Part 12

46.3K 2.4K 37
                                    

Ada banyak cara untuk melumpuhkan atau menghancurkan orang lain. Salah satunya adalah menyerang hatinya. Menyerang sesuatu yang berharga bagi orang tersebut.

Itulah yang terlintas dipikiran seorang Romeo Williams. Bertahun-tahun ia menyimpan dendam pada laki-laki yang tidak mempunyai hati nurani, laki-laki yang menghancurkan sebagian hidup dan masa depannya. Romeo sempat berpikir, bahwa lelaki penuh aura intimidasi dan dingin itu tidak mempunyai kelemahan sama sekali. Sifatnya yang tenang dan menakutkan, membuatnya sempat bergidik ngeri jika saja ia tidak ingat dengan pembalasan dendamnya. Namun, dengan sekali tangkap, Romeo tahu bahwa laki-laki itu ternyata mempunyai kelemahan.

Romeo tersenyum licik dibalik meja kerjanya. Mengambil ponselnya diatas meja dan menekan sebuah angka yang langsung terhubung dengan seseorang.

"Bagaimana, sudah kau urus semuanya?" tanya Romeo pada orang diseberang sana.

"Semuanya beres pada awalnya, namun ia dengan cepat membenarkan semua kesalahan-kesalahan yang telah kuperbuat."Jawab suara diseberang sana. Romeo menggeram marah dan menggebrak meja dengan kesal.

"Aku tidak mau tahu, kau urus semuanya atau kau akan mendapatkan konsekuensinya!" Dengan begitu, Romeo menutup telepon dengan kasar dan melemparkan vas bunga diatas mejanya ke lantai.

Ia benci. Benci bahwa tidak peduli berapa kali ia mencoba untuk menghancurkan orang tersebut, dia akan tetap bertahan dan membetulkan semua kekacauan ini.

"David! Cepat atau lambat, aku pasti menghancurkanmu!" geramnya.

***

Karnaval itu semakin meriah ketika hari mulai beranjak petang. Laura tidak henti-hentinya menarik David untuk mengikuti setiap langkahnya. Kemanapun Laura pergi, David dengan setia mengikutinya. Memandanginya. Dan mengaguminya.

Satu kebiasaan Laura yang baru David ketahui. Ia mudah lapar.

David tertawa dalam hatinya saat Laura berkali-kali mendatangi sebuah booth makanan dan membeli apa saja yang ia inginkan. David sempat heran, bagaimana bisa ukuran tubuh Laura tidak membesar meskipun ia makan banyak, terutama makanan yang manis-manis.

Kali ini, David mengikuti Laura tepatnya ke tempat penjual miniatur-miniatur Cina yang lucu. Seorang penjual dengan perawakan wanita tua bermata sipit itu menyapa keduanya dengan ramah. Laura menyentuh beberapa miniatur patung itu, tangannya terlepas dari genggaman David dan ia melihat gelang-gelang dengan simbol huruf Cina terukir dikayunya.

Wanita tua itu mengambil sebuah gelang bertali merah dengan bandul kecil ditengahnya dan memberikannya pada David.

"Warna merah, melindungimu dari nasib yang buruk." Ujarnya.

David mengambil gelang merah itu dan melihatnya sekilas, "Ini juga melambangkan ikatan sebuah hubungan." Lanjut wanita itu dan tersenyum.

David melirik lagi gelang itu, dan menatap Laura yang masih melihat-lihat pajangan itu dengan wajah yang senang. David mengangguk sekilas, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayarnya pada wanita tua itu.

Wanita itu menolak dan berkata, "Anggap saja itu hadiah dariku, Anak Muda, karna kekasihmu sangat cantik dan menyenangkanku dengan senyumannya." David tertegun. Kekasih? Benarkah? Seperti itukah orang-orang melihatnya bersama dengan Laura?

Sekali lagi, David melirik gelang itu, lalu matanya beralih menatap wanita tua itu dan mengangguk. Ia memasukkan gelang tersebut ke dalam saku bajunya.

"Kau mau itu?" tanya David saat melihat Laura memegangi patung putri kerajaan kecil seukuran telunjuknya. Laura malu dan sedikit mengangguk.

David mengambilnya dan menyerahkan pada Laura. Kali ini, David bersikeras untuk membayarnya pada wanita tua itu. Bagaimana pun, tujuannya berada di karnaval adalah untuk menghabiskan barang dagangannya dan mendapatkan uang. Wanita tua itu berucap terima kasih karna David memberikan jumlah uang melebihi harga miniatur itu.

Obsessed (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang