Laura menghembuskan nafasnya dengan berat. Beban di hatinya belum sepenuhnya terangkat.
Malam itu mata Laura tidak bisa tertutup sama sekali mengingat kejadian akhir-akhir ini yang sungguh melelahkan; David dan Michelle, David yang masuk rumah sakit, Romeo yang tiba-tiba datang serta pertengkaran antara Romeo dan David.
Semua ini membingungkan.
Untuk sesaat, Laura merindukan kehadiran Louis di sisinya.
***
Keesokan harinya, David datang pagi-pagi sekali.
Ia berdiri di depan pintu dengan kedua tangannya memegang sekuntum bunga lily.
Pintu terbuka dan menampakkan Doria yang kala itu berkeringat dengan apron di tubuhnya. Doria melihat David dengan kaget dan langsung menunduk hormat.
"Selamat pagi, Doria." Ucap David dengana ramah dan senyum sumringah.
Doria tertegun melihat senyuman David. "Se—selamat pagi, Tuan Harrington."
"Laura—ia belum bangun?" tanya-nya.
"Oh, ya, Nona masih diatas. Perlu saya bangunkan, Tuan?"
David tersenyum lagi, "Tidak perlu. Boleh aku ke kamarnya?" tanya David.
Doria mengangguk, "Silahkan, Tuan. Saya akan membuatkan sarapan untuk Anda."
"Tidak perlu." Ujar David. "Aku hanya datang berkunjung sebentar. Terima kasih."
David berjalan menaiki tangga menuju kamar Laura yang sudah sangat dikenalnya. Saat ia membuka pintu, wangi aromaterapi langsung menyerbunya.
Laura tidur merungkuk seperti bayi di dalam selimutnya. Tirai jendela masih menyembunyikan letak cahaya matahari. David meletakkan bunga itu di meja sebelah tempat tidur Laura, lalu ia membuka tirai jendela sedikit. Sinar itu memaparkan cahayanya di sekujur tubuh Laura. wajah wanita itu bersinar. Bulu matanya yang lentik terlihat dengan cantiknya. Rambut coklatnya berkilau dan sangat indah.
David memerhatikan Laura cukup lama. Dalam hatinya ia sangat bersyukur bisa kembali ke keadaan seperti sedia kala.
Mata Laura bergerak-gerak, dan saat menyadari bahwa tidur wanita itu terganggu, David menutup kembali tirai jendelanya lalu menghampiri Laura yang masih berada di kasurnya.
David menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Laura, lalu ia mencium kening wanita itu dengan pelan dan lembut. Laura merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh dahinya lalu membuka perlahan matanya.
Birunya mata Laura, selalu bisa meneduhkan David. Dan David merasakan bahwa dirinya telah sepenuhnya milik wanita itu.
"Selamat pagi." Ucap David dengan lembut.
"Dave.." ucap Laura serak. "Kau disini."
David mengangguk, mengambil bunga yang sebelumnya diletakkan di meja.
"Bunga lily untuk Nona Laura."
Laura berusaha bangun untuk sekedar duduk, dan mengambil bunga itu dari tangan David. Laura tersenyum lalu mencium bunga itu.
"Terima kasih." Ucapnya.
"Oh, itu bukan dari saya, Nona." David berlagak sopan dan membungkukkan tubuhnya.
"Lalu?"
"Itu dari seorang pria tampan yang mengaku sebagai kekasih Anda. Ah, aku iri padanya bisa mempunyai wanita secantik dirimu, Nona."
Laura tertawa kecil.
"Hentikan, Dave." Ucap Laura memukul pelan pundak David. Dan seperti biasa, wajah Laura akan merah padam jika sudah merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (COMPLETED)
RomanceWARNING: (be wise for younger readers under 17, THIS STORY CONTAINS MATURE THEME AND STRONG LANGUANGE +) beberapa part akan di private. Follow if u wanna read it. Enjoy guys! ** Tangan keras laki-laki itu menggenggam erat jemarinya. Menelusup di...