Laura merasa suntuk didalam kamarnya, ia hanya membaca buku sepanjang hari. Sebenarnya ia ingin sekali mendatangi kantor David, tapi ia tahu bahwa hari ini jadwal David sangat padat sehingga tidak mungkin untuk mengganggu lelaki itu dan menyita waktunya.
Laura memilih berdiam diri dikamar dengan membaca buku, berharap bahwa waktu akan berjalan dengan cepat sehingga ketika ia selesai membaca, waktu sudah malam dan tandanya David akan datang padanya.
Tapi disinilah ia sekarang, terkepung didalam kandangnya yang membosankan.
Waktu masih menunjukkan pukul 1 siang, dan artinya masih sangat jauh dari kata malam.
Laura menutup bukunya dan keluar dari kamar.
Ia mencari-cari Doria tetapi pelayannya tersebut tidak disana.
Laura ingin bermain. Sangat ingin bermain. Hingga tiba-tiba saja saat ia membuka pintu rumahnya, seseorang berdiri tepat didepan matanya.
Tangan lelaki itu menjulur kearah bel rumah, namun sang pemilik rumah sudah membuka pintu tersebut terlebih dahulu.
Lelaki itu tersenyum. Kali ini, senyumannya hangat dan tidak terkesan licik seperti biasanya.
"Hai, Laura." Sapa lelaki itu.
"Mr. Williams." Balas Laura dengan kewaspadaan ditiap katanya. "Apa yang Anda lakukan disini?" ujarnya tanpa berbasa-basi.
Romeo mengulas senyum atas sikap Laura yang terkesan jutek padanya. Ia berdiri diambang pintu dengan tegak dan sopan, "Tidak bolehkah aku mengunjungi seseorang yang kukenal disini?"
"Silahkan masuk." Ucap Laura dengan senyum tipis.
"Tidak perlu, maukah kau keluar denganku? Aku butuh udara segar."
Laura menatap curiga pada Romeo yang ia yakini sudah memiliki seribu akal untuk mengganggunya.
"Aku janji, tidak akan menggigitmu." Canda Romeo yang tidak terkesan lucu sama sekali ditelinga Laura.
"Baiklah."
Mereka berjalan dalam diam, menyusuri kebun anggur kecil milik keluarga Darnell. Sibuk berkenala dengan pikiran masing-masing. Laura sangat penasaran dengan apa yang membawa Romeo datang padanya hari ini. Ia memasang telinga dan tubuhnya untuk siap terhadap apapun yang akan terjadi nanti.
"Dave dan aku adalah sahabat sejak kecil. Bisa dibilang, kami sudah seperti saudara. Saat berumur 22 tahun, aku memutuskan untuk melanjutkan sekolahku ke Austria. Belajar bisnis untuk meneruskan usaha keluargaku. Ayahku dan ayah Dave—Mr, Harrington, sangat dekat. Ayahku sangat menyukai David, bahkan lebih menyukai David daripada aku, anaknya sendiri."
Laura melongo mendengar ucapan yang keluar dari mulut Romeo. Ia hanya mendengarkan, sesekali mencuri pandang pada lelaki itu untuk melihat raut wajahnya.
Romeo duduk dibangku pinggir danau, dan menepuk-nepuk tempat disampingnya sebagai tanda agar Laura mau duduk disampingnya.
Laura mendengus dan berkata dalam hati, inikan punyaku mengapa ia bersikap seperti ialah tuan rumahnya?
Pandangan Romeo jatuh pada air danau yang tenang, terlihat bayangan pohon-pohon serta dirinya dan Laura di permukaan air danau—disinari matahari.
"Saat Dave memutuskan untuk membuka perusahaannya sendiri, ayahku sangat bangga padanya. Aku selalu melihat Dave dengan iri, tetapi aku tidak membencinya. Ia adalah saudaraku. Begitupun ia terhadapku, ia sangat baik dan melindungiku. Dulu, sewaktu aku kecil, aku adalah seorang anak lelaki yang cengeng dan penakut, aku bahkan sering di bully disekolahku, dengan banyak cacian yang datang padaku karna aku adalah anak lelaki yang sangat pemalu. Namun kala itu, Dave selalu datang dan melindungiku dari segerombolan anak-anak nakal itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (COMPLETED)
RomanceWARNING: (be wise for younger readers under 17, THIS STORY CONTAINS MATURE THEME AND STRONG LANGUANGE +) beberapa part akan di private. Follow if u wanna read it. Enjoy guys! ** Tangan keras laki-laki itu menggenggam erat jemarinya. Menelusup di...