sembilan

780 63 4
                                    

"Ehmm iya gue tau Ga. Tapi Alva kan cuma bercanda. Toh temen-temennya juga ngasal ngomong aja."

"Iya tapi aku gak suka!!!" bentak Afga membuatku kaget dan heran. 'Dia siapa kok bisa ngatur-ngatur aku seenaknya.'

"Aku nggak tau jalan pikir kamu Ga." ucapku kesal lalu pergi meninggalkannya.

Di depan kelas kulihat ada Andin, Anya dan Adit yang menatapku heran. Aku tidak menghiraukannya dan pergi masuk ke kelas.

Sepulang sekolah aku tidak kumpul bareng anak-anak. Aku memilih untuk segera pulang. Bahkan tadi aku tidak menghiraukan Afga sama sekali. Bertemu pun males. Apalagi ngobrol. Hari ini aku kecewa. Selama ini dia nggak pernah kayak gitu. Tapi kenapa dengan Alva dia jadi gini? Aneh.

Aku berjalan menuju kamar. Melempar tas dan menenggelamkan wajahku di bantal yang empuk. Tanpa sadar aku tertidur. Masuk ke dalam mimpi indah. Namun teriakan bunda membuatku bangun dari tidurku yang nyenyak ini.

"Aurell bangun ayo makan..." teriak bunda.

"Iya iyaa bun... Bentar." balasku tanpa merubah posisi tidurku yang PW (posisi wenak)

Kunyalakan ponselku yang sejak tadi bergetar di meja belajar. Dan banyak sekali pesan yang masuk. Nama Afga paling atas. Ada 19 pesan masuk dari dia. Pasti isinya cuma minta maaf. Aku sedang malas membukanya. Lalu kulihat pesan dari Andin yang mengajak pergi berlibur. Terakhir kubuka pesan dari Alva.

Halo Aurel. Maaf ya tadi temen-temen aku buat si ketua marah. Mereka cuma ngasal aja hehe. Kamu tau kan cowok kayak gimana?

Iya iya gapapa

Bentar lagi kan liburan. Mau gak nge trip bareng?

Ajak temen-temen boleh kan?

Boleh dong.

Oke aku tanya mereka dulu ya

Iya. Selamat malam aurel

Kumatikan ponselku dan berjalan keluar kamar dengan lemas. Kucium bau sedap dari arah dapur. Kulihat bunda dan bibi sedang memasak. Adikku duduk di meja makan sambil memegang tabletnya. Setelah makanan siap, aku langsung memakannya.

"Aurel besok bisa temenin bunda?" tanya Bunda tiba-tiba. 'Tumben aja minta ditemenin.' Batinku.

"Temenin kemana?" balasku sambil mengambil lauk pauk.

"Arisan sama temen SMA bunda. Entar bunda kenalin kamu sama anaknya temen bunda." otomatis aku langsung menoleh.

"Ah ngapaiin sih pakek jodoh-jodohin segala." ucapku gak terima.

"Bunda nggak jodohin kok. Cuma ngenalin aja."

"Udah gak jaman bunda."

"Kalau kamu nggak mau ikut, uang saku 1 bulan gak bunda kasih."

"Eh kok gitu? Yauda deh yauda." bantahku kesal. Akhirnya aku menyetujui apa yang bunda inginkan. Mungkin aja cowok yang bunda kenalin jodoh aku. Wkwk kepedean banget yak.

-----
Maaf baru update chapter baru!
Maaf chapternya dikit hehehe
Tunggu terus kelanjutannya
Vote comment jgn lupa.

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang