David mengurung Laura dalam dekapannya seakan tidak ingin wanita itu pergi lagi darinya. Bibirnya menciumi Laura dan tidak ingin melepaskannya. Ia memegang pinggang Laura dan seketika ciumannya berhenti.
Lelaki itu memegang gaun Laura, menelitinya dengan tajam dan ia menghadap Laura yang kini tengah menatapnya bingung.
"Ini gaun dari brengsek itu?"
Laura mengernyitkan dahinya dan mengangguk.
"Sial!"
David menarik Laura keluar dari lorong itu menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari restoran tadi. Ia membukakan pintu untuk Laura dan Laura hanya diam sambil menuruti.
David memutari mobil dan masuk dalam bangku kemudi. Ia menatap tubuh Laura yang terbalut gaun ketat dan cantik lalu mendecakkan lidahnya tanda kesal.
David mengecek apakah Laura sudah duduk dengan nyaman dan menggunakan sabuk pengamannya, setelah itu ia melajukan mobilnya membelah kota Kalifornia.
Sepanjang perjalanan, Laura hanya diam menatap keluar jendela mobil. Ia tidak tahu harus bertindak dan berkata seperti apa pada David. Kedatangan David yang secara tiba-tiba membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
Dan lelaki itu. Lelaki itu membangkitkan gairahnya kembali. Secara logis, ia sangat merindukan David. Namun ia harus menegaskan pada dirinya sendiri, bahwa masalah ini belum selesai.
Sama sekali belum selesai.
***
Setelah memastikan Laura sudah masuk ke dalam rumahnya dengan semua tas belanjaan berisi gaun dan sepatu, David melajukan mobil hitamnya menuju sebuah tempat.
David memang membawa Laura berbelanja setelah mengetahui apa yang dikenakan Laura adalah pemberian Romeo, dan ia tidak suka Laura mengenakannya.
David tidak peduli mengeluarkan berapa banyak uang untuk wanitanya, meskipun Laura berkali-kali berusaha menolak. Dan inilah hasilnya untuk malam ini, lima gaun cantik dari desainer terkenal dan sepuluh pasang sepatu mewah dari perancang terkemuka.
David memantapkan hatinya untuk menatap masa depannya dengan Laura, dan meninggalkan Michelle di belakang. Dengan teguh, David melaju dengan kencang menuju hotel tempat Michelle sementara menetap.
Hotel berbintang lima menyambutnya dengan hangat.
David menanyakan kamar yang Michelle tempati kepada resepsionis lalu menuju lantai atas.
Lelaki itu berjalan dengan pandangan datarnya. Ia tidak sabar untuk menyudahi semuanya dan dengan segala hal yang sudah dipikirkannya.
David mengetuk pintu kamar nomor 515 itu, dan pintu terbuka dengan sangat lebar.
Michelle berdiri dengan senyum sumringah. Rambutnya basah dan sisa-sisa air menetes dari ujung rambutnya. Ia hanya menggunakan handuk yang menutupi tubuh bagian dada hingga paha.
Namun bukan itu yang diperhatikan David, melainkan lelaki yang berada di dalam kamar itu.
"Halo, Harrington." Ujar lelaki itu mengangkat segelas anggurnya dengan senyum licik yang membuatnya muak.
Rahang David mengeras dan matanya berkabut marah.
"Dave, kau kemari? Ada apa, Sayang?" ucap Michelle menutupi pandangan David kepada lelaki itu.
"Kau bersama dia?" tekan David.
"Maksudmu Si Tolol Romeo? Hah, tentu saja tidak. Dia hanya datang kemari, tidak jelas." Ucap Michelle.
Hubungan antara David, Romeo, dan Michelle memang khusus. Mereka bertiga pernah menjadi sahabat, saling menjaga dan melindungi. Saat itu, Michelle yang lebih muda dari keduanya menjadi satu-satunya hal yang harus dilindungi keduanya, hingga Michelle dan David jatuh cinta.
![](https://img.wattpad.com/cover/34613070-288-k854241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (COMPLETED)
RomanceWARNING: (be wise for younger readers under 17, THIS STORY CONTAINS MATURE THEME AND STRONG LANGUANGE +) beberapa part akan di private. Follow if u wanna read it. Enjoy guys! ** Tangan keras laki-laki itu menggenggam erat jemarinya. Menelusup di...