0.2

6.2K 1K 362
                                    

gedek.

itu yang Wonwoo rasain pagi ini.. Mamahnya bangun kesiangan—gara-gara lagi dapet— menyebabkan beliau tidak sempat membuatkan sarapan untuk Wonwoo. Wonwoo komplain tapi malah kena semprot. Jadi dengan perut keroncongan Wonwoo lekas meninggalkan rumah.

sebenernya Wonwoo bisa aja beli bubur ayam apa nasi uduknya Pak Sooman, tapi hari ini dia piket jadi ga boleh telat. sial.

"de," Wonwoo menoleh.

seulas senyum manis ia dapatkan sepagi ini. Tapi senyum manis itu sama sekali tidak memberi efek apapun pada perutnya yang tetap saja berbunyi;

kruyuk

"suara apaan tuh?" niatnya Mingyu cuma monolog doang. tapi sayang, Wonwoo mendengarnya.

"perut aku, kenapa?!" ternyata lapar bisa menyebabkan mood seseorang naik turun.

"belum sarapan?" tanya Mingyu.

Wonwoo menggeleng.

"lha kenapa?"

"mamah aku kesiangan." ketusnya.

"kamu ga bisa masak sendiri?"

Wonwoo menggeleng jilid 2.

"idi, calon istri tuh harus bisa masak, de."

"paan sih lo, bang." Wonwoo hendak berjalan kembali— menyadari obrolan mereka tidak ada pentingnya.

tapi, dengan sigap Mingyu menahannya, "tunggu, de."

Wonwoo cuma menggerlingkan matanya, lalu kembali menoleh pada laki-laki yang tengah duduk di atas si niki itu.

"katanya belum sarapan, sarapan dulu, yuk."

serius Mingyu lagi ga modus. ini sih emang udah rejekinya dia aja yang selalu mulus.

mendengar kata sarapan yang pasti berhubungan dengan makanan dari mulut Mingyu, entah kenapa Wonwoo langsung berbinar. tapi tak lama ia redup lagi, "aku piket, bang."

"emang kenapa kalo piket?"

"ga boleh telat, jadi aku ga bisa sarapan dulu walopun pengen. tapi kalo aku sa—"

"nanti abang anterin ke sekolah." potong Mingyu, dan mata Wonwoo kembali berbinar.

"yaudah, beli bubur pak Sooman yuk, bang." tau-tau Wonwoo sudah duduk di belakangnya. Menepuk pelan bahu Mingyu.

terus Mingyu baper.

"tapi abang yang bayarin, ya. uang aku buat jajan di sekolah sama bayar uang kas."

"mohon bersabar, ini ujian :)" —hati nurani kmg.

tak butuh waktu lama, Mingyu segera melajukan si niki ke kedai bubur di depan komplek.

Dan keduanya kini sudah duduk di bangku panjang, saling berhadapan menyantap bubur ayam paling hits sekomplek tujuh belas.

"emang sebenernya abang tadi mau kemana?" tanya Wonwoo.

"nyari toko yang buka, mau beli odol." jawabnya.

Wonwoo mengangguk, lalu kambali memasukan bubur ke dalam mulutnya. Sesekali mengecek jam yang melingkar di tangan indahnya.

Mingyu menghabiskan buburnya lebih dulu. Lalu ia menatap cara makan si ade yang kebanyakan monyongin bibirnya.

"de?"

"hm?"

"kamu ga mau ngomong apa gitu sama abang?" Wonwoo membawa arah tatapannya dari bubur ke wajah Mingyu.

kang pulsa; meanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang