dua puluh delapan

50 7 0
                                    

Cahaya matahari menembus kaca jendela, samar-samar terlihat langit putih dan ada tirai hijau muda. Dimana ini? batinku. Kepalaku masih sedikit pusing. Aku pun berusaha untuk bangun.

"Bebbbb akhirnya lo udah bangun. Gue panik banget tadi." ucap  Andin dengan suara cemprengnya sambil memelukku.

"masih sakit? mananya?" ujar Anya juga mengikuti dengan panik.

"Lo masih inget nama kita semua kan? o gak amnesia kan?" tanya Adit juga yang kocak.

"gue gapapa beneran...."

"Rel, udah sadar? udah enakan." tanya Afga ikut khawatir.

"iya udah kok. by he way... Aldo sama Alva gimana?" balasku lalu kembali bertanya tentang keberadaan Alva dan Aldo yang berantem di kantin hingga rusuh.

"mereka dipanggil ke ruangan Kepsek." balas Afga membuatku kaget.

"gue harus kesana." ucapku cepat lalu berusaha turun dari matras dan merapikan rambut.

"eh jangan Rel, lo disini aja istirahat." balas Anya melarangku.

"tapi mereka berantem gara-gara gue. Ini salah gue..."

"Bukan Rel, udah istirahat aja. Udah beres kok." ujar seseorang dari arah pintu UKS, ternyata Aldo dengan mukanya yang penuh luka.

"eh bro, lo gapapa?" Afga menghampiri Aldo. Dan ditanggapi dengan santai seolah tidak ada yang terjadi.

Aku pun berjalan ke arahnya untuk meminta maaf. Ini semua salahku, aku yang membuat Alva marah. Aku yang menimbulkan kekacauan ini.

"gue minta maaf Do... maafin Alva juga... "

"iya Rel gapapa beneran lagian cuma luka dikit kok." balasnya dengan senyum tulus.

"mana ada dikit, berdarah dimana-mana Do. sini gue obatin." ucapku.

"Eh sekarang udah jam masuk pelajaran nih kita balik duluan gapapa ya?." tanya Anya.

"oh iya jam pelajaran Matematika minat lagi, mampus gue." balas Afga panik.

"ah elo Ga, pakek ngingetin segala kalo sekarang waktunya Mat males banget gue."

"hahahah, yauda deh kalian istirahat aja disini oke." tambah Anya.

"iya iya gapapa udah sana , makasih banyak ya..."

mereka berempat pun pergi dari UKS, eninggalkan aku dan Aldo di ruang UKS yang sepi dan dingin ini. Entah mengapa, rasa canggung kembali hadir. Namun, mau bagaimana lagi aku harus mengobatinya.

"gue bener-bener minta maaf ya Do."

"gapapa Rel beneran, kamu sendiri gapapa kan? masih sakit kepalamu?"

"ooo e.. e..enggak kok." balasku lalu mengambil obat merah dan kapas.

"pukulan Alva keras juga ya." katanya.

"ya gitudeh emang jago berantem dia."

"jadi selera kamu yang jago berantem ya, aku jago loh tadi waktu ngelawan Alva. jadi bisa masuk kriteria kamu nggak?" tanyanya lalu menatapku dengan muka serius. aku pun kaget dan 

"hah?"

"bercanda Rel. hehe eh eh aw pelan-pelan dong sakit." teriaknya karna aku menakan kapas di lukanya cukup lama.

"oh iya iya sorry."

kringg....

Bel pulang sekolah pun berbunyi, Aldo mengantarku ke kelas untuk mengambil tas dan dia menawarkan untuk mengantarku pulang. aku pun mengambil tas ku di abngku dan keluar kelas bersamanya dan teman-teman lainnya. Biasanya Alva dan teman-temannya ada di pendopo sekolah sewaktu pulang sekolah, namun kali ini tidak ada.

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang