan nyenyak. Ini masih jam 6 pagi. Masih banyak waktuku untuk tidur sebelum ke kelas.

Tok! Tok! Tok!

Duh suara apa sih ganggu amat. Aku pun membuka mata.

"Selamat pagi tukang tidur..."

"Alva?" ucapku kaget melihatnya duduk di bangku sebrangku. Hari ini dia tampak... Keren. Ganteng. Beda dari biasanya.

"Gimana buku mewarnainya? Udah diisi?"

"Udah diwarnai sama adik aku. Lagian ngapaiin juga kamu ngasih begituan sih."

"Habis kamu bosen sih. Yauda aku beliin buku itu."

"Yauda pergi sana. Jangan ganggu aku mau tidur!"

Aku pun memejamkan mataku lagi. Namun Alva malah memukul kepalaku dengan kepalan tangannya.

"Aww! Sakit tau!" teriakku sambil melempar buku di depanku.

"Dasar tukang tidur!" ucapnya lalu kabur begitu saja.

Aku pun tidak jadi tidur dan pergi kembali ke kelas. Disana sudah ada Andin, Anya, Afga dan Adit. Aku berjalan dengan langkah malas. Masih dengan wajah mengantuk.

"Lo kayak mayat hidup tau gak!" ucap Anya saat melihatku.

"Rel kamu sakit?" tanya Afga yang kubalas dengan gelengan kepala.

Pelajaran dimulai aku pun mengikutinya dengan muka lelah. Ternyata waktu berjalan sangat lama. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Aku pun ijin pergi ke UKS untuk tidur. Kepalaku pusing dan mukaku pucat. Aku berjalan menuruni tangga.

Lalu di lapangan, ada Alva yang sedang dihukum bersama teman-temannya. 'Benar-benar anak nakal.' Batinku. Aku meneruskan berjalan menuju UKS. Namun, kepalaku sangat pusing dan dalam sekejap semua menjadi gelap.

Aku terbangun karena sinar matahari dari balik tirai jendela. Aku memegang kepalaku yang masih sedikit pusing. Lalu kulihat sekitar dan ini ruang UKS. Bagaimana aku bisa disini?

"Kamu tadi pingsan." ucap seseorang dari balik ruangan. Dia Alva.

"Kok bisa?"

"Untung lo ada aku." ucap Alva dengan muka menjengkelkannya.

"Makasih." ucapku singkat lalu beranjak turun dari kasur.

"Mau kemana?"

"balik ke kelas."

"Ini udah sore kali. Semua udah pulang."

"Sumpah?!" tanyaku kaget. Kulihat jam di tanganku. Dan benar ini sudah pukul 3 sore.

Ketika aku hendak keluar UKS, Afga datang membawa tasku.

"Aurel, kamu nggak apa?" tanyanya.

"Afga?"

"Tadi udah kubilang gausah ikut pelajaran. Kamu sih."

"Iya iyaa maaf." balasku sambil mengambil tas yang dibawa Afga.

"Ayo aku anter pulang." ucap Afga.

"Va, aku pulang duluan ya. Makasih." ucapku lalu pergi dengan Afga keluar ruangan.

Alva hanya membalas dengan senyuman memaksa dan wajah heran.

Sesampainya di rumah, aku membuka ponsel dan ada pesan dari Alva. Isinya

Aurel cepet sembuh ya

Iya makasih va

Kamu pacaran sama ketua?

Bukan. Cuma deket

Yaudah kalo gitu. Berarti masih ada kesempatan buat aku.

Hah kesempatan apa?

Kesempatan buat jadi pacar kamu.

Deg deg deg. Kenapa aku jadi senang dengan perkataan Alva. Apa dia bercanda? Tapi aku rasa, perasaanku berubah. Apa mungkin...

------------
Maaf updatenya lamaa
Vote dan comment yaa

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang