lima

1K 80 10
                                    

Hari ini, diadakan rapat osis untuk membicarakan hari pahlawan. Seperti biasa, aku dan Afga berjalan menuju aula untuk rapat. Dan disana ada Alva sedang bercanda bersama para osis lainnya. Awalnya aku tidak ingin bergabung dengan mereka karena pasti berisik.

"Aurel! Sini." teriak Alva tiba-tiba.

"Sini Rel ikut dengerin ceritanya Alva..." seru Megan, temanku.

"Iyaa sini. Alva lucu." seru anak osis lainnya yang juga bergabung disana.

Aku pun berjalan kesana. Namun tiba-tiba...

"Ayo rapat. Waktu kita sebentar." kata Afga tiba-tiba.

"Semua kumpul..." ucap teman Afga.

"Yahh Afga gak seru deh." ucap Megan.

Aku duduk di paling depan bersama Megan dan osis lainnya. Tiba-tiba Alva duduk di bangku kosong sebelahku. Afga sedang di depan menerangkan tentang rapat jadi sebelahku kosong.

"Aurel, besok pagi kamu di rumah?" bisik Alva di telinga kananku. Aku pun mengangguk.

"Okeh kalo gitu."

"Emang kenapa sih?"

"Udah liat besok aja." bisik Alva lalu kembali melihat kearah depan.

Awalnya aku tidak menghiraukan kata-katanya hari itu. Hingga keesokan harinya, pintu kamarku diketuk. Dan ternyata itu bibi. Dia datang membawa kantong plastik. Duh hari Sabtu begini ada aja yang ganggu tidur aku.

"Dari sapa bi?"

"Dari siluman baja hitam katanya."

"Hah? Siapa sih ada-ada aja."

"Tadi dia pakai baju serba hitam ditambah topi dan masker hitam. Jadi mukanya gak keliatan non. Bibi permisi dulu ya..."

"Yauda makasih bi."

Aku pun melihat isi kantong tersebut. Dan ternyata ini hanyalah majalah harian biasa yang tidak ada istimewanya. Sapa sih yang ngasih? Kurang kerjaan banget. Udah tau aku gak suka baca beginian. Lalu aku melihat kedalam kantong itu kembali. Ternyata ada sepucuk surat didalamnya. Isinya

Selamat pagi Aurel
Gimana kabar kamu?
Aku tau kamu pasti kaget liat isi kantongnya
Tapi coba kamu baca deh
Terutama halaman ke 14
Diliat baik-baik ya kamu pasti lebih terkejut
Soalnya ada ayah aku disana
Aku bangga punya ayah sepertinya
Tapi aku lebih bangga lagi kalo punya kamu
Hehehe

From A

Dari isinya saja, aku bisa menebak kalo ini Alva. Apaan coba anak ini. Gak penting banget. Namun karena penasaran aku melihat isi dari majalah halaman 14. Dan disitu ada foto Ahmad Dhani. Aku jadi ingat waktu pertama kali kenalan sama dia. Dia bilang dia itu anaknya Ahmad Dhani. Tapi gak mungkin! Pokoknya aku gak percaya.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Dan ada pesan yang masuk dari Alva

Aurel
Udah baca majalahnya?

Udah

Keren kan ayah aku?

Biasa

Ah kamu iri ya sama aku

Engga biasa aja

Kalo gitu kapan-kapan kirim foto ayah kamu dong

---

Eh gausah deh! Biar kapan-kapan aku kesana langsung lihat.

Eh jangan!

Kenapa? Kamu malu punya temen anaknya Ahmad Dhani?

---

Oo atau kamu bangga ya?

Najis!

------
Author's speaking!
Maaf ya chapter yang ini singkat hehehe
Lagi buntu nih wkwk
Tunggu kelanjutannyaa

4ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang