dua puluh enam

80 8 0
                                    

"jangan lupa mimpiin aku ya... "

Kalimat itu terus terngiang di kepalaku. Dan membuatku sulit untuk tidur.  Aku pun bangun dan baru sadar bahwa ada hadiah dari Alva.

Kuambil kotak hitam itu. Ukurannya cukup sedang dan terlihat lucu karena terdapat bunga merah di pita putihnya.
Kubuka pita tersebut. Dan ternyata ada sebuah jepit rambut dengan huruf A diatasnya.

'Bagus banget' batinku sangat senang

Selain jepit rambut ada sebuah buku semacam jurnal yang semua isinya ditulis tangan. Dan terdapat tanda tangan Alva disitu.

Ukuran buku ini termasuk sedang dan tidak tebal. Namun terlihat seperti buku lama alias vintage gitu.

Kubuka perlahan buku tersebut dan isinya ada fotoku dan Alva berdua waktu di sekolah dulu, ada juga foto kami berdua waktu Outing Class kemarin.

Dan banyak tulisan-tulisan absurd dengan style Alva yang gak jelas itu. Terutama gombalan recehnya.

a b c d e f g h i j k l m n ,  siapa yang paling cantik?  Ya bundanya Aurel lah. Kan calon mertuaku.

Tau nggak kenapa bunda ngelahirin aku?  Biar bisa pacarin kamu.

Kemarin kita pdkt,  sekarang kita pacaran,  besok aku mau ngelamar, biar besok lusa kita nikah. Hehehe

Kira-kira begitulah isi coretan-coretan gak pentingnya Alva. Tapi selalu membuatku tersenyum dan tersentuh.

Dering telfon berbunyi. Siapa lahi kalau bukan dari Alva.

Halo? Good morning princess...

Morning...

Udah mandi belom? 15 menit lagi aku meluncur loh.

Ih cepet banget

Yaiyalah gasabar pengen ketemu.

Lebayyy

Jangan kegeeran dulu,  aku gasabarnya ketemu bunda kamu kok. Hehehe bukan kamu.

Ohh gitu ya...

Engga engga bercanda aku gamau diputusin!

Mangkanya jangan nyebelin.

Yaudah sana mandi,  bauk tauk.

Iya iyaa tunggu oke bye bye.

Bye princess

Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi sambil membawa handuk dan mandi secepat mungkin. Sekitar 15 menit kemudian aku sudah berdandan cantik di depan cermin mengenakan dress kuning dengan tas rotan serta bandana bunga-bunga.

Kuambil jepit rambut pemberian Alva dari dalam kotaknya. Lalu kupasang di poni kananku. Aku pun keluar kamar dan mendapati Alva duduk di ruang tamu dengan bunda.

"eh anak bunda cantiknya... " ucap bunda tersenyum lebar.

"Halo Rel. " tambah Alva dengan kaos hitam dan celana krem nya. Memang terlihat simple namun tampak keren.

"cepet banget kamu Va... " balasku.

"sebenernya tadi waktu aku telfon kamu, aku udah di depan rumah. "

"kok gak bilang? " tanyaku heran.

"soalnya bunda tadi yang minta bantuan angkat barang dari gudang hehehe. Sambil nunggu kamu dandan." sahut bunda sambil berjalan ke arahku.

"udah sana pergi seneng-seneng. Puas puasin sana. "

"hehehe siap bunda."

"oh ya,  Selamat Hari Jadi ya buat kalian. "

"terimakasih tante. " ucap Alva lalu pamit ke bunda.

Aku dan Alva pun berjalan keluar dan pergi ke sebuah taman yang ada di tengah kota. Taman itu bukan taman biasa. Tapi lebih seperti Bazar. Karena terdapat banyak food truck berjejeran.

"kamu mau apa? " tanya Alva.

"mau itu aja. " balasku sambil mengarahkan telunjukku ke sebuah truck Ice cream.

"es krim?  Kayak anak kecil aja. "

"ih enak tau. "

"yaudah ayo ayo beli."

Kami pun berjalan kesana dan membeli satu cone ice cream dengan rasa kesukaanku yaitu Matcha greentea. Kami duduk di dekat kolam sambil melihat sebuah atraksi dari para pesulap di taman itu.

Namun tiba-tiba dering telfon berbunyi. Dan itu bukan berasal dari tasku. Namun dari kantong celana Alva.

Halo?

Va,  lo dimana? Gawat-gawat!

Kenapa? Kenapa?!

Itu...  Si John sama gengnya dateng ke markas kita!

Hah?  Serius?

Gatau pokoknya gue mau elo kesini sekarang juga. Buruan

Oke oke , tunggu

Alva pun mematikan telfonnya dengan wajah yang sedikit kaget alias panik.

"dari siapa?  Kok kaget gitu? "

"Rel,  nanti aku jelasin semuanya ya. Tapi maaf banget kita gak bisa lanjutin pergi hari ini. Aku anter kamu pulang ya. "

"kok gitu? Ceritaiin dulu ada apa sih? "

"rumit. Aku jelasin nanti,  pokoknya tentang geng aku. Lagi gawat. "

"kamu mau berantem lagi? "

"engga kok cuman perdebatan dikit. Tenang gak akan berkelahi. "

"yang bener Va. Aku gamau kalo kamu berkelahi. "

"enggak Rel, janji. Ayo kita pulang. "

Dia pun mengantarkan aku pulang ke rumah tanpa pamit. Aku masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang campur aduk. Kesal, marah,  takut.

Aku takut Alva kenapa-kenapa. Aku marah karena dia seenaknya sendiri. Dan aku kesal pada diriku sendiri.

Tanpa sadar,  aku pun tertidur. Hingga bunda membangunkanku karena ada Alva di depan rumah. Jam menunjukkan pukul 20.43 malam. Aku pun segera bangun dan berjalan ke luar.

Kulihat Alva berdiri di depan motornya dengan luka yang ada di wajahnya. Dan goresan di tangannya. Pasti berkelahi.

"Aku udah bilang jangan berkelahi!" teriakku kesal.

"mereka yang mulai duluan Rel. Mau gak mau aku sama yang lain harus melawan juga." balasnya pasrah.

"tapi kamu udha janji sama aku Va."

"ya maafin aku Rel,  aku tau aku salah. Tapi ini semua demi keselamatan aku dan temen-temen aku semua."

"kamu sebut mereka temen? Yang bisanya cuma manggil kamu kalo mereka butuh doang. "

"kamu gak tau mereka seperti apa Rel. "

"aku tau Va. Dan aku mau kamu keluar dari geng itu." ucapku lirih.

"mana bisa Rel. Kamu tau seberapa suka aku sama geng itu kan. "

"tapi geng itu buat kamu hancur Va,  aku pun juga. "

"aku kan udah minta maaf Rel. " ucapnya sambil memegang wajahku. Namun kutepis tangannya.

"itu nggak cukup. Terserah kamu deh Va. Aku gak ngerti lagi. " balasku dengan wajah yang sudah memerah dan air mata yang sudah jatuh.

Aku pun masuk ke dalam rumah dan berlari menuju kamar dengan membanting pintu sekeras mungkin.

Alva Bodoh.

---------------------------------

Halo halo author kembali !
Lagi cepet2an lanjutin 4A nih biar cepet selesainya hehehe
Gimana gimana enaknya?
Maaf ya kalo slow update banget
Tunggu terus kelanjutannya
Yuk beri saran yang mau


4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang