23

5.9K 221 4
                                    

Aku takan mengira akan bertemu kakek yang selama ini dihindari oleh orangtuaku. Dia albert dia adalah kakek ku dan dia yang mencelakaiku sekarang aku tahu kenapa orangtuaku tak mengijinkan anak2nya bertemu dengan kakeknya. inilah dia kakeku sang pembunuh bayaran yang telah menelantarkan ayahku dan yang telah membunuh neneku. benci? tidak aku tidak membencinya entah kenapa aku memiliki perasaan iba padanya. setiap aku menatap matanya ia tampak sangat kesepian sudah seminggu lebih aku tinggal bersamanya dan mengetahui bahwa dia adalah kaekku. aku sangat terkejut saat dia memberitahuku namun aku percaya dengan mudah karena ia mirip dengan orang yang berada didalam foto yang ada dilaci kerja ayahku hanya saja warna rambutnya sudah berubah memutih.



flashback on:

"beritahu aku siapa dirimu, apa yang kau rencanakan lalu kenapa kau menusukku tapi juga merawatku, dan apakah wanita jalang itu yang menyuruhmu!?"
tanyaku dengan berbagai pertanyaan tanpa henti.

"kau tahu aku akan menjawab itu semua setelah kau benar2 pulih" jawab pak tua itu.

"oh jangan khawatir aku sudah pulih lihat ini sudah tidak sakit bahkan aku sudah bisa beraktifitas dengan normal dan disini hanya terasa sedikit nyeri tapi tidak masalah aku merasa lebih baik dan aku merasa sehat-sehat saja pak tua sekarang jelaskan !" cecar ku pada pak tua itu yang menyebut namanya albert.

"baiklah kau memang keras kepala seperti ayahmu" hah? Apa dia mengenal papa?

"Kau mengenal..." kaya2ku terhenti karena pak tua itu yang langsung menyela.

"Tentu saja aku mengenalnya dia adalah anak laki-laki paling arogan dan dia adalah jagoan kecilku yang kubuang" balasnya dengan nada yang semakin lama semakin rendah namun tersirat dimatanya berbagai perasaan yang ia alami ia terlihat sangat menyesal dan sukit diartikan begitu banyak perasaan sedih namun tak terbaca karena ia berusaha menutupinya dengan wajah kaku nya.

"Dia adalah ankku dan kau.... kau adalah cucuku" lanjutnya yang membuatku terdiam kaku dikasir sambil memandangnya penih tanda tanya dan juga jujur saja aku shock. dia? Kakeku? Serius?

"Jangan memasang wajah seperti itu kau terlihat bodoh" tegur nya yang mengaku kakeku.

" jaa..jadi kau kakekku? Yang menelntarkn ayahku di panti asuhan?" Tanyaku.

"Hei aku tak menelantatkannya, aku selalu menengoknya dan memberikannya fasilitas yang ia butuhkan hanya saja aku tidak mengakuinya bahwa ia anakku karena itu dapat merusak masa depannya" jelasnya.

"Merusak masa depannya? Maksudnya?" Tanyaku lagi.

"Kau tahu aku adalah seorang mafia dan juga pembunuh bayaran karena pada dasarnya kekayaan yang kudapatkan dulu adalah hasil aku membunuh namun saat aku bertemu dan menikah dengan nenekmu aku tak pernah membunuh lagi aku menyerahkam diri kepolisi karena nenekmu yang menyuruhnya ia tanpa henti mengunjungiku setiap hari dan membawakanku makanan dengan senyumnya. Saat itu kami sudah tak mempunya harta lagi karena sudah kami serahkan kepihak yang berwajib karena harta yg kudapat semua karena aku membunuh seseorang jujur saja aku hanya pembunuh bayaran yg membunuh orang-orang licik didunia politik namun aku tau itu hal yang salah tapi banyak org politik yang membunh musuhnya menggunakan jasaku dan mereka membayar mahal untuk itu. Saat ada seseorang yang membantuku keluar dri penjara setelah benerapa tahun aku mendekam disana akhirnya aku bebas aku hidup dengan baik bersama nenekmu dengan membuka usaha kecil2an dei modal yang diberikan orang itu sampai akhirnya aku bisa mendirikan perusahaan yang cukup besar dalam 5tahun dan istriku nenekmu melahrikan ayahmu namun ia meninggal saat melahirkan ayahmu. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat itu aku sangat terpukul karena kematian istriku aku tak punya pengalaman mengurus bayi dan saat itu aku teringat suatu panti asuhan tempat dimana dulu aku berasal. Jangan heran aku dulu adalah anak panti karena itu aku mempercayakan ayahmu berada dipanti itu agar tak seorangpun dapat menganggunya dan mengetahui identitasnya sebagai anak seorang pengusaha dan juga pembunuh ini" ceritanya dengan wajah yang penuh kesedihan juga penuesalan.

"Kenapa harus menyembunyikannya?"

"Jika ia diketahui media masa masa depannya akan sulit, dia akan disorot dan semakin banyak org yang mengetahui identitasnya itu dapat membuatnya tertekan kau tahu dunia ini kejam tiara media masa dapat membunuh seseorang hanya dengan kata-kata aku tak ingin ia hidup seperti itu aku ingin dia bebas melakukan apa yang ia inginkan jika ia tahu ayahnua seorang pembunuh itu akan membuatnya terbebani karena itu aku tak ingin mengubgkapan siapa anakku" jelas dia kakeku.

"Tapi papa sudah tahu kau seorang pembunuh" kulihat ia memghela nafas sejenak.

" saat itu kami sangat dekat layaknya ayah dan anak lainnya tapi saat hari ia meminta restu aku memberitahunya siapa aku karena ia bertanya masa laluku dan aku menceritakannya dari situ ia tak pernah mau bertemu denganku lagi, bahkan memyuruhku tak menganggu keluarganya aku tahu ia pasti sangat membenciku terlebih lagi soal meninggal ibunya tak kukatakan yang sebenarnya karena aku takut melukai perasaanya jadi aku mengarang cerita bahwa aku yang membuat ibunya meninggal" kakek benar2 terlihat sedih ia memang terlihat kuat namun ternyata ia sangat rapuh dan bisa kulihat rasa sakit dimatanya.

"Kakek" panggilku.

Ia menatapku lurus memandangku dengan wajah yang entahlah sulit kuartikan matanya berkaca namun expresinya tetap kaku.

"Kakek...kakekk...kakekk... dasar kau kakek tua hahahha" ledekku membuatnya menghela nafas panjang dan seulas senyum hadir diwajahnya aku berhasil menghiburnya.

"Akhirnya kau tersenyum, kau tahu kek kau terlihat lebih bersahabat saat tersenyum" seruku.

Flashback off

"tiara ayo berangkat" ajak kakek. ya hari ini adalah hari keberangkatanku ke amerika entah atas dasar apa kakek menyuruhku ikut dengannya keamerika ia hanya mengatakan hal yang sulit kumengerti dan mengancamku akan membunuh mark jika aku tak ikut dengannya.

"haruskah?" tanyaku dengan perasaan berat hati dan sedih karena harus meninggalkan indonesia negara dimana ada orang-orang yang kusayangi disini.

"tiara kita sudah membahasnya" jawab kakek dengan dingin" ya kami memang sudah membahasnya dan aku mengerti tapi jujur saja kakekku ini ternyata orangnya super duper protektiv.

"Ayo tiara" lanjutnya lagi.

"Adududuh kek perutku sakit aduhh sepertinya jahitannya terbuka lagi. Dengan cepat kakek menuju kearahku dan aku sangat terkejut ia menggendongku layaknya aku adalah karung beras dan jujur saja perutku benar2 nyeri sekarang yg tadi memang pura-pura tapi ini terasa nyeri aku meronta dan meminta kakek menurunkanku dari gendongannya dan ia pun menurutinya.

"Bagaimana? Mau digendong atau di tuntun anak manja?" Tanyanya padaku dengan wajah sarvastiknya yang membuatku sebal dan akupun berjalan sendiri keluar pintu sengan perasaan kesal. Jujur saja biar umurnya tua kakekku mempunya badan yang bagus dan juga otot yang masih kencang dia masih sehat dan sangat kuat luar biasa memang seperti daddy ku.

-----

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang