Cukup lama David menemani Laura tidur di kamarnya. Setelah wanita itu mengucapkan bahwa ia mencintai David, ia kembali terlelap. Mungkin ia kelelahan, pikir David.
David memikirkan kembali ucapan Laura beberapa saat lalu.
Cinta? Benarkah wanita itu mulai mencintainya? Lalu bagaimana dengan hatinya sendiri, apakah David juga mulai mencintai Laura?
Berat sekali bibirnya saat itu untuk bergerak membalas ucapan Laura. David memang sudah terjebak dalam pesona Laura, ia tidak ingin Laura dekat dengan lelaki lain meskipun itu sahabat Laura sekali pun. Ia tidak suka Laura sedih karnanya. Ia suka Laura yang tersenyum. Ia suka mata biru Laura yang cantik. Ia suka bagaimana Laura gugup tiap kali berdekatan dengannya. Ia suka Laura yang polos dan menggemaskan. Ia suka bibir mungil Laura yang berwarna merah muda. Segala tentang wanita itu snagat disukainya.
Namun, apakah itu cinta?
Atau hanya obsesinya?
"Aku percaya padamu, Dave." Ucap Laura tiba-tiba.
David mengeratkan pelukannya dan mencium puncak kepala Laura, "Terima kasih sudah mempercayaiku, Laura."
"Kau tidak bekerja? Ini sudah sangat terlambat."
Dave tersenyum, "Kau lupa bahwa aku pemilik perusahaan itu?"
Laura mendengus dan memukul lengan David, "Meskipun begitu harusnya kau memberi contoh yang baik pada karyawan-karyawanmu."
"Aku masih ingin disini bersamamu, boleh ya?" David mengerucutkan bibirnya dan menggunakan tatapan memelas agar Laura mengizinkannya untuk tinggal lebih lama.
"Oh Tuhan, sejak kapan kau menjadi menggemaskan begini?" ucap Laura tak tahan melihat wajah David dan mencubiti kedua pipinya.
"Nona- Oh, maafkan saya. Sa-saya akan menunggu diluar." Ucap Doria terkejut kala masuk ke kamar Laura tanpa mengetuk terlebih dahulu. David dan Laura yang kala itu sedang berbaring mendadak duduk dan bergerak kikuk. Laura merasakan wajahnya memerah dan David tampak santai saja sambil tertawa geli.
Laura keluar dengan segenap perasaan malunya menghadapi Doria yang memberikan eskpresi menahan tawa.
"Oh, Doria. Hentikan itu, kumohon." Ucapnya tertunduk malu.
"Baiklah, Nona. Maafkan saya. Anu-Tuan dan Nyonya sudah pulang."
"Benarkah? Dimana mereka?" Ucap Laura berser-seri. Doria menjelaskan bahwa kedua orang tuanya sedang di kamar mereka untuk membersihkan diri dan bersolek saat mengetahui bahwa David sedang berada disini.
"Apa yang harus kukatakan pada ayah dan ibu? Kau tahu, aku-aku belum siap." Ucap Laura memilin-milin gaun tidurnya saat ia menjelaskan kepada David situasi yang sedang terjadi.
David hanya bersikap santai dan memegang tangan Laura untuk mengurangi kegugupan wanita itu, padahal tanpa ia sadari bahwa dirinyalah yang merasa gugup akan bertemu dengan kedua orang tua Laura dan meminta izin untuk mengencani putri mereka.
Ia tahu jika ayah Laura dan ayahnya adalah teman akrab, namun bukan berarti semuanya dapat disepelekan, terlebih Laura adalah putri semata wayang mereka.
"Tenang saja, aku akan mengatasinya. Oke?"
David keluar kamar Laura duluan, sedangkan wanita itu harus mandi dan bersiap-siap bertemu kedua orang tuanya.
Dibawah, Marilyn dan Robert sudah menunggu di meja makan. Robert memegang koran dikedua tangannya sedangkan Marilyn tampak sibuk bersama Doria menyiapkan segalanya.
"Ehem.. Selamat pagi, Mr. dan Mrs. Darnell."
Robert dan Marilyn menyadari kehadiran David dan langsung beralih pada lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (COMPLETED)
RomanceWARNING: (be wise for younger readers under 17, THIS STORY CONTAINS MATURE THEME AND STRONG LANGUANGE +) beberapa part akan di private. Follow if u wanna read it. Enjoy guys! ** Tangan keras laki-laki itu menggenggam erat jemarinya. Menelusup di...