0.05

8.9K 1.4K 179
                                    

wonwoo duduk bersedekap pada kaca etalase yang berisi kartu-kartu seluler. tadinya mingyu mau menjemput wonwoo ke rumahnya, tapi wonwoo menolak. katanya tanggung entar lewat depan juga.

dan sekarang wonwoo sedang menunggu mingyu yang entah sedang apa. di depannya wonwoo ada seokmin yang bermain ponsel; kadang ia tersenyum, terbahak, atau terlihat seperti sedang berpikir.

"sehat, bang?" tanya wonwoo.

"mayan de, ade sendiri?"

"ih apa sih, maksud akutu abang saking sehatnya bisa sampe ketawa-ketawa sendiri kayak gitu?"

"oh sehat, ini sih cuma lagi jatuh cinta."

"dasar kardus, ewh."

"paan sih de, sekarang mah abang setia tau," sanggahnya, "barangkali ade mau ngulang kejadian sebulan lalu."

"sebulan lebih satu minggu ya, tolong." timpal wonwoo.

baru seokmin hendak membuka mulutnya—mingyu datang, dan menarik tangan wonwoo.

"kuy, dek."

seokmin cuma melongo. wah, bau-baunya sih, bakalan terjadi penikungan mantan.

————————————————

"dia ngomong apa aja tadi?" tanya mingyu.

seperti biasa mereka berjalan beriringan ke pengkolan depan.

"ga ngomong apa-apa," jawab wonwoo.

"bener?"

"iya, emang kenapa sih bang?"

"gapapa sih, cuma kan hari gini tuh tikungan pada tajem." jelasnya.

wonwoo menolehkan kepalanya ke samping—sedikit mendongak,

"yakali di sirkuit bang," timpalnya dan mingyu terkekeh; memperlihatkan gigi taringnya.

"bang, gigi taringnya kok bisa panjang gitu sih bang?" tanya wonwoo.

"hormon kali de, punya abang mah panjang semua," jawab mingyu.

"bang akutu kelas tiga sma ya bang, jadi aku bisa mikir yang ngga-ngga,"

"emang kamu mikir apa?"

"mesum, dan ga usah nanya lagi."

"polos banget sih kamu, kan abang jadi suka," ujar mingyu, tangannya juga mengusak pelan rambut hitam milik wonwoo.

"ah yang bener, saya tida sepolos yang anda kira lho," timpal wonwoo, dan mingyu hanya terkekeh.

begitu sampai di pengkolan, mereka melihat-lihat sekiranya apa yang ingin mereka beli.

"kamu mau apa?" tanya mingyu.

"banyak bang, mau semua boleh?"

"boleh sih, tapi nanti kalo gendut jangan salahin abang."

wonwoo mengerucutkan bibirnya, dan matanya langsung tertuju pada kedai soto ayam.

berasa ada baper-bapernya gitu.

lalu wonwoo menghembuskan napasnya pelan,

"bang, suka soto ga?" tanyanya.

"abang mah apa aja suka de," jawab mingyu seraya pandangannya tertuju pada singkong goreng.

"makan soto kuy, abis itu kita beli martabak black ya, sebenernya akutu pengen gehu pedas juga sih, abang mau ga?"

"rakus bener sih kamu de, badan kecil padahal," balas mingyu.

wonwoo hanya tersenyum lebar sebelum menarik mingyu menuju kedai soto ayam. mereka duduk berdampingan—berhubung cukup penuh, jadi mereka duduk di tempat yang masih kosong; di bangku memanjang ke samping dan di depannya itu mentok sama tembok.

"mas, soto ayamnya dua, yang satu tanpa bawang ya mas!" teriak wonwoo, si mas soto mengacungkan ibu jarinya.

"ade ga suka bawang?" tanya mingyu.

"ga suka, alesannya gatau, ga suka aja." balasnya.

"abang kan ga nanya alesannya de wkwk," kekeh mingyu.

"ya tapi nanti ujunganya pasti nanya alesannya kan?"

mingyu mengangguk, iya juga sih. Mereka diam beberapa saat sampai si mas soto datang membawa pesanannya.

"lha, udah ganti sekarang mah?" tanya si mas yang jelas untuk wonwoo.

"apa sih, mas?!" wonwoo mendelik.

si mas soto hanya terkekeh, sebelum berlalu ia sempat melirik mingyu dan melontarkan godaan,

"cari pacarnya mah bisaan ganteng-ganteng."

"dia mah emang gitu, sok akrab," timpal wonwoo.

"kamu pernah ajak mantan kamu ke sini?" tanya mingyu, sedikit tidak suka.

"iya," jawab wonwoo singkat.kemudian segera menyantap sotonya, gamau bahas lebih rinci lagi soal mantan.

takut galau—atau memang masih galau—

"oh," balas mingyu.

wonwoo melirik mingyu dari ekor matanya, mingyu manyun.lucu sih, tapi juga bikin geli disaat bersamaan.







kan ini beda dari yang sebelumnya wks

kang pulsa; meanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang